RASA SAKIT

420 52 0
                                    

Suara bel menandakan kelas telah berakhir bersamaan dengan kepergian guru kelas yang menyudahi pembelajaran. Renjun buru-buru memasuki bukunya kedalam ransel, walaupun saat ini tidak terhitung lagi keringat yang bercucuran disekujur wajahnya yang membuat ia berulangkali menghapus keringat dengan lengannya.

Setelah itu barulah ia memeriksa pesan masuk dari Maminya yang memberitahu kalau mereka tengah menunggu Renjun di seberang sekolah, Renjun langsung membalas pesan tersebut dan memasukkannya kembali ke saku baju.

Heechan yang menyadari ada hal tidak beres dengan Renjun langsung mendekat, bersamaan juga Mark beserta Chenle.

"Kau tadi pingsan kenapa, Renjun?" tanya Heechan.

"Gimana sekarang perasaanmu? Baik-baik aja kan?" tanya Mark yang juga sebenarnya perduli pada Renjun, walau mereka barulah berkenalan secara singkat.

"Aku dengar kau mimisan ya, kenapa?" tanya Chenle juga.

"Aku baik-baik aja kok, tadi hanya kelelahan dan gak makan pagi jadi mimisan gitu sampai pingsan." Renjun melemparkan pandangannya kepada ketiga temannya itu.

"Apa kau masih sakit sekarang? Kok diam aja sih sejak keluar dari UKS, apa badanmu masih meriang?" tanya Heechan.

"Gak kok, cuman kecapekan aja." Renjun berbohong, ia berusaha bersikap biasa saja saat ini.

"Kau beneran cuman kecapekan aja, Njun? Keringatmu bercucuran terus loh!" Chenle mulai merasa curiga, ia memang orang yang lebih peka dibandingkan Mark dan Heechan.

Renjun cuma tersenyum sambil mengangguk saja, walau ada beberapa kali kakinya gemetaran karena gak sanggup terlalu lama berdiam diri ditempat.

"Oh iya, tugas kita kemarin udah dikumpulkan sama Pak Sehun kan?" tanya Renjun.

"Udah kok, tenang aja Njun.Kamu gak usah khawatir!" Mark spontan menjawab pertanyaan Renjun terkait tugas, jelas saja ia merasa bersalah karena pulang terlalu cepat kemarin.

"Makasih ya," ucap Renjun.

"Aku yang harusnya berterimakasih sama kalian, udah mau memaklumi aku yang pulang cepat kemarin." Mark menggaruk kepala karena merasa bersalah.

"Santai aja, lagian kamu juga punya urusan jadi kami juga gak berhak mengekang dirimu juga." Renjun menepuk baju bahu Mark, lalu melirik pada bangku Jeno yang sudah kosong.

"Loh, Jeno mana?"

"Ah, dia udah pulang kayaknya deh. Maklumlah kelakuannya emang gitu. Dia gak mau berteman dengan kita juga kalau bukan tugas kemarin." Heechan menunjukkan wajah kesalnya.

"Kau gak boleh ngomong gitu! Mungkin aja dia lagi sibuk juga," bantah Mark yang berusaha tetap berpikiran positif.

"Aku setuju dengan Mark,  " ucap Renjun setuju, disusul Juga oleh Chenle.

Terpaksalah Heechan cuman bisa menghela nafasnya saja dan mengalah, ia hanya mengangguk setuju saja dengan wajah memelas yang membuat ketiga temannya tersenyum saja.

"Kalau gitu aku pulang duluan ya, soalnya ada urusan nih."

"Yaudah, hati-hati ya!" ucap Heechan.

Renjun mengiyakan dan berjalan pergi dari kelas itu, ia berjalan sambil tetap menghapus keringat yang terus menetes di sekitaran wajahnya.

Langkahnya mulai terburu-buru karena sudah merasa lelah, ia bahkan hanya menatap jalan lurus ke depan karena tidak sanggup lagi mendongak ke segala arah hingga ia bisa menemukan mobil hitam milik orang tuanya yang ada diseberang jalan.

"Akhirnya...." gumam Renjun yang langsung menaiki mobil itu, lalu tanpa mengatakan apapun ia melepaskan seragam sekolahnya dengan sedikit merintih kepedihan.

MY BROTHER (FANFICTION RENJUN) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang