09aug2022;tuesday.
.
________________________________________Sudah beberapa hari, hubungan keduanya menggantung tanpa kepastian. Lisa yang setiap malam merenungi pertemuan terakhir mereka, hingga berujung menangis di akhir renungannya. Dengan Jaevin yang berusaha melupakan segala permasalahan dengan bertemu teman-temannya, yang nyatanya tak menolong rasa sepinya sama sekali.
Segalanya terasa hambar. Ia benar-benar merasa ini tidak benar jika terus di biarkan mengambang. Bahkan ia kesulitan untuk berbicara dengan Lisa barang sedetik saja.
"Woi, gue balik duluan ya!"
Setelah teman-temannya riuh merespon, Jaevin pun bergegas pergi meninggalkan tempat tongkrongan yang biasa ia datangi bersama teman-temannya.
Tadinya ia ingin langsung pulang, tapi kemudian tiba-tiba ia menghentikan mesin motornya di persimpangan jalan masuk ke komplek rumah Lisa.
Di tatapnya ruang obrolan antara dirinya dan Lisa di dalam layar ponselnya. Terlihat jika informasi terakhir kali kontak itu aktif sekitar satu minggu yang lalu, yang tak lain adalah hari terakhir dimana ia dan Lisa bertemu di dalam perpustakaan.
Hembusan napas terdengar gugup, Jaevin pun memberanikan diri kembali menghidupkan motornya, lalu berniat pergi menemui Lisa langsung ke rumahnya.
Jika ada yang bertanya kenapa ia tak mencoba menemuinya di sekolah, sungguh sebenarnya Jaevin sendiri masih merasa dilema beberapa hari belakangan. Terlebih karena ego alami yang ia miliki sebagai laki-laki, yang juga membuatnya berpikir seribu kali untuk lebih dulu menemui Lisa. Ingatkan lagi jika dirinyalah yang meminta jarak ini di bentangkan di antara mereka.
Tapi hari ini, rasanya ia ingin membuang seluruh ego di tubuhnya itu, yang perlahan kalah akibat rindu yang mencuat kepada gadis yang ia biarkan menangis beberapa hari terakhir.
Sebuah gerbang rumah terlihat setengah terbuka. Jaevin lebih dulu memantau keadaan dari seberang jalan yang berjarak lima belas meter dari rumah Lisa. Sepertinya sedang ada mobil yang ingin keluar dari sana. Jaevin tak beranjak, meski ia tau kemungkinan yang akan keluar adalah mobil orang tua Lisa.
Hingga benar, mobil jenis Hatchback baru saja keluar. Itu adalah mobil yang sering ia lihat menjemput Lisa saat pulang sekolah.
Jantungnya mulai berdegup kencang, menyadari jika mobil itu seperti terarah kepadanya. Dan tak lama dugaannya terbukti, kala mobil berwarna black metal itu berhenti tepat di samping motornya.
Kaca mobil itu kemudian turun. Menampilkan wajah yang agak mirip dengan struktur wajah Lisa, atau bahkan cenderung lebih mirip Abian.
"Kamu Jaevin?"
Jaevin tersentak, kala pria paruh baya itu menanyainya tiba-tiba.
"Iya, om. S-saya Jaevin."
Sosok paruh baya tadi terlihat mengamati Jaevin. "Bisa bicara sebentar?"