PUNCAK EMOSI

321 36 0
                                    

"Dasar gila! Apa kau gak waras lagi? Kau ini kenapa sih, kalau ada masalah itu diselesaikan bukannya malah bersikap bodoh!" teriak Doyoung yang masih terkejut bila membayangkan tindakan Winwin sebelumnya.

Disaat yang bersamaan pula, suara handphone Renjun kembali berdering lagi yang membuat Doyoung bertambah kesal dan langsung berjalan meraih handphone tersebut yang tadinya tergeletak di sebelah Renjun.

Dan secara kasarnya, ia banting handphone itu sampai rusak seraya mengeluarkan beberapa umpatan kasar sebelum akhirnya ia berjalan kembali menghampiri Winwin.

Doyoung menarik kerah baju Winwin yang masih terduduk melamun, lalu ia pukul sekali lagi wajah Winwin agar temannya itu segera sadar dari lamunannya tersebut.

Lukas, Taeil, dan jungwoo melihat mereka saat itu, tetapi memilih hanya diam saja dan mengamati tindakan Doyoung yang sebenarnya berniat baik walaupun menggunakan jalan yang kasar.

"Apa masalahmu? Apa kau akan bersikap memalukan kayak gini hanya karena masalah kecil? Kau ini pemimpin sekaligus teman kami, bicaralah!" teriak Doyoung yang sudah kehabisan kesabaran.

Winwin menatap Doyoung, ia melepaskan tangan Doyoung darinya dengan bibir yang mulai berdarah karena pukulan Doyoung.

"Kau sama sekali gak ngerti apapun, Bro. Kalian gak akan bisa paham.... " Winwin memberikan tatapan linglung kepada keempat temannya.

"Makanya bicara! Kami gak akan paham kalau kau sendiri cuman diam aja, sialan!" bentak Doyoung lagi.

"Benar kata Doyoung, lagian kau juga biasanya terbuka soal Ayahmu dan gak sampai down kayak gini. Memangnya apa masalahmu sekarang?" tanya Lukas yang mulai setuju pada Doyoung.

"Aku memang gak tahu apapun tentangmu ya, tapi gak ada salahnya terbuka dengan kami." Taeil ikut memberikan argumennya.

"Hari ini kau bersikap aneh, tidak seperti Winwin yang kami kenal dengan penuh ketenangan dan kewibawaan!" keluh Jungwoo.

"Kau dengar itu? Kau dengarkan kata mereka?" tanya Doyoung kepada Winwin, tetapi ia hanya tersenyum dengan tatapan muak saja sambil menatap kebawah selama sesaat.

"Apa ini lucu menurutmu?" tanya Doyoung.

"Iya, bagiku semua ini sangat lucu. Kalian sangat lucu dan Dunia ini sangat menggelitik perutku," ucapnya seraya tertawa lagi, lalu ia balas pukulan tepat diwajah Doyoung dengan lebih keras dua kali lipat dari yang diberikan Doyoung.

"Sekarang kita impas, apa cuman selemah itu pukulanmu?" ucapnya sambil mengayunkan telapak tangannya yang terasa sakit.

"Kurang ajar kau!" teriak Doyoung yang semakin tersulut api amarahnya, ia langsung menghantamkan pukulan bertubi-tubi kepada Winwin. Akan tetapi kali ini Winwin tidak membalas dan tersenyum saja, ia juga tidak melawan atau mengelak seakan ia memang sengaja memancing kemarahan Doyoung sebelumnya.

"Apa kalian mau saling membunuh disini?" tanya Lukas yang mulai kesal dan khawatir, ia buru-buru menarik Doyoung menjauh dadi Winwin dan membantu Winwin berdiri dengan cara mengulurkan tangannya kepada Winwin.

Akan tetapi, Winwin menolak ukuran tangan tersebut dan menghapus darah di sekitar bibirnya dengan telapak tangan.

"Bukannya bagus kalau aku mati saja? Memangnya apa lagi yang harus kukejar di Dunia ini?" tanya Winwin yang mulai menyeret dirinya untuk bersandar di dinding.

"Kau mau mati, kan? Sini biar kukabulkan!" pukas Doyoung yang niatnya mau memukul kembali Winwin, tetapi langsung dihalau oleh Taeil dan Jungwoo.

"Bukannya kau bilang kalau kau gak mudah pantang menyerah, terus kenapa juga kau seputus asa ini? Apa yang sebenarnya terjadi?" tanya Lukas.

Winwin menatap temannya itu, lalu ia menunjuk kearah Renjun yang masih tidak sadarkan diri.

"Adik laki-lakiku yang malang," ucapnya sambil tersenyum kecut, lalu menunduk ke bawah lantai sambil memperlihatkan bibir yang  tersenyum lebar.

"Penyakit sialan itu kembali menggerogotinya, padahal aku sudah berusaha ikhlas mengalami penderitaan di Dunia ini... Tapi... Tapi kenapa takdir masih terus menyiksa batinku lagi, setelah merenggut sosok keluarga sempurna di hidupku dan sekarang adikku yang malang itu akan segera direbut juga."

"Apa maksudmu? Jadi maksudmu kalau Anak baru itu adik kandungmu?" tanya Jungwoo.

Winwin mengangguk saja, lalu ia mendongakkan kepalanya menatap ketiga temannya itu.

"Dasar bego! Apa kau menyerah saja kayak gini, kau ini Hyungnya jadi lebih baik menemaninya berjuang menghadapi penyakit itu bukan malah putus asa kayak gini," bentak Doyoung yang menarik kembali Kearah baju Winwin dan mengangkatnya berdiri.

"Memangnya apa yang bisa dilakukan oleh anak yang jadi korban kekerasan Ayahnya dari kecil? Bahkan menerima kasih sayang saja aku gak pernah, apalagi memberikan kasih sayang pada adiknya sendiri." Winwin tetap tersenyum, matanya sudah lebam saja dipukuli oleh Doyoung dan bibirnya juga tak kalah jauh lebamnya.

"Kau ini cerdas, jadi berhenti bersikap bodoh. Apa kau gak lelah membodohi dirimu sendiri? Ah... Sudahlah, lelah rasanya ngomong sama orang yang terus-menerus bersembunyi dibalik topeng palsunya, " sindir Doyoung yang mulai muak.

"Sudahlah, Doyoung. Kau juga gak perlu pakai kekerasan hanya untuk Menceramahinya," ucap Lukas yang langsung merelai tangan Doyoung dari Winwin.

"Kau juga Winwin, harusnya kau lebih terbuka pada dirimu sendiri. Kalau kau menyayangi adikmu maka tunjukkan saja padanya, berhenti membuatnya jadi tameng untuk menyembunyikan ketakutanmu terhadap masa lalumu yang buruk." Lukas memberikan tatapan menyolot pada Winwin.

"Berhenti bersikap ingin melindunginya dari Papa kalian juga. Dia butuh Hyungnya ada didekatnya saat ini, bukan sosok Hyung bayangan yang berdiri dibelakang dan bersikap seolah-olah ingin menjauh darinya. Lagian kau bilang kalau dia sedang sakit, maka berikan dukungan yang nyata padanya dan berhenti bersembunyi lagi." nasihat Lukas sepertinya mulai menusuk dihati Winwin, ia tak lagi tersenyum dan mulai memasang ekspresi wajah serius.

"Kenapa ekspresi wajahmu itu? Apa kau masih merasa kalau kami gak tahu apa-apa tentangmu, padahal jelas-jelas kami ini Sahabatmu tapi masih aja meragukan kami." keluh Doyoung.

Taeil hanya menepuk pelan baju Winwin sambil tersenyum perhatian kepada temannya itu, disusul juga oleh Jungwoo yang berbisik menyemangati Winwin.

Winwin menundukkan kepalanya, " Maafkan aku, aku terlalu sibuk berpura-pura merasa tersakiti sampai lupa kalau aku punya sahabat seperti kalian."

"Tenang aja, kami gak marah kok samamu. Tapi lain kali, kau jangan pernah meragukan kami lagi ya sebagai sahabatmu sama halnya seperti Adikmu itu yang gak pernah berhenti meragukanmu sebagai Hyungnya." Taeil tersenyum, ia adalah salah satu teman yang juga perduli pada Winwin.

"Aku tahu, aku pikir kalian juga benar." Winwin mulai tenang.

"Baguslah kalau kau mengerti, " ucap Taeil yang dibalas anggukan oleh Winwin saja.

"Yaudah, lebih baik kau nemanin adikmu saja sampai dia sadar selagi kami beliin obat dan makanan ringan diluar!" usul Lukas.

Winwin cuman mengiyakan saja sambil berjalan tanpa mengatakan apapun, sepertinya ia juga setuju akan usul itu.

Ia langsung merebahkan dirinya di sebelah Renjun dan memejamkan matanya untuk sejenak tanpa mau tahu apakah Keempat temannya itu benar-benar sudah pergi atau belum saat itu.

MY BROTHER (FANFICTION RENJUN) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang