Renjun berjalan melewati koridor kelas, sepertinya ia telah merasa lega setelah memperoleh jawaban yang diinginkannya dari Winwin.
Hatinya terasa deg-degan saat membayangkan dirinya bisa bertemu dengan Sang Ayah. Ayah yang selama ini dirindukan olehnya sampai membuat ia berusaha menutupi diri dari sosok Chanyeol selaku Ayah tiri Renjun.
Dengan langkah yang terlalu bersemangat, ia melirik kesegala arah dan merasakan terik matahari yang mulai menyengat kulit.
Hingga suara seseorang yang dikenal memanggilnya cukup keras, tentu saja tidak ada alasan bagi Renjun untuk tidak menoleh ke sumber suara tersebut yang tidak lain ialah Jaemin yang kebetulan baru keluar dari kelasnya sembari memegang sebuah buku berukuran tebal.
Jaemin tampak tersenyum senang menyambut kehadiran Renjun, bahkan ia sampai rela menutup kembali lembaran bukunya demi menghampiri Renjun.
"Ada apa?" tanya Renjun yang saat ini suasana hatinya cukup terobati, sepertinya ia juga tidak lagi mengingat masalah pertengkaran kedua orangtuanya itu.
"Darimana? tadi kayaknya dicariin sama Heechan, tapi kayaknya mereka udah balik lagi ke kelas sih."
"Ada urusan tadi, " jawab Renjun , lalu ia tertarik pada buku yang dipegang Jaemin.
"Rajin banget baca buku, pelajaran apa tuh?"
"Ini?" Jaemin memperlihatkan sampul depan buku itu pada Renjun, "Ini buku tentang sejarah Perang Dunia 2, kan bentar lagi mau UTS jadi harus banyak belajar. Kau kan tahu kayak mana kedua orang tuaku," jelas Jaemin seraya berpura-pura tertawa bahagia, walaupun Renjun bisa melihat binaran tekanan dibalik pantulan matanya.
"Kalau memang merasa lelah, lebih baik berhenti sejenak dan gak usah melakukan apapun." Renjun tersenyum.
"Kalau gitu aku bisa ketinggalan dari yang lain dong," ledek Jaemin seraya tertawa geli mendengarkan saran dari Renjun.
"Daripada kau terus memaksa jiwa dan fisikmu melakukan sesuatu dengan paksaan, lebih baik mengistirahatkan diri sesaat kan gak ada salahnya." Renjun menaikan sebelah alisnya, lalu ia melipat kedua tangannya.
"Coba deh aku tanyak samamu, " Renjun berhenti sejenak dan merubah posisi berdirinya, "Bukannya kau pernah bilang kalau kau lelah terus-menerus menjadi yang terbaik? Memangnya kau gak bosan berada ditengah kompetisi yang jelas-jelas kau sendiri gak tahu siapa lawan yang saat ini kau hadapi? Pernah gak kau menyadari kalau lawan yang seharusnya kau hadapi itu adalah dirimu sendiri, kau tahukan aku ini kawanmu dan jelas aja aku ataupun Heechan dan teman kita yang lainnya gak pengen kau sakit hanya karena berusaha memenuhi semua kehendak orang tuamu!"
Jaemin yang mendengarkan semua perkataan Renjun hanya tersenyum saja, "Kau benar, aku sendiri saja sampai gak tahu keinginanku sendiri karena terlalu sering mengikuti keinginan orang tuaku."
"Saranku lebih baik kau istirahat dulu sekarang, nanti juga kau bakal belajar lagi di bimbel sepulang sekolah. Nikmati aja Waktu istirahat sekolah sebagai waktumu sendiri, kalau perlu kau bisa datang ke kelasku dan bermain dengan kami." Renjun tersenyum dan sepertinya ia merasa lega saat mendapatkan reaksi positif dari Jaemin atas nasihat yang diberikannya.
Akan tetapi keadaan itu tak berlangsung lama, sebab tak beberapa lama reaksi Jaemin berubah bingung dan senyuman diwajahnya hilang tatkala saat tetesan darah merah menetes dari hidung Renjun.
"Hidungmu mimisan?" tanya Jaemin, jelas saja Renjun buru-buru menggunakan dasinya untuk mengusap darah tersebut dan mencupit hidungnya seraya menunduk.
"Kau lagi sakit ya, Njun?" tanya Jaemin.
Renjun menggelengkan kepalanya, tetapi Jaemin yang merasa kalau temannya itu butuh bantuan langsung meminta tisu dari teman kelasnya lalu menyerahkannya pada Renjun.
KAMU SEDANG MEMBACA
MY BROTHER (FANFICTION RENJUN)
Fiksi Penggemar(UPDATE SETIAP HARI) Season 1 : Chapter 1-53 ( Season pertama hanya bagian perkenalan karakter dan hubungan antara kakak beradik ) Season 2 : Chapter 54 - selesai. ( Season 2 pada Cerita ini akan lebih mendalami mengenai kenakalan remaja akibat Ke...