SOSOK AYAH

307 37 0
                                    

Wendy hanya memberikan tatapan kecewa untuk beberapa saat, sesekali ia menyingkirkan rambut yang menghalangi wajahnya dengan raut wajah yang sudah tidak kondusif lagi.

"Mami butuh istirahat, kita bicarakan ini besok saja!" pungkasnya, ia langsung berjalan pergi meninggalkan ruang tamu tanpa berniat menyelesaikan obrolan malam ini.

Renjun yang tidak tahu mau berbuat apa lagi hanya bisa menunduk saja dan menatap karpet Biru yang ada dibawah kakinya sambil bergumam meminta maaf berkali-kali.

Chanyeol yang tahu anaknya sedang tidak baik-baik saja itu segera mendekati Renjun, meskipun sebenarnya ia tahu kalau Wendy juga mengalami hal yang sama cuman untuk saat ini ia akan mencoba menemani Renjun terlebih dahulu.

Chanyeol mendekatinya dan memeluknya dengan kehangatan dan cinta layaknya seorang Ayah pada sang anak, kali ini Renjun tidak menolak dan membalas pelukan itu juga dengan erat seraya ia ingin menunjukkan sisi rapuhnya pada Chanyeol saat ini.

"Papi akan coba membujuk Mamimu supaya kau bisa berobat disini, kau jangan sedih lagi ya!" pinta Chanyeol.

"Aku minta maaf, aku benar-benar menyesal berbicara kayak tadi sama Mami soalnya -" ia tak sanggup melanjutkan kalimatnya dan hanya terendam dalam kehangatan yang diberikan oleh Chanyeol.

"Mamimu tahu kok kalau kau tidak bermaksud menyakiti hatinya," ucap Chanyeol yang setidaknya membuat kegelisahan Renjun sedikit terobati, lalu ia melepaskan pelukan itu dan tangannya yang mulai berukuran dewasa itu meraih ujung baju tidur Chanyeol seperti seorang anak kecil.

"Pelukanmu sangat hangat, rasanya seperti pelukan Papaku dulu." Renjun tersenyum tetapi matanya berkaca-kaca.

Chanyeol hanya tersenyum saja membalas senyuman Renjun, ia tidak mengatakan apapun sama sekali selain perasaan kasihan pada anak tirinya itu.

Renjun melepaskan tangannya dari ujung baju Chanyeol, lalu ia berjalan mundur beberapa langkah dari hadapan Chanyeol.

"Kenapa? Apa kau ingin menjaga jarak lagi dari Papimu ini?" tanya Chanyeol.

Renjun menggelengkan kepalanya, air matanya mulai menetes tanpa disadarinya.

"Tadi aku bertemu dengan Winwin Hyung," beritahu Renjun.

"Aku tahu kok, aku sudah menduganya saat dia menutup panggilan telepon kami makanya aku gak panik sama sekali dan menunggumu pulang."

"Benarkah?" tanya Renjun seraya tersenyum, lalu ia menjatuhkan dirinya di sofa kembali.

"Iya, Lalu apa yang ingin kau beritahu pada Papi saat ini?" tanya Chanyeol yang juga ikut duduk kembali di sofa yang ada di hadapan Renjun.

Wajah Renjun menjadi kusut kembali, senyuman diwajahnya menghilang sesaat ia mendengarkan perkataan Chanyeol barusan.

"Winwin Hyung bilang kalau Papa sangat membenciku selama ini, Papa tidak pernah sekalipun merindukanku seperti aku yang selalu merindukannya." Renjun menatap Chanyeol dengan senyuman kembali.

"Dan apa menurutmu ini adalah balasan bagiku yang sudah menyia-nyiakan kasih sayang dari seorang Ayah sepertimu? Apa begini rasanya perasaan kecewa itu?" tanya Renjun.

"Setiap orang pernah mengalami perasaan kecewa, tapi percayalah kalau aku tidak pernah sama sekali kecewa padamu. Dan soal Ayahmu itu, aku tidak tahu bagaimana perasaannya padamu tetapi yang jelas jauh dilubuk hatinya pasti dia menyayangimu seperti aku yang sangat menyayangimu," jelas Chanyeol yang tetap memperlihatkan senyuman hangatnya pada Renjun.

"Terimakasih, aku benar-benar minta maaf dan harusnya aku tidak menyalakanmu selama ini." Renjun mulai menyesali dirinya sendiri, ia menundukkan kepalanya kembali sambil mengusap-usap telapak tangannya.

"Aku yang harusnya berterimakasih padamu, kau sudah berusaha membuka hati untukku." Chanyeol tidak lagi bersandar di sofa dan posisi condong ke depan.

Renjun berhenti mengusap jemarinya, ia cukup ragu untuk mengatakan sesuatu tetapi disisi lain ia ingin sekali mengatakannya.

"Aku... Boleh aku menanyakan sesuatu?" tanya Renjun yang mendongak ke arah Chanyeol.

"Boleh, silahkan nak!"

"Aku tahu ini kedengarannya konyol, tapi bisakah kau menjagaku tidur malam ini saja sambil membacakan Dongeng?" tanya Renjun, lalu ia buru-buru menjelaskan maksudnya saat melirik kearah Chanyeol yang sedang menatap bingung.

"Aku tahu ini kekanak-kanakan, kau gak perlu menyetujuinya juga dan aku gak masalah kok. Aku tahu kok kalau aku bukan anak-anak lagi, jadi gak usah sungkan atau terpaksa juga." Renjun langsung berdiri.

"Kalau gitu aku balik ke kamar aja, kau juga harus membujuk Mami dan memeriksa kamar Sarang jadi gak perlu perduliin aku. Selamat Malam Papi, " ucap Renjun yang langsung berjalan pergi tanpa menunggu jawaban apapun dari Chanyeol, mungkin ia masih merasa malu dan gengsi hanya untuk meminta Chanyeol untuk memanjakannya. Entah itu karena faktor usianya yang bukan lagi kanak-kanak ataupun masalah kepribadian Renjun yang memang terlalu gengsi untuk menerima penolakan secara langsung.

Dan secara buru-buru ia memasuki kamarnya, lalu ia jatuhkan dirinya di atas Ranjang dengan perasaan bingung dan malu.

"Kau gak perlu mencuri perhatian Om Chanyeol dari sarang lagi, sudah cukup kau hampir mengambil Mami dari adikmu sendiri loh Renjun. Lagian mana mungkin dia mau, dia kan bukan Ayah kandungmu dan pastilah aku juga bukan anak kecil yang perlu di dongengkan lagi." Renjun mentertawakan dirinya, ia cuman bisa menggelengkan kepalanya saja lalu menyelimuti dirinya dengan selimut.

Sepertinya kenyataan yang disampaikan Winwin tadi siang terkait Papa mereka telah memberikan perasaan gundah kepada Renjun, belum lagi sikap Mami nya tadi yang membuatnya semakin merasa bersalah sekaligus mempertanyakan masa kecilnya kembali. Ia benar-benar mulai mengingat kalau selama ini dirinya sangatlah merindukan sosok masa kecil yang telah dirampas paksa oleh sang takdir darinya.

Dia mulai jenuh bersikap dingin pada keluarganya, saat ini ia hanya ingin merasakan jiwa kekanak-kanakan lagi sebelum penyakitnya semakin parah yang mekbuayn tidak mampu lagi menuntaskan masa kecilnya.

Jauh dilubuk hatinya yang terdalam, ia ingin sekali mendapatkan perhatian dan bermanja dengan Mami nya serta ia juga ingin sekali merasakan kehangatan seorang Ayah dan dibacakan dongeng sebelum tidur seperti anak lainnya.

Jika saja saat itu ia tidak sakit yang membuatnya menghabiskan banyak waktu di ranjang rumah sakit, ia pasti bisa merasakan kehangatan keluarga yang seutuhnya. Ia juga tidak perlu melihat air mata yang sengaja disembunyikan Wendy di rumah sakit setiapkali dirinya berpura-pura tertidur ataupun ketidakhadiran Papanya yang selama kemoterapi tidak pernah lagi terlihat.

Renjun benar-benar butuh diperhatikan saat ini, ia ingin sekali menuntaskan masa kanak-kanaknya setelah memperoleh pelukan hangat dari Chanyeol beberapa saat yang lalu.

Dan dalam keadaan hampir tertidur pulas saat ini, ia langsung terbangun saat melihat Chanyeol memasuki kamarnya sambil membawa sebuah buku dongeng yang sepertinya diambil dari kamar Sarang.

"Apa yang kau lakukan disini?" tanya Renjun bingung.

Chanyeol duduk di pinggiran ranjang Renjun, ia hanya mengelus kepala Renjun dan membuka halaman pertama buku itu.

"Bukannya kau memintaku untuk membacakan dongeng padamu?" tanya balik Chanyeol.

Renjun tersenyum malu, " Aku tidak memaksa sama sekali, kau juga gak perlu serius menanggapi perkataanku dan lagian aku juga bukan kanak-kanak yang harus dituruti keinginannya. Aku benar-benar gak mau mengganggu waktu istirahatmu, " jelas Renjun.

"Kau tidak menggangguku sama sekali, lagian Ayah mana yang bisa nolak kemauan anaknya sendiri. Apalagi kau sudah memanggilku dengan sebutan Papi di akhir kalimatmu tadi, mana mungkin aku menolak kesempatan untuk bisa membangun hubungan Ayah dan anak denganmu Renjun." Chanyeol meraih remote AC yang ada di meja kecil sebelah Ranjang dan mengecilkan ACnya.

"Kau bisa kedinginan," beritahunya, lalu ia menghela nafas.

"Kau tahu kalau dimataku ataupun Mamimu, kau itu tetap seorang anak kecil seperti pertama kali kita berkenalan. Kau gak perlu malu kalau ingin mendapatkan kasih sayang dariku, Njun." tukas Chanyeol.

"Terimakasih, Papi." Renjun tersenyum, lalu ia memejamkan kedua matanya dan membiarkan Chanyeol memulai membaca dongeng.

MY BROTHER (FANFICTION RENJUN) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang