PANGGILAN TELEPON CHANYEOL

270 36 0
                                    

Winwin berjalan kedalam kamar sebelum akhirnya ia mengangkat panggilan telepon tersebut. Dengan bisik-bisik ia menjawab panggilan dari nomor yang tak dikenal sembari mengunci pintu kamarnya, lalu ia bersembunyi dipojokkan lemari untuk memastikan suaranya gak terdengar oleh Hyunwoo.

Dan saat menjawab panggilan tersebut, ia langsung mengenali jelas suara Chanyeol yang memanggil namanya.

"Apa benar ini nomornya Winwin?" tanya Chanyeol yang sedikit ragu.

"Benar, kenapa ya Pak? Apa ada sesuatu yang terjadi dengan Renjun?" tanya Winwin yang langsung blak-blakan dan enggan berbasa-basi dengan nada yang masih berbisik.

"Kayaknya kamu langsung menyadari panggilan saya ya. Pokoknya gini aja deh, saya mau ketemu kamu hari ini soalnya ada yang saya mau bicarakan tentang Njun. Kamu bisakan datang ke kantin Rumah Sakit sekarang?" tanya Chanyeol.

"Baik," jawab Winwin tanpa rasa ragu, lalu ia mengakhiri panggilan itu secara sepihak. Dan begitu ia mengantongi kembali handphone miliknya, Winwin langsung berjalan pergi dari Rumah melalui Jendela.

Hal ini sengaja Winwin lakukan karena ia tak mau lagi terlibat pertengkaran dengan Ayahnya, ia tak mau wajahnya semakin babak belur dan kupingnya merasa nyeri mendengar semua cacian dari Hyunwoo. Lagipula, ia juga tidak sanggup melawan Hyunwoo saat ini karena jauh di lubuk hatinya ada perasaan takut yang selalu menahannya untuk bertindak lebih jauh.

Rasanya syaraf andrenalinnya terasa ambruk bila dihadapkan dengan Hyunwoo, selain itu mentalnya juga terasa menciut setiapkali suara Hyunwoo menggema di telinganya.

Sementara itu dilain waktu yang bersamaan, Renjun masih sibuk menatap layar Handphonenya yang mulai dipenuhi notifikasi pesan masuk dari teman-temannya, namun tak ada sekalipun ia berubah pikiran untuk menggubris ataupun sekedar membalas pesan tersebut. Adapun malah sebaliknya, ia mengembalikan handphone itu keatas meja yang ada disebelah sambil memperbaiki posisi duduknya dengan kedua kaki bersila.

Entah siapa yang saat ini Renjun tunggu, ia mulai menatap serius kepada pintu kamar yang masih menutup rapat. Hingga perlahan-lahan air matanya mulai menetes, ia bahkan tak menyadari tetesan air mata itu mulai membanjiri wajahnya sampai pintu itu terbuka juga dengan memperlihatkan sosok Chanyeol yang berjalan masuk kedalam Ruangan.

Ada secercah perasaan kecewa yang terpancar diwajahnya, tetapi kekecewaan itu tak langsung membuatnya luput mengusir Chanyeol ataupun menyuruhnya keluar kembali.

"Njun, mamimu tadi balik ke Rumah sebentar buat membereskan bajumu. Oh iya, sekalian juga menitipkan Sarang kerumah nenek kalian selagi Mami dan Papi jagain kamu disini selama proses pengobatan," beritahu Chanyeol.

Renjun hanya mengangguk saja seraya menghapus air matanya terburu-buru, ia malu bila sampai Chanyeol menyadari dirinya habis menangis.

Namun dugaannya salah, malahan Chanyeol bersikap biasa saja dan malahan tetap tersenyum ramah kepada anak tirinya itu.

"Kamu berhak menangis kok, malahan lebih baik kamu menangis sepuasnya saat ini selagi nangis itu masih gratis dan belum ada ditagih uang bayaran kayak WC Umum. Jadi kamu gak perlu malu sama sekali, lagian dimata Papi sih kamu itu masih Njun kecil yang menggemaskan."

Renjun tersenyum bahagia mendengarkannya, perutnya terasa tergelitik saat mendengarkan perkataan Chanyeol yang membandingkan antara Air mata dan WC Umum.

"Benar dong yang Papi bilang ke kamu, kok malah kamu ketawa sih." Chanyeol melanjutkan humornya yang hanya bisa dibalas anggukan oleh Renjun dan membuat keduanya tertawa bersama.

"Papi benar, makasih ya udah menghibur Njun." Renjun berhenti tertawa, ia mulai menyadari ketulusan hati Ayah tirinya itu yang berbanding terbalik dengan Ayah kandungnya.

Jika beberapa saat lalu ia memperoleh kilatan kebencian dari balik mata Hyunwoo, maka detik ini ia baru saja mendapatkan tatapan mata hangat dari seorang Ayah tiri seperti Chanyeol yang pastinya membuat ia menjadi anak paling beruntung di Dunia ini.

"Aku senang mendapatkan hiburan hangat darimu, tapi andai saja Papa kandungku yang menghiburku saat ini pasti rasanya jauh lebih bahagia." Renjun bergumam pelan, tetapi suaranya masih bisa terdengar samar-samar ditelinga Chanyeol. Untungnya Chanyeol sudah terbiasa akan hal ini makanya ia tak sekalipun sakit hati bila Renjun mengharapkan semua kasih sayang yang diberikannya itu kepada Ayah kandungnya sendiri.

"Papi, boleh aku tanyakan sesuatu?" tanya Renjun saat itu juga.

"Emangnya kamu mau nanyak apa, Njun?" tanya balik Chanyeol.

"Apakah selama ini aku cuman beban untuk kalian?" tanya Renjun.

Chanyeol sampai terkejut mendengarkan pertanyaan itu, "Jelas  tidak dong Njun, kamu ini adalah anak kami jadi gak pernah ada kata beban dalam kamus orang tua terutama kami. " Chanyeol terdiam sejenak mencoba mengatur nafas.

Lalu ia kembali melanjutkan perkataannya, " Kamu itu sangat berharga di hidup kami, bahkan emas ataupun berlian sekalipun gak akan sanggup menukarkan rasa sayang orang tua dari anaknya. Jadi tugas kami sekarang adalah memastikan penyembuhan kamu dan kamu sendiri harus bisa kuat melawan penyakit itu, sehingga kita gak perlu lagi merasakan kesedihan secara terus-menerus."

"Memangnya aku bisa sembuh? Bagaimana kalau kali ini aku gagal sembuh, apa kalian akan membenciku?" tanya Renjun.

"Kamu berbicara seperti itu seolah-olah kamu akan menyerah saja, padahal biasanya kamu selalu menang kalau diajak debat sama Papi. Kamu tahu gak sih, kalau kamu itu adalah anak pemberani dan kuat, jadi Papi merasa ragu sih kalau kamu bisa kalah semudah itu.Papi yakin kalau kamu bakal menang dan sembuh," ucap Chanyeol yang mulai menenangkan rasa gelisah Renjun.

"Makasih ya, Pi. Aku janji kalau nanti aku bisa sembuh lagi, aku mau kita menghabiskan waktu jalan-jalan kesemua tempat yang dulu Papi tawarin ke aku waktu kecil tapi sayangnya aku tolak seenaknya.  Aku mau menebus semua waktu kita yang terbuang sia-sia," janji Renjun penuh percaya diri, Chanyeol yang bisa merasakan aura positif dari anaknya itu langsung mengiyakan saja.

"Ya sudah, kalau gitu hari ini kami istirahat saja ya supaya kamu cukup stamina buat kemoterapi beberapa hari kedepannya!" perintah Chanyeol.

Renjun langsung setuju, ia tak lagi menjadi anak yang pembangkang dan berhenti menolak perkataan Chanyeol.

Chanyeol juga membantu Renjun berbaring, seusai itu barulah ia berniat berjalan pergi dari sana untuk menepati janji temunya dengan Winwin hari ini.

Namun saat sudah berbalik badan, Renjun spontan memanggil nama Chanyeol yang membuatnya berbalik badan kearah Renjun.

"Kenapa, Njun? Ada yang sakit?" tanya Chanyeol.

Bibir Renjun sudah mulai bergerak saat ini, ia seperti ingin memberitahu suatu kabar penting. Namun tanpa hitungan detik, Renjun malah mengurungkan niatnya untuk memberitahu Chanyeol mengenai perbuatan KDRT ayah kandungnya.

"Gak jadi, Papi bisa pergi sekarang!" tukas Renjun yang langsung tidur saat itu juga, Chanyeol hanya bisa geleng-geleng kepala saja karena ia bisa memaklumi sikap Renjun yang masih belum terbuka sepenuhnya kepadanya.

"Apapun yang ingin kamu sampaikan, aku akan siap mendengarkannya kok dan nanti kalau kamu memang kamu siap mengatakannya maka kamu gak usah ragu lagi ya. Ya sudah, Papi pergi dulu ya!" ucap Chanyeol yang langsung keluar dari Ruangan saat itu juga.

Didepan pintu ruangan Renjun itulah ia bertemu dengan Winwin yang berjalan kearahnya dan hampir membuat Chanyeol terkejut.

"Kamu ngapain disini? Bukannya kita seharusnya janji ketemu di kantin Rumah Sakit?" tanya Chanyeol.

Winwin tersenyum sejenak, "Anda benar kok, Pak. Tadi saya cuman mau ngeliat kondisi Renjun doang."

"Renjun baik-baik saja kok, tapi kalau memang kamu mau lihat bisa dilain waktu saja ya soalnya dia lagi istirahat sekarang."

"Baik Pak, mungkin lain waktu sajalah.Tapi kalau boleh tahu apa tujuan anda menghubungi saya ya?" tanya Winwin dengan mata menyipit.

"Kita bicarakan sambil jalan-jalan mengelilingi Koridor rumah sakit saja ya!" ajak Chanyeol yang berjalan duluan tetapi tetap menunggu langkah kaki Winwin agar keduanya bisa saling bersebelahan saat berjalan.

MY BROTHER (FANFICTION RENJUN) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang