"Wah, hebat! Kau bersikap seolah dia adalah orang yang kau benci selama ini! Apa kalian saling mengenal?" tanya Roy yang langsung memberikan tepukan tangan meriah pada Winwin.
"Bukan urusanmu," pukas Winwin.
Roy hanya mengangguk saja dengan wajah mengesalkan, "Terserah deh, tapi intinya kalian udah buat pertunjukan paling menghibur hari ini jadi bisalah kami ngaku kalah untuk kali ini!" Roy menepuk-nepuk bahu Winwin, lalu ia memberikan yang seperti yang sebelumnya dijanjikan sebagai bahan taruhan.
Winwin tak menolak, ia langsung merampas uang itu dan diserahkannya kepada Lukas yang ada disebelahnya. Lalu ia memanggil Yuta, Jaehyun dan Taeyong.
"Kalian awasi mereka selama menjalani aksi pencopetan di mall, " perintah Winwin.
"Silahkan saja kalau mau awasi kami," tukas Roy yang masih bersikap menyebalkan, lalu ia mengajak anak buahnya berjalan pergi dari sana.
Namun sebelum pergi, ia berteriak keras tanpa menoleh sama sekali kebelakang.
"Kalau ada apa-apa dengan tuh anak, kami gak ikut campur! Usahain bungkam tuh mulutnya," teriak Roy yang membuat Doyoung dan Lukas sedikit kesal.
"Kalian juga jangan sampai ketangkap polisi atau kami akan mengejek kalian pengecut!" teriak Doyoung kepada Roy yang membuat teman-temannya tertawa saja.
Roy yang masih mendengarkan perkataan Doyoung hanya bisa menunjukkan jari tengahnya saja kepada mereka sebelum dirinya benar-benar keluar dari pintu masuk.
"Nih anak gak masalah kalian yang urus?" tanya Taeyong.
"Tenang aja, kalian urus aja mereka!" ucap Winwin.
"Oke deh." Taeyong langsung pergi dari sana bersama dengan Yuta dan Jaehyun, sementara sisanya hanya menunggu di dalam gedung sambil melirik sesekali kepada Renjun yang belum sadarkan diri.
Dan beberapa diantaranya masih melanjutkan mengisap rokok dan minuman soda yang tadi dibeli, bahkan mereka tampak saling melemparkan candaan bersama seolah sudah tampak nyaman nongkrong di gedung kosong itu.
Hingga tidak beberapa lama, suara handphone milik Renjun berdering keras yang membuat Winwin terpaksa menghampiri Renjun yang masih belum sadar sampai saat ini.
Dia menatap handphone tersebut yang ia ambil dari saku Renjun, tampak nama asing yang bertuliskan OM Chanyeol dilayar handphone Renjun sudah menghubunginya sebanyak 2 kali.
Winwinpun niatnya mau menolak panggilan tersebut, tetapi buru-buru ditahan oleh Lukas yang datang menghampiri Winwin.
"Angkat aja dulu! Mana tahu penting," saran Lukas yang membuat Winwin terpaksa mengangkat telepon tersebut setelah terdiam beberapa saat memikirkan saran tersebut.
Dan begitu Winwin mengangkat panggilan tersebut, Winwin bisa mendengarkan suara Chanyeol yang tampak serak seolah penuh kekhawatiran.Suara yang terdengar seperti habis menangis dan berteriak-teriak keras.
"Kamu dimana aja, Njun? Papi udah dari tadi nungguin kamu di depan sekolah," ucap Chanyeol, tetapi Winwin hanya diam saja tanpa mengatakan apapun.
"Halo... Kamu dengar Papi kan, Njun? Kamu jangan main-main dong Nak, Mama kamu sekarang sedang pingsan karena melihat hasilnya jadi tolong jangan buat Papi tambah khawatir! sekarang Kamu dimana?"
Winwin yang mendengarkan omongan Chanyeol merasa penasaran, secara spontan ia menanyakan hasilnya tersebut kepada Chanyeol padahal sebelumnya ia memilih bungkam.
"Loh, kamu ini siapa?Dimana anak saya?" tanya Chanyeol yang semakin panik dan bingung.
Namun bukannya menjawab, Winwin malah menanyakan balik mengenai hasil pemeriksaan Renjun, "Gimana hasil pemeriksaan kesehatannya Renjun?"
"Mohon maaf ya nak, tapi ini masalah keluarga saya dan saya tidak mengenal anda. Jadi saya harap anda berikan handphone ini kepada anak saya sekarang juga!" pukas Chanyeol.
"Dia ada bersama saya, Jadi lebih baik Anda kasih tahu ke saya bagaimana hasilnya!" ucap Winwin lagi yang masih belum menyerah untuk mendapatkan informasi terkait hasil tersebut.
"Memangnya sekarang kalian dimana? Biar saya jemput Renjun sekarang," ucap Chanyeol yang masih belum mengalah untuk memberitahu apapun kepada Winwin sampai membuat Winwin kesal.
"Sudah saya bilang jawab saja pertanyaan saya, nanti saya yang antar Renjun ke rumahnya.Anda ini jadi ayah tiri menyebalkan banget ya!" teriak Winwin yang membuat teman-temannya menjadi kaget dan terdiam sekejap.
"Anda benar-benar tidak sopan ya," tukas Chanyeol yang berusaha menahan emosinya.
"Saya memang tidak sopan, jadi cepat kasih tahu saja sama saya sekarang karena Renjun lagi gak bisa telepon Anda sekarang. Anda bisa ngerti gak sih!"
"Oke. Gini aja, saya kasih tahu kamu tapi habis itu kamu kasih tahu saya lokasi kalian sekarang!" ucap Chanyeol yang membuat kesepakatan.
"Oke." ucap Winwin yang mulai mereda emosinya.
"Saya masih gak tahu kenapa Anda begitu ingin tahu tentang kondisi Renjun, tapi saya harap Anda jangan bilang ke dia terlebih dahulu tentang ini dan biar nanti saya dan Maminya saja yang memberitahu Renjun tentang ini." Chanyeol memperingati Winwin yang hanya disetujui oleh Winwin saja saat ini.
"Hasilnya Positif, ia -" Chanyeol terdiam sejenak, ia tidak sanggup melanjutkan kalimatnya sampai akhirnya didesak oleh Winwin.
"Positif apa?"
"Ia positif leukimia," jawab Chanyeol.
Tentu saja perkataan Chanyeol barusan tampak membakar emosi Winwin saat itu juga, ia langsung mematikan panggilan tersebut dan meletakkannya di sebelah Renjun dengan ekspresi wajah yang mencoba berpura-pura tenang.
Tetapi tetap saja ia tak bisa menyembunyikan kedua tangannya yang gemeteran hebat, ada perasaan amarah yang mulai tak terkendali dan membuat sekujur tubuhnya bergetar hebat. Dengan langkah tanpa arah, ia mendekati sudut ruangan dan terus-menerus menghantamkan kepalan tangannya kearah dinding secara berulang sampai membuat semua teman-temannya kaget dan berlari menghentikan Winwin.
Akan tetapi, buru-buru Lukas menghentikan niat baik teman-temannya itu.
"Sudah, jangan dihentikan!" tukas Lukas.
"Teman menggila kayak gitu malah disuruh biarin aja, aneh banget kau ini!" bentak Taeil yang merasa khawatir.
"Dia sedang terluka sekarang, jadi biarin dia melampiaskan semua lukanya dengan caranya sendiri. Jadi, kita gak berhak menghakimi apa yang sedang dilakukannya sekarang."
"Tapi dia menyakiti dirinya, ini udah keterlaluan!" bentak Taeil.
"Kau ini masih anak baru dikelompok kami jadi kau gak perlu sok mengenal Winwin. Jadi bagusan dengerin aja omongan Lukas," ucap Doyoung seraya menyeringai.
"Benar kata Doyoung, Taeil. Mendingan kita gak perlu ikut campur deh, lagian yang dibutuhkan Winwin sekarang itu waktu sendirian. Nanti kalau memang dia sudah mengancam nyawa, barulah kita bertindak tapi kalau masih kayak gini bagusan gak usah ikut campur." Jungwoo yang biasanya diam saja mulai ambil suara terkait perdebatan antara Taeil dan dua temannya itu.
"Baiklah, terserah kalian." Taeil cuman bisa mengalah saja dan kembali duduk disebelah Jungwoo, walaupun ia masih kesal pada perkataan Doyoung tadi.
Dan selama beberapa saat mereka hanya memperhatikan Winwin yang terus-menerus menghantam tangannya ke dinding untuk melepaskan emosinya saat ini. Namun semakin lama tindakan Winwin malah semakin keterlaluan, tangannya yang sudah lebam dan berdarah masih terus dihantam nya ke dinding sampai menyebabkan jari kelingkingnya patah sambil mengeluarkan semua umpatan kasar.
Bahkan ia juga tanpa sadar menghantam keningnya ke dinding, jelas saja teman-temannya jadi panik dan buru-buru Doyoung memukul wajah Winwin sampai ia jatuh ke lantai dengan niat menghentikan tindakan Winwin yang sudah hampir menghabiskan nyawanya sendiri.
"Dasar gila! Apa kau gak waras lagi? Kau ini kenapa sih, kalau ada masalah itu diselesaikan bukannya malah bersikap bodoh!" teriak Doyoung yang masih terkejut bila membayangkan tindakan Winwin sebelumnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
MY BROTHER (FANFICTION RENJUN)
Fanfiction(UPDATE SETIAP HARI) Season 1 : Chapter 1-53 ( Season pertama hanya bagian perkenalan karakter dan hubungan antara kakak beradik ) Season 2 : Chapter 54 - selesai. ( Season 2 pada Cerita ini akan lebih mendalami mengenai kenakalan remaja akibat Ke...