"Kau itu selalu memaksa kehendakmu sama si Winwin, padahal kaulah penyebab semua konflik dan penderitaannya.Apa kau gak nyadar juga?" sindir Doyoung seraya tersenyum geli, sepertinya ia merasa muak pada sikap Renjun. Dan jelas saja Renjun yang mendengarkannya cukup terkejut, ia langsung menatap tak percaya pada Winwin.
"Kau mengatakan masalah keluarga kita padanya, hyung?" tanya Renjun, lalu ia membuang muka selama beberapa detik.
"Lalu apa maksudnya penderitaan? Kemarin-kemarin kau bilang kalau ini semua bukan salahku, tapi kenapa kau malah-" Renjun terdiam sembari mencoba mengatur nafasnya.
"Kalau gitu, aku benar-benar minta maaf untuk semuanya. Lagipula semua yang dibilang Doyoung Hyung juga benar, maaf ya." Renjun mencoba tersenyum dan menyembunyikan perasaan kesalnya dibalik kepalan tangannya.
Sementara itu Doyoung hanya tertawa saja, ia memperlihatkan wajah kemenangan dibalik raut wajahnya. Berbeda dengan Winwin yang mulai tidak nyaman atas situasi menyebalkan ini, walau bagaimanapun ia adalah seorang kakak laki-laki Renjun dan jauh di lubuk hatinya ada perasaan tidak suka melihat Doyoung meledek Renjun dengan mengatasnamakan namanya seperti tadi.
Dan satu-satunya cara yang bisa memperbaiki suasana hati Renjun ialah menyetujui keinginan adiknya itu, lagipula ia sudah cukup kuat untuk melindungi Renjun dari Ayah mereka dan kalaupun nanti Renjun merasa kecewa itu adalah hal yang lebih baik daripada membiarkan adiknya terus berharap membayangkan sosok Ayah mereka seperti dulu.
"Simpan saja perkataan Maaf mu itu," ucap Winwin seraya memasang kembali topi sekolah di rambutnya.
"Ya sudah, nanti pulang sekolah kau tunggu aku di gerbang dan aku akan mengantarkanmu buat ketemu Papa. Tapi aku gak akan menanggung perasaan kecewamu itu ya, " beritahu Winwin yang jelas saja membuat decak kaget bagi Lukas dan Doyoung, sebab tidak biasanya Winwin mudah mengalah seperti saat ini.
Renjun yang mendengarkan ucapan Winwin barusan, jelas tidak bisa menyembunyikan perasaan bahagianya dan senyuman puasnya.
Dia hanya mengangguk setuju saja, "Makasih, aku jamin kau gak perlu menanggung perasaan kecewaku. Kalau gitu aku masuk kelas dulu, Hyung."
Renjun langsung pergi meninggalkan UKS, matanya terlihat berbinar-binar selayaknya orang yang sedang Bahagia.
Winwin yang tidak lagi melihat sosok Renjun dihadapannya hanya bisa tersenyum lega saja, meskipun senyuman itu sangat tipis sekali.
Tetapi bukan sahabat namanya kalau Lukas dan Doyoung tidak bisa menyadari tingkah laku Winwin yang sedikit melunak.
"Kau yakin?" tanya Lukas yang merasa tidak setuju pada keputusan Winwin.
"Kau tahukan kalau aku gak pernah bercanda saat mengambil keputusan," jawab Winwin.
"Aku tahu itu, makanya aku tanyak apa kau yakin tentang keputusanmu itu. Memangnya kau udah siap berkorban sekali lagi buat lindungi adikmu itu?" tanya Lukas serius.
"Dia gak ada pun Papa bakal KDRT samaku, jadi percuma juga mengubur rahasia ini padanya. Lagian aku juga yakin bakal bisa lindungi dia sampai dia pindah sekali lagi dari kota ini," pungkas Winwin yang membuat Doyoung tertawa terbahak-bahak.
"Kenapa kau tertawa? Memangnya si Winwin habis melawak?" tanya Lukas yang tidak habis pikir pada tingkah laku Doyoung.
"Gak sih, cuman lucu aja rasanya ngelihat teman kita ini. Adiknya udah sakitpun, tapi masih aja tetap dia bersikap munafik kayak gini. Harusnya adikmu gak selamat waktu itu, kalau kau cuman buang-buang waktu untuk menyia-nyiakannya dan malahan sekarang berniat membuatnya kecewa." sindir Doyoung.
Winwin yang merasa geram langsung spontan menarik kerah seragam putih Doyoung, tetapi ia berusaha mengontrol raut wajahnya untuk tetap tenang dan tegas.
"Jaga bicaramu!"
Doyoung tersenyum, " Aku hanya mengatakan apa yang sebenarnya terjadi denganmu, kenapa juga kau harus marah?"
"Kau benar, kau hanya mengatakan apa yang sebenarnya terjadi hanya untuk melampiaskan kebencianmu padanya kan?" tanya Winwin yang langsung menyingkirkan tangannya dari kerah seragam Doyoung.
"Berhak dong aku menyalahkannya, Bukannya kau juga menyalahkannya atas kepergian ibumu?" Doyoung menepuk pelan bahu Winwin, lalu ia merapikan dasinya yang berantakan.
"Kau tenang saja, aku tidak pernah membencimu dan kita tetap sahabatan kok." Doyoung melanjutkan perkataannya.
"Aku sudah bilang berkali-kali kan kalau kejadian yang menimpa adikmu bukan kesalahannya!" tegas Winwin, lalu ia pergi dari UKS.
Tetapi sebelum melewati pintu, ia berteriak keras kepada Lukas.
"Kau urus anak itu, dia bakal habis ditanganku kalau sekali lagi dia ikut campur urusanku dengan Renjun."
"Harusnya kau mengatakan semua ini dihadapan adikmu, bro!" teriak Doyoung yang kembali tertawa geli, Lukas sampai harus memukul pelan kepalanya agar Doyoung berhenti menambah emosi Winwin yang sudah pergi dari sana beberapa detik yang lalu.
"Apaan sih kau ini, aku hanya bercanda juga." Doyoung berusaha membela dirinya sendiri sambil mengusap-usap kepalanya.
"Kau ini kenapa sih? Kau masih gak terima gara-gara Dokter lebih memilih mengoperasi Renjun terlebih dahulu dibandingkan adikmu? Itukan udah masa lalu sih, Doy. Lagian bukannya kau sudah memaafkan mereka?" tanya Lukas yangg sebenarnya lebih terkesan ingin menasehati kawannya itu.
Tapi malah dapat tatapan melotot dari Doyoung, "Adikku yang pertamakali dijadwalkan operasi saat itu, tapi hanya karena kami gak punya uang dan mereka adalah orang kaya terpaksa adikku harus pergi untuk selama-lamanya karena terlambat di operasi. Kau masih menganggap ini sebagai masalah yang muda untuk dilupakan?"
"Aku tahu, Bro. Aku tahu kalau kau sakit hati, tapi apa sekarang masalahmu sih? Kau gak biasanya bersikap menyebalkan kayak gini, tapi sejak Renjun sekolah disini malahan kau berubah padahal kau kan tahu hanya kira berdua sebagai orang terpercaya si Winwin!" peringat Lukas.
"Kau tenang aja, aku gak berubah kok dan aku masih tetap akan jadi sahabat kalian dan orang yang bisa dipercaya Winwin."
"Jadi masalahmu sekarang Apa?" tanya Lukas serius.
"Aku muak aja lihat Winwin yang bersikap munafik dan menyiksa dirinya sendiri, aku juga gak suka lihat sikap kurang ajar Renjun pada Hyungnya. Kau tahukan kehilangan saudara itu rasanya menyakitkan, aku gak mau melihat ada penyesalan diantara mereka seperti yang kurasakan sampai detik ini. Lagian aku juga merasa kasihan dengan si Renjun yang malang, "jelas Doyoung yang membuat Lukas jadi merasa bersalah telah berburuk sangka beberapa saat yang lalu.
"Maaf ya, bro. Harusnya aku gak berburuk sangka padamu sampai mengungkit-ungkit kematian adikmu."
"Santai aja, lagian mulutku emang suka nyindir gini. Kalau masalah kematian adikku, aku udah ikhlas kok dan gak mungkinlah aku menyimpan dendam sama si Renjun. Dia masih ada kecil waktu itu, jadi gak pantas dia menanggung kesalahan apapun hanya karena dia beruntung terlahir dari keluarga kaya." Doyoung langsung pergi.
"Ayo masuk kelas! Bentar lagi juga bel masuk," ajak Doyoung tanpa mendongak kearah belakang.
Lukas cuman mengiyakan saja, ia juga tidak mau berlama-lama didalam UKS dan rasanya ia juga tidak perlu lagi khawatir pada Doyoung.
KAMU SEDANG MEMBACA
MY BROTHER (FANFICTION RENJUN)
Fanfiction(UPDATE SETIAP HARI) Season 1 : Chapter 1-53 ( Season pertama hanya bagian perkenalan karakter dan hubungan antara kakak beradik ) Season 2 : Chapter 54 - selesai. ( Season 2 pada Cerita ini akan lebih mendalami mengenai kenakalan remaja akibat Ke...