KETAKUTAN

325 38 0
                                    

Renjun menuruni anak tangga dengan perasaan kesal, ia tidak habis pikir akan sikap keras kepala kedua temannya itu. Bukannya saling meminta maaf, malahan mereka sibuk menghina satu sama lain.

Walaupun disisi lain, ia juga bingung untuk menemukan cara menghentikan pertengkaran tersebut. Selain itu, ia juga penasaran terhadap Jeno yang sejak pagi kerap disindir habis-habisan oleh Jisung dan reaksi Jaemin yang tampak kesal setiap kali nama Jeno disinggung oleh Heechan.

Anehnya entah kebetulan atau bagaimana, saat menuruni anak tangga di lantai 3. Renjun tanpa sengaja bertemu dengan Jeno yang tampak bimbang di pojokkan tangga, sontak saja Renjun langsung menegurnya saat itu juga.

"Apa kau ingin menemuiku juga, Jeno?" tanya Renjun, lelaki itupun tampak kaget melihat Renjun yang sudah ada di hadapannya saat ini.

Jeno mulai berdehem tidak jelas sembari tetap menyembunyikan kedua tangannya di balik badan seolah ada yang sedang disembunyikan.

Renjun mendekat dengan tatapan curiga, "Ada yang ingin kau bicarakan? "

"Gak ada, aku cuman iseng aja mengelilingi sekolah. " Jeno berusaha membuat alasan saking malunya berkata jujur.

"Oh gitu, baiklah. Kalau gitu kebetulan banget deh, ada yang mau ku tanyakan samamu! " ujar Renjun.

"Memangnya kau mau nanyak apa? Kuharap kau jangan nanyak tugas deh, karena aku gak akan kasih contekan apapun samamu." pekiknya.

"Tenang saja, bukan itu kok. Aku cuman mau nanyak, sebenarnya apa yang terjadi diantara kau dan Jaemin? Kenapa kalian berdua musuhan, sih? Memangnya gak bisa diselesaikan secara baik-baik? " tanya Renjun yang langsung menghujani Jeno dengan pertanyaan-pertanyaan yang teramat sensitif baginya.

Jelas saja Jeno terlihat marah dan memasang wajah yang tidak bersahabat, "Bukan urusanmu!"

Lalu tanpa menunggu respon Renjun, ia malah turun duluan meninggalkan Renjun sambil membuang bekal yang di sembunyikan dibelakang badannya tadi kedalam tempat sampah yang tersedia di sudut tangga.

Renjun merasa bingung sekaligus panik, ia huruf buru mengambil kembali bekal yang di buang Jeno dan mengejar Jeno saat itu juga. Dia mencoba menghalangi Jeno agar temannya itu berhenti, lalu ia kembali menyodorkan bekal itu pada siang pemiliknya.

"Maaf ya," ucap Renjun yang kini sudah berdiri di Hadapannya Jeno, tapi Jeno malah balik menyodorkan bekal itu pada Renjun.

"Buatmu, gak usah dikembalikan lagi. "

"Sebenarnya aku juga gak lapar sih, tapi makasih ya. Kau memang teman yang baik, " puji Renjun sembari tersenyum lebar dan menggenggam erat bekalnya. Lalu ia naik kembali seraya menepuk baju Renjun.

"Kita makan bareng sama yang lain aja di atas, yuk! " ajak Renjun.

Jeno sebenarnya masih kesal sih pada Renjun, apalagi sikapnya tadi pagi dan barusan yang tampak mengesalkan. Tetapi ia langsung luluh setiap kali Renjun mengajaknya ngobrol seolah ia merasa aman di sebelah Renjun. Sepertinya pancaran cahaya Renjun yang tadinya menyinari bayangan kegelapan hidup Jaemin juga ikut berpengaruh pada sosok dingin Jeno, ia benar-benar seperti seorang penyelamat di kehidupan para anak SMA itu.

"Memangnya di atas ada siapa? " tanya Jeno sambil mengikuti langkah Renjun.

"Ada Heechan dan Jaemin, aku harap sih mereka sudah baikan ya di atas." Renjun masih tetap memimpin jalan.

"Kalau gitu aku gak bisa naik ke atas, " tolak Jeno yang langsung menghentikan langkahnya dan terpaksa membuat Renjun juga ikutan berhenti.

"Kau gak perlu mengatakan apapun  kalau memang terlalu berat untuk diungkapkan, tapi aku siap mendengarkanmu kalau kau mau. " Renjun tersenyum, ia tak punya ekspresi apapun yang bisa di berikannya untuk menenangkan ketakutan Jeno selain senyuman hangat itu.

MY BROTHER (FANFICTION RENJUN) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang