21. Rahasia lain

552 96 6
                                    

05july2022;tuesday

.

.

____________________________________________

Jaevin tengah melangkah melintasi koridor lantai satu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Jaevin tengah melangkah melintasi koridor lantai satu. Bersama ke empat temannya yang juga anggota tim basket kelas.

"Oi, kira-kira kelas kita udah daftar belom?"

"Daftar apa?"

"Class meeting."

"Belom, lah. Kaya pada gatau aja, Sofya kan lemot!"

Jaevin terkekeh mendengarkan obrolan antara Juan dan Gema.

"Tapi, katanya semester ini makin banyak kategori lomba."

Suara Cakra seketika membuat mereka tertarik.

"Serius?"

Pria itu mengangguk. "Iya, katanya anak jurusan animasi juga ikut jadi panitia sekarang. Banyaklah, jurusan lain yang taun kemaren gak berminat bikin kompetisi, tiba-tiba taun ini pada turun tangan."

"Keren juga sekolah kita." Puji Bumi.

"Iya keren, tapi masalahnya, di setiap kelas wajib mengajukan satu perwakilan untuk setiap kompetisi, inget WAJIB!" Sanggah Cakra lagi.

"Santai lah, kita kan punya Juan." Ucap Gema.

Si cowok yang di sebut namanya lantas tersenyum bangga, meskipun mulutnya terus berkata 'Apasih? 'Enggaklah! 'Biasa aja kok!.

Dan itu membuat tangan Jaevin gatal untuk cepat-cepat menimpuk kepalanya.

"Sakit, sat!" Umpatnya kemudian. "Gue aduin ke Lisa baru tau rasa lo! Di tolak, di tolak deh lo!"

Mata Jaevin melebar kala Juan berbicara seperti itu. Bukan apa-apa, Juan adalah satu-satunya orang yang ia beri tahu perihal Lisa. Maksudnya, karena gadis itu belum memberi jawaban, Jaevin tak ingin membuang harga diri dengan memamerkannya di depan teman-temannya.

Ok, Rion dan Geva bukanlah teman satu kelasnya. Bahkan mereka berbeda jurusan.

"Lisa? Lisa mana nih?" Tanya Bumi yang jelas saja langsung terlihat kepo.

"Woi, jangan bilang anak AP yang judes itu!"

Ucapan Gema seketika membuat mereka terfokus kearahnya. Ya, emang sih kadang-kadang gadis itu galaknya ampun-ampun.

"Gue pernah tu ga sengaja ketemu dia di depan perpus. Trus waktu itu dia lagi ketawa-ketiwi ma temennya, karena gue liat cakep banget, gue sebengin lah!"

Entah kenapa cerita cowok berkulit lebih gelap dari mereka itu membuat keempat temannya benar-benar tertarik hingga tidak ada satupun manusia di antara mereka yang berniat menyela.

Trust ✔ Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang