SEASON 2 MISI

55 8 0
                                    

Winwin telah melakukan pengawasan sejak tadi siang, ia bahkan sampai memantau lingkungan sekitar dan menghafal kembali isi dari berkas dokumen yang diberikannya. Hingga tak terasa, waktu bergulir sangat cepat dan mentari telah terbenam cukup lama menuju barat. Cuaca yang juga ikutan bergulir menjadi tetesan hujan yang terus mengguyur ibu kota seakan-akan ikut merasakan kesedihan yang tengah dirasakan Winwin.

Berdasarkan informasi yang diberikan dalam berkas dokumen tersebut, malam ini tengah dirayakannya suatu pesta besar dari keluarga Argantara. Keluarga yang menjadi target pembunuhan Winwin sekaligus keluarga yang menjadi dalang pelaku yang telah mengeluarkan biaya besar untuk menyewa Winwin.

Dan sepertinya keadaan yang sangat ramai itu membuat Winwin lebih mudah untuk memasuki rumah mewah tersebut, sebab tidak ada yang akan menyadari siapapun yang masuk dan keluar dari sana.

"Aku akan menyelesaikan ini secepatnya," tekad Winwin yang langsung memanjat dari tembok beton yang langsung membawanya menuju area belakang rumah. Saat itu penampilan Winwin hanya menggunakan masker dan topi yang menutupi wajahnya, serta sarung tangan hitam untuk menutupi jejaknya.  Tak lupa juga ia menggendong ransel yang berisi senjata dengan meletakkan salah stau pisau di bagian punggung belakang yang sengaja diselipkannya dan dua buah suntikan yang ia kantongi di saku celana.

Dengan tenang, ia memasuki area rumah yang sedang menyelenggarakan perayaan besar-besaran dari pihak keluarga dan tamu undangan. Sepertinya ini adalah perayaan dari keuntungan yang diperoleh mereka bulan ini, makanya tak perlu diragukan lagi mengenai betapa banyaknya para karyawan yang menjadi staff mall berdatangan sebagai tamu undangan.

Dengan mengandalkan foto berukuran kecil, Winwin berusaha mencari keberadaan targetnya itu. Dia berusaha untuk bersikap normal, supaya tidak memperoleh kecurigaan oleh orang lain.

Makanya tak heran, Winwin langsung berjalan ke dapur terlebih dahulu seraya mengeluarkan suntikan berisi cairan berwarna kuning didalam kantung celananya. Dengan tenang, ia mengamati semua orang yang dilaluinya. Untungnya keadaan dapur yang sedang sibuk telah membuat dirinya tidak terlalu diperhatikan oleh para koki maupun office boy, ia bisa secara bebas melewati kerumunan para koki yang sedang sibuk itu. Hingga matanya tertuju pada seorang pelayan yang akan membawakan nampan berisi makanan yang telah disediakan oleh sang kok, lantas dengan kesempatan itulah Winwin mencoba mengikuti langkah pelayan tersebut  dengan tangan yang telah bersiap untuk menyuntikkan sebuah cairan berwarna kuning kepada sang pelayan.

Hingga pada saat melewati lorong yang agak sepi, barulah disitu Winwin menyuntikkan cairan tersebut di leher sang pelayan yang membuatnya pingsan saat itu juga. Lalu, Winwin buru-buru menyeret pelayan itu ke salah satu ruangan yang ada didekat lorong  dan mengambil seragam pelayan tersebut untuk dikenakan.

Tanpa basa-basi, ia langsung pergi dari ruangan itu dan mengunci dari luar usai berganti seragam. Dan dengan tenang, ia membawa nampan yang tadi sempat terselamatkan sebelum sang pelayan jatuh pingsan, ia letakkan nampan itu di meja bundar yang ada di koridor pesta seraya melirik ke sekitarnya kembali. Kali ini ia bisa melihat para tamu yang hampir teler karena minuman keras, ia bahkan juga bisa menemukan orang yang menyewanya sedang berdansa ria dengan snag suami. Tapi sayangnya ia tidak menemukan nenek dan gadis kecil yang menjadi targetnya malam ini. Jelas saja hal tersebut benar-benar mengesalkan bagi Winwin yang semakin dikejar waktu.

"Mungkin dilantai atas," gumam Winwin yang langsung menaiki tangga menuju lantai dua. Keadaan diatas jauh lebih senyap dibandingkan dibawah.

Mungkin saja ini adalah alasan mengapa kedua orang tersebut enggan turun kebawah untuk merayakan pesta besar tersebut. Dan benar saja seperti dugaan Winwin, semakin ia melangkah jauh menyusuri lantai atas. Dia akhirnya bisa menemukan sebuah suara dari seorang gadis perempuan yang ada didalam kamar bewarna pink pada bagian pintunya.

"Bacakan cerita dongeng lagi, nek!" pinta gadis kecil itu kepada neneknya, tatkala saat Winwin hendak membuka gagang pintu. Sejenak ia mulai meragukan tindakannya saat ini, ia merasakan perasaan tidak tega selama beberapa saat.

Namun segera ia tepis perasaannya itu, ia tak mau rasa bersalah dan kasihan akan menggagalkannya dari misi penting ini. Makanya, tanpa menunggu waktu lama lagi ia langsung membuka pintu tersebut dengan menodongkan pisau kepada kedua orang renta tersebut.

"Siapa kau?" tanya Nenek yang langsung meloncat untuk memeluk cucunya yang ada di ranjang, sedangkan cucunya hanya bisa memeluk sang nenek dengan ketakutan.

"Nenek, aku takut....." Gadis perempuan itu mulai gemetaran, ia bahkan sampai memperlihatkan tatapan pilunya kepada Winwin.

"Anda tidak perlu khawatir, saya akan mengantarkan cucu anda ke tempat yang lebih baik." Winwin menutup pintu kamar itu kembali dan mengeluarkan suntikan yang sama seperti sebelumnya dari kantong celana.

"Apa maksudmu? Kau akan kulaporkan ke kantor polisi, jangan macam-macam kau!" ancam si nenek yang berusaha meraih handphone diatas meja kirinya. Namun secara cekatan, Winwin berlari kearahnya dan menusukkan pisau ke punggung tangan sang nenek. Lalu ia suntikan cairan itu ke leher nenek agar tidak menjerit, sayangkan suntikan yang Semboro itu malah membuat ujung jarumnya patah dan tertinggal dalam leher sang nenek.

Namun tak ada bagi Winwin untuk mengkhawatirkan hal tersebut, ia buru-buru menarik rambut gadis tersebut yang tampaknya terdiam mematung melihat apa yang terjadi didepan matanya. Dan kesempatan inilah yang digunakan Winwin untuk menariknya dari kasur, lalu ia cengkram leher sang gadis perempuan itu yang mulai meneteskan air mata.

"Tolong jangan sakiti aku! Aku masih ingin hidup," lirihnya yang mencoba memohon kepada Winwin.

"Aku juga masih ingin hidup! Kalau aku membiarkanmu hidup, aku takkan bisa menyelamatkannya dan tak lagi punya alasan untuk hidup. Jadi, berhentilah memohon padaku!" geram Winwin yang langsung mencengkram sekuatnya leher sang gadis dan menusukkan pisau itu berkali-kali ke perut sang gadis.

Dalam sekejap, ia menghembuskan nafas terakhirnya di depan mata Winwin. Bahkan, jemarinya yang tadi terus menggenggam erat baju Winwin mulai terlepas dan tubuhnya tak lagi bergerak.

"Maafkan aku, tapi ini bukan sepenuhnya salahku. Kau harus menyalahkan ibumu sendiri atas kematianmu," bisik Winwin yang langsung mengeluarkan tali dari ranselnya dan menuruni lantai dua lewat jendela kamar.

Dengan langkah yang cepat, ia berlari sekuat tenaga meninggalkan rumah itu. Perasaannya benar-benar lega, ia tak bisa menyembunyikan perasaan senangnya yang telah berhasil menyelesaikan misi. Meskipun entah mengapa air mata juga turut menyertai senyuman kebahagiaan itu.

Untungnya hujan yang turun dari langit mampu membantu Winwin untuk menyamarkan jejaknya dan membersihkan noda darah yang mengenai sekujur pakaiannya. Ia benar-benar mendapatkan keberuntungan di misi pertamanya kali ini, seakan sang takdir merasa senang hati untuk membantu Winwin berbuat kejahatan dalam menghabiskan nyawa seseorang di kali pertama dalam hidupnya.

MY BROTHER (FANFICTION RENJUN) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang