KEINGINAN TERBESAR RENJUN

299 31 3
                                    

Hujan malam ini turun begitu deras, kali ini anginnya melambai sangat kencang sampai membuat beberapa pohon hampir tumbang dibuat olehnya, belum lagi kilatan petir tak berhenti menggelegar di langit sejak dari tadi yang membuat siapapun pastilah akan kesulitan bila tidak meneduh ditempat yang aman. Untungnya saja renjun berhasil tiba di sebuah bangunan yang biasanya digunakan winwin untuk taruhan berkelahi sebelum hujan tersebut benar-benar turun lebih deras lagi, sepertinya memang ia sengaja memilih lokasi tersebut  untuk meneduh karena lokasinya yang tidak terlalu jauh dari Rumah ataupun klinik dan bangunan sepi yang membuatnya mampu menenangkan diri sementara waktu meskipun ia tahu kondisi fisiknya tidak baik-baik saja.

Makanya tanpa ada aba-aba, ia langsung menjatuhkan diri dilantai gedung dan tergeletak lemas di sana. Bahkan, saking kelelahannya ia sampai membiarkan hidungnya mimisan saat ini.Belum lagi perutnya tak berhenti berbunyi berulangkali karena kelaparan dan bibirnya juga terasa kering pucat. akan tetapi, ia masih saja bersikukuh pada egonya dan memilih tidak memperdulikan kesehatannya sendiri saat ini selain hanya tetap berbaring dan memejamkan mata dengan tenang.

Ditengah kesepian dan kegelapan malam itulah, renjun benar-benar menumpahkan seluruh isi hatinya. wajahnya benar-benar sudah berantakan sekarang, tetesan darah yang sudah mengering bercampur dengan air mata yang terus mengalir dalam keadaan terpejam.

"Maaf...aku benar-benar minta maaf!" gumamnya berulang kali, entah kepada siapa kata maaf itu ingin ia berikan saat ini, tapi yang jelas nada suaranya memperlihatkan sebuah perasaan sesal dan pilu yang tak tergambarkan.

"Aku benar-benar minta maaf...." Renjun semakin mengencangkan suaranya dalam keadaan yang masih berbaring dan terpejam, hingga tak terasa Renjun benar-benar tertidur pulas saat itu karena terlalu lelah menangis dan menyalahkan diri sendiri.

Namun ketenangannya untuk tidur sejenak tidak berlangsung lama, sebab tak beberapa lama kemudian seseorang yang tampak tak asing dengan mengenakan pakaian kaos oblong hitam dan jeans hitam membangunkan Renjun seenaknya.

Renjun yang masih setengah tersadar langsung tersentak, ia buru-buru duduk sambil mengusap-usap wajahnya dengan lengan baju.

Dan begitu kesadarannya mulai membaik dan rasa kantuknya berangsur-angsur memudar, barulah ia bisa melihat jelas Winwin yang saat ini sedang ada dihadapannya seraya mengenakan topi dan masker untuk menutupi wajahnya yang mengalami kerusakan di sisi sebelah kanan.

"Apa yang Hyung lakukan disini?" tanya Renjun bingung, ia benar-benar tak bisa membohongi hatinya yang merasa bersalah atas kejadian yang menimpa Winwin saat itu sampai membuat wajah tampan Winwin menjadi rusak.

Berbeda pula pada Winwin yang tampak berusaha tenang, bukannya menjawab pertanyaan Renjun  malahan ia sibuk mengelap darah kering yang ada di sekujur wajah Renjun dengan lengan bajunya juga dibandingkan ia harus menjawab pertanyaan Renjun tersebut.

"Aku serius," ketus Renjun.

"Kau tenang saja, aku datang sendirian kesini dan orang tuamu gak akan tahu tempat ini. Lagian apa yang kau lakukan disini? Kau tahu kalau mereka sedang sibuk mencarimu sekarang, kau memang anak nakal yang tak pernah berhenti mengkhawatirkan orang lain ya!" keluh Winwin dengan nada yang tegas.

Renjun cuman menunduk saja untuk sesaat, sebelum akhirnya bibirnya mulai bergumam keras dan membalas tatapan tajam Winwin.

"Kenapa Hyung tahu aku disini?" tanya Renjun.

"Aku hanya menebak-nebak saja, lagian kau ini adikku dan pastilah aku tahu kalau kau akan bersembunyi ditempat sepi seperti ini kalau ada masalah. Kau ini emang paling mudah ditebak ya, pantasan aja kau selalu kalah bermain petak umpet denganku," ledek Winwin seraya tersenyum, ia bisa melihat wajah Renjun yang mulai menggerutu dibalik wajah pucatnya itu.

MY BROTHER (FANFICTION RENJUN) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang