"Aku dan Winwin Hyung itu adalah saudara kandung, tapi hubungan kami juga ikut berjarak semenjak kedua orang tua kami pisah. Ya, walaupun sekarang kami sudah berbaikan seperti dulu lagi. Dan satu-satunya alasan kenapa mereka berpisah karenaku, kalau saja aku gak penyakitan pasti mereka gak bakal cerai." Renjun menatap telapak tangannya, " Mungkin juga, Winwin Hyung gak perlu mengalami KDRT sejak kecil. Hyung gak perlu menjadi pelampiasan kebencian Papa," sesal Renjun yang tampak mengutuk dirinya sendiri.
"Ini bukan salahmu, Njun. Justru karena Hyungmu sayang banget sama mu makanya dia berkorban seperti ini, walaupun aku sedikit kaget sih dengar kenyataan kalau Winwin itu kakakmu." Heechan menepuk pundak Renjun.
"Tapi, aku ini memang anak pembawa sial. Kalau saja aku gak penyakitan, aku gak perlu membuat mereka berpisah kan? Terus, kalau saja aku adalah orang yang mudah bergaul dan bersosialisasi, pastinya aku gak perlu dibully dan membuat Papi dan Mami harus bertengkar sampai dikucilkan di negeri orang. Dan sekarang, penyakit ini datang lagi sampai membuat orang tuaku hampir bertengkar dan membuat Adik perempuanku kehilangan kasih sayang seorang ibu karena sibuk mengurusiku."
"Kau gak boleh berburuk sangka kayak gitu, Njun." Mark mencoba bersikap netral terhadap masalah yang dihadapi Renjun, tetapi sepertinya Renjun tidak senang dan tak sengaja membentak keras kearah Mark yang ada disebelahnya.
"Tahu apa kau tentangku? Kau pikir enak harus hidup didalam penderitaan orang lain, apalagi kau harus pura-pura kuat saat melihat mereka menangis!" teriak Renjun yang membuat teman-temannya terbungkam dalam seketika, tak ada satupun yang menyelah saat itu selain menerima ocehan kasar dari Renjun yang rasanya menyesakkan dada.
Sementara itu Renjun langsung menangis, " Maaf, aku gak seharusnya melampiaskan ke kalian."
"Tidak masalah, Njun. Kami siap kok jadi pelampiasan amarahmu, selama kau bisa terbuka dan tidak terbebani." Heechan menepuk bahu Renjun, lalu Renjun mulai kembali bercerita.
Kali ini, ia mulai menceritakan seluruh masalah yang menimpa kehidupannya tanpa ragu. Bahkan, ia juga menceritakan tentang penyakit yang dideritanya sekarang sampai membuat teman-teman nya kaget. Hingga akhirnya cerita itu diakhiri dengan Renjun yang tersenyum lega kepada teman-temannya sambil mengucapkan terimakasih karena sudah menyediakan telinga untuk Renjun.
"Kau tidka perlu khawatir, Njun. Kami akan selalu ada untukmu baik suka maupun duka, lagipula kau adalah satu-satunya alasan kenapa kita bisa berada disini saat ini. Kami gak bakal bisa bayangin betapa berharganya kau dimata kami," ungkap Jaemin yang juga dirasakan oleh teman-temannya yang lain.
"Kau juga tak seharusnya menganggap keberadaanmu adalah kesialan bagi orang tuamu, justru itu semua bukanlah salahmu. Takdir hanya merasa kau adalah orang yang kuat, makanya kau diberikan cobaan lebih." Mark tersenyum bangga pada Renjun.
"Nah, gimana kalau sekarang kita mengikrarkan janji deh.Mulai sekarang kita gak boleh lagi nyimpan masalah sendirian, kita harus lebih terbuka dan saling menopang satu sama lain sebagai sahabat." Perkataan Chenle dibalas anggukan setuju oleh seluruh rekannya tanpa terkecuali.
"Kalau begitu, kumpulkan telapak tangan kalian buat ikrar janji bersama!" perintah Chenle yang langsung diturutin.
Akan tetapi, saat Renjun ingin mengulurkan tangan kanannya. Entah mengapa tiba-tiba saja ia merasa kesulitan dan tangannya terlalu berat untuk diangkat, bahkan kedua kakinya juga seperti mati rasa dan sulit digerakkan. Cukup lama Renjun terdiam dan ingin sekali ia menjerit ketakutan saat menyadari anggota gerak pada bagian kaki dan tangannya mengalami kelumpuhan saat ini.
Jaemin yang pertama kali menyadari hal tersebut langsung melemparkan pertanyaan kepada Renjun, "Kenapa, Njun?"
Renjun tak menjawab, ia hanya tersenyum saja karena merasa bingung untuk memberikan Jawaban yang tepat kepada teman-temannya. Untungnya teman-temannya ikut menyadari apa yang saat ini di alami Renjun saat mereka mendapati Renjun yang beberapa kali melirik kepada tangannya.
"Maafkan aku, aku tidak bisa. Rasanya berat," ungkap Renjun yang bisa melihat ekspresi sendu teman-temannya, ia sampai memejamkan mata karena tidak ingin melihat orang lain untuk mengasihaninya.
Heechan yang merasa iba kepada Renjun tak kehabisan akal, ia langsung membantu Renjun dengan mengangkat tangan Renjun keatas tangannya yang juga disusul oleh teman-temannya.
"Mula sekarang kita akan menjadi sahabat dalam suka maupun duka," ucap Heechan yang dibalas setuju oleh anggota lain.
"Terimakasih," ucap Renjun tersenyum.
Sementara itu disisi lain, Winwin mulai menceritakan seluruh kejadian yang menimpa hidupnya. Teman-temannya Winwin hanya bisa memberikan ekspresi wajah tak percaya dan kaget sampai terbungkam. Mereka sudah berteman lama, tapi baru kali ini mengetahui fakta yang mengejutkan tentang Ayah kandung Winwin.
"Tidak masalah, kalian tidak perlu menatapku seperti itu. Lagian perbuatan Ayahku bukan lagi hal yang menyeramkan bagiku, justru kondisi Renjun lah yang saat ini menjadi alasan terbesarku untuk merasa ketakutan. Aku benar-benar takut kehilangannya," ungkap Winwin yang hanya bisa berpura-pura tersenyum dan bersikap tenang dihadapan teman-temannya.
"Aku memang anak tunggal, tapi aku bisa menyadari betapa besarnya kasih sayangmu pada adikmu itu. Dan aku percaya kalau adikmu bakal sembuh, kami akan bantu kau untuk melindungi adikmu. Kau gak perlu takut ya, kami juga bakal bantu cari Dana kok buat kesembuhannya." Taeyong menepuk pundak Winwin.
"Benar, Win. Kau tidak perlu memikul beban ini sendirian," sambung Yuta.
"Nah, kalau begitu sudah seharusnya kita wajib nih buat minta maaf sama Renjun. Kan kita pernah tuh membully nya," ledek Doyoung yang malah merusak suasana dari teman-temannya yang memiliki gengsi tinggi.
Seketika teman-temannya Winwin langsung terbungkam cukup dan saling beradu pandang satu sama lain, Winwin dan Doyoung sampai tertawa melihat tingkah gengsi gengnya tersebut.
Hingga suasana canggung itu dibuyarkan oleh Lukas yang langsung menyetujui saran dari Doyoung, "Aku setuju, menurutku itu adalah ide yang bagus."
"Memangnya harus ya? Kan kita senior, masa harus minta maaf sama adik kelas." Ten menolak saran tersebut, ia bersikeras untuk mempertahankan harga dirinya.
"Aku setuju juga deh, soalnya aku belum pernah lihat Ten minta maaf sama Junior. Aku mau lihat!" goda Yangyang seraya tertawa antusias.
Jaehyun sampai mengeluarkan handphonenya yang mengarah kepada Ten, "Kamera sudah siap merekam peran utama kita hari ini, teruntuk Ten selalu Yang Mulai Raja."
Jelas saja lelucon Jaehyun dan Yangyang membuat tawa didalam grup tersebut, tanpa terkecuali Winwin yang merasa puas melihat ekspresi kesal Ten.
"Jadi gimana, Ten?" tanya Doyoung seraya memperlihatkan wajah menyebalkannya.
Ten menghela nafas panjang, ia benar-benar kesal dengan godaan dan olok-olokan temannya.
"Oke deh, tapi aku minta maaf itu demi Persahabatanku kita. Bukan berarti aku benar-benar merasa bersalah padanya," ketus Ten.
Winwin meletakkan tangannya dibahu Ten, "Terimakasih Ten, aku bangga padamu."
"Ya, gak usah lebay Win. Tapi awas aja kalau kalian sampai merekam ya," ancam Ten yang masih kesal, dimana hanya dibalas tawa jahil saja oleh teman-temannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
MY BROTHER (FANFICTION RENJUN)
Fiksi Penggemar(UPDATE SETIAP HARI) Season 1 : Chapter 1-53 ( Season pertama hanya bagian perkenalan karakter dan hubungan antara kakak beradik ) Season 2 : Chapter 54 - selesai. ( Season 2 pada Cerita ini akan lebih mendalami mengenai kenakalan remaja akibat Ke...