Akibat perkelahian di atap tadi, akhirnya ke empat remaja muda itu diberikan hukuman oleh Pak Suho. Untung saja yang menghukum adalah Pak Suho, coba bayangkan kalau saat itu Pak Sehun yang datang pastilah hukumannya jauh lebih mengerikan bila mengingat betapa galaknya Pak Sehun.
Dan saat ini, keempatnya disuruh menghormat bendera di lapangan sekolah sebagai ganti dari hukuman panggilan orang tua.
Lagipula hukuman penghormatan bendera juga adalah hukuman yang cukup ringan dibandingkan yang lainnya, bahkan sudah menjadi hal yang wajar untuk kelas 11-E yang lebih di dominasi oleh Heechan ataupun anak lainnya. Namun tidak dengan Jeno maupun Renjun, apalagi Jaemin yang kini menjadi pusat perhatian semua orang.
Tak ada satupun yang tidak terkejut tatkala melihat Jaemin berada di lapangan, sebab biasanya ia selalu di kenal sebagai titisan dari kesempurnaan Winwin di sekolah.
"Udah jam berapa sekarang, Njun? " tanya Heechan yang melirik kearah Renjun yang berada di sebelahnya.
Renjun tidak menjawab dan hanya menunjukkan tangan kirinya yang memakai jam kepada Heechan.
"Sebentar lagi istirahat, baguslah." Heechan menyengir kegirangan, Jeno yang melihatnya menjadi lumayan kesal.
"Kalau kau gak ribut, pasti kita gak di hukum gini. " Jeno kembali mengeluh setelah beberapa saat yang lalu Melontarkan keluhannya pada Heechan.
Tapi Heechan bukannya merasa bersalah, malahan ia meledek balik dengan memasang raut wajahnya yang mengesalkan.
Renjun yang berada di sebelah Heechan sampai risih melihat tingkah keduanya, belum lagi ia juga merasa kesal sekaligus kasihan pada Jaemin yang terus menundukkan kepalanya karena malu ditatap oleh yang lain.
"Gak perlu diperdulikan pandangan orang tentangmu, lagian juga ini murni kesalahan kita karena berkelahi jadi gak usah ambil pusing! " tukas Renjun pada Jaemin yang ada di sebelahnya.
"Kau benar, " ucap Jaemin yang masih menunduk.
Sepertinya perkataan Renjun tadi tidak banyak membantu memperbaiki suasana hati Jaemin yang sudah memburuk karena tidak sengaja mendengar beberapa umpatan kecil dari kelas lain yang lewat di hadapannya.
Dan disisi sebelah, Renjun juga melihat Jeno yang masih memasang wajah kesal dengan keringat yang bercucuran penuh dan Heechan yang sibuk membalas umpatan Jeno.
Renjun tidak habis pikir juga kenapa dia bisa di kelilingi oleh tipe manusia seperti mereka, ia menghapus keringatnya yang telah membasuh wajah dan menggerak-gerakkan kakinya yang terasa pegal.
Dan saat itu juga, ia menemukan jawaban atas keraguan terhadap dirinya sendiri. Entah bagaimana sepertinya hukuman ini memberikan dampak positif bagi dirinya, ia langsung tersenyum tanpa sadar dan energinya kembali penuh.
"Makasih ya buat kalian, " ungkapnya seraya menoleh kepada ketiga temannya itu.
"Buat apaan, njun? Mau nyindir apa gimana nih? " tanya Jeno yang sudah tidak bisa lagi bersikap tenang karena kelelahan.
"Kirain kalian ngamuk pas kulempar kepala kalian pakai tempat bekalnya si Jeno, " Renjun tersenyum geli, ia merasa malu bila membayangkan ekspresinya saat itu.
Dan sepertinya bukan dia saja yang merasa lucu, Jeno juga ikutan tertawa.
"Kalau aku sih jelas gak marah sih, Njun. Malahan ngakak habis ngelihatnya, " ucap Jeno.
"Tapi tupperwarenya rusak loh, emang Mamamu gak marah?" tanya Renjun.
"Tenang aja," ucap Jeno yang kini wajahnya gak cemberut lagi.
KAMU SEDANG MEMBACA
MY BROTHER (FANFICTION RENJUN)
Fiksi Penggemar(UPDATE SETIAP HARI) Season 1 : Chapter 1-53 ( Season pertama hanya bagian perkenalan karakter dan hubungan antara kakak beradik ) Season 2 : Chapter 54 - selesai. ( Season 2 pada Cerita ini akan lebih mendalami mengenai kenakalan remaja akibat Ke...