Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Lisa baru saja memasukkan sebuah kotak makan ke dalam tas sekolahnya. Ia kemudian bergegas pergi menuju ibunya.
"Tumben banget bawa bekal?"
Lisa tersenyum. "Hari ini kan jadwalnya pulang sore, aku males lah kalo harus pergi keluar buat cari makan siang."
"Coba liat jadwalnya!"
Gadis itu memutar bola matanya malas.
"Apasih, dikit-dikit ga percaya!"
Meskipun begitu, Lisa tetap mengeluarkan ponselnya, lalu menunjukkan pesan obrolan grup dari kelasnya.
"Oh, ok." Ibunya mengangguk percaya.
Baru saja Lisa akan kembali memasukkan ponselnya, tapi kemudian sang ibu menahannya.
"Loh, kalian besok ada jadwal kemah serempak di sekolah?"
Lisa mengangguk.
"Dan kamu ga bilang apa-apa?" Ibunya bertanya dengan nada ketus.
"Emangnya kalo Lisa ngomong, bakal di bolehin ikut? Percuma juga kan?! Toh Lisa bakal tetep di suruh tidur di rumah!"
"Ada surat persetujuannya nggak?"
Lisa menatap bingung pada ibunya. Apakah ini sebuah pertanda baik?
Ah, rasanya tidak mungkin. Terlebih jika ayahnya tau soal ini.
"Ada, tapi mau buat apa?"
"Sini, mama liat!"
Sedikit ragu, Lisa tetap beralih memindahkan tas punggungnya, lalu membukanya, dan mengeluarkan secarik kertas berlogo resmi dari sekolah.
"Ini, tapi jangan di---"
Lisa melotot tiba-tiba, dengan bibir yang ia kulum ke dalam. Ibunya baru saja menandatangani kolom persetujuan surat itu.
"Mama?"
"Besok, mama sama papa harus ke Bandung dua hari. Abian juga ada keperluan kuliah, yang katanya bakal bikin dia pulang malem. Mama lebih khawatir kamu di rumah sendirian gaada siapa-siapa. Lebih bahaya. Mending kamu di sana, seenggaknya ada temen-temen sama guru-guru kamu. Yah, biarpun nanti bisa aja kamu nyuri waktu buat ketemu sama orang yang kamu suka itu. Tapi berhubung ini adalah kegiatan terakhir kamu di SMK, yaudah deh mama bolehin."
Ok, sejujurnya orang tua Lisa tidak begitu tau jika hubungannya dengan Jaevin tak lagi sebatas suka saling suka.
Tidak, bahkan hubungan mereka sudah lebih jauh dari itu.
"Makasih mama..." Lisa memekik senang, yang kemudian bergerak memeluk ibunya.
Sementara sang ibu lekas memukul bahu Lisa. "Jangan keras-keras! Entar kalo papa denger, mama bisa di marahin."