Renjun menunggu kakak laki-lakinya di depan gerbang sekolah seperti yang sebelumnya telah dijanjikan, ia sampai harus mengirimkan pesan izin tugas kelompok kepada Chanyeol agar Ayah tirinya itu tidak perlu repot-repot menjemputnya yang penyakitan ini.
Dan Renjun juga bela-belain berlari meninggalkan kelas lebih dahulu dari teman-temannya, ia tidak mau melibatkan mereka dalam urusan pribadiku saat ini dan lagipula ia yakin kalau mereka juga pastilah pengertian."Ikut aku!" perintah Winwin saat melangkahkan kaki melewati gerbang sekolah, kali ini ia hanya pergi sendirian seperti yang sudah diduga oleh Renjun kalau kakaknya adalah orang yang selalu menepati janji bila tidak ada halangan.
Renjun berusaha mengejar langkah kaki Winwin, ia tidak mau sampai ketinggalan dari Winwin yang memang lebih cepat dibandingkan Renjun sejak kecil kalau berjalan.
Untungnya Renjun bisa mengejar Winwin meski harus bercucuran keringat yang membasahi seragam putihnya. Walaupun disepanjang jalan, mereka sama sekali tidaklah berbicara apapun dan Winwin juga seolah-olah bersikap tidak minat untuk membuka obrolan pembicaraan dengan Renjun. Bahkan sampai keduanya naik angkutan umum saja, Winwin masih sibuk bertahan dengan bibir terbungkamnya dan setiapkali Renjun mengajaknya berbicara maka respon tidak tertarik yang diperlihatkan Winwin atau sekedar penolakan meminta Renjun untuk diam alih-alih mendengarkan semua yang dikatakan Renjun.
Keheningan itu terus berlanjut sampai keduanya turun darj angkutan umum, kali ini Winwin sepertinya sengaja memperlambat langkahnya seakan ia sedang memikirkan ulang keraguannya mengenai Sang Papa.
Tanpa terasa, keduanya telah sampai didepan sebuah rumah yang berada di ujung kompleks perumahan. Rumah itu bewarna hijau dengan bangunan dua tingkat dan terdapat rumput ilalang di sebelah kirinya, tak lupa juga ada terparkir mobil hitam di depan Rumah yang menandakan seseorang telah kembali kedalam Rumah.
Winwin yang menyadari mobil itu milik Papinya, sontak ia menghentikan langkah kakinya didepan pagar seraya menghela nafas panjang.
"Kau harus terus berada dibelakangku dan gak usah mengatakan apapun dahulu," tukas Winwin yang menoleh pada Renjun.
Renjun hanya mengangguk saja, lalu ia menuruti perkataan Winwin untuk tetap berada dibelakangnya.
"Oke, semua pasti baik-baik saja!" gumam Winwin pada dirinya sendiri, baru kali ini Renjun melihat ada perbedaan dari diri sang kakak laki-laki.
Bahkan untuk membuka pintu gerbang saja Winwin terlihat ragu-ragu, tetapi untungnya ia tidak mengurungkan niatnya dan tetap mengajak Renjun melangkah masuk ke Rumah.
"Aku tidak akan menanggung semua kekecewaanmu, kau harus ingat itu Njun!" tegas Winwin lagi mencoba mengingatkan Renjun kembali, Renjun yang mendengarkannya hanya bisa mengiyakan saja tanpa menyadari bahaya apa yang akan terjadi didalam sana.
Dan benar saja, matanya terasa ingin menjerit tatkala melihat Ruang Tamu yang sangat berantakan dengan beberapa bekas hantaman di dinding Ruang Tamu.
Dia ingin sekali bertanya pada Winwin, tetapi melihat raut wajah datar Winwin saja membuatnya mengurungkan niat untuk bertanya dan tetap fokus mengikuti langkah Winwin.
Hingga tak beberapa lama langkah kakinya membawanya masuk melewati pintu masuk Rumah, tampak seorang Lelaki Tua yang dikenali olehnya datang mendekat dari arah Dapur dengan raut wajah penuh amarah dan dasi yang sudah berantakan.
Bukannya menyambut penuh hangat, malahan ia melemparkan sebuah asbak rokok tepat mengenai kepala Winwin, bunyi hantaman itu sangat keras tetapi Winwin sama sekali terlihat menganggapnya biasa saja dan tak ada sedikitpun perlawanan darinya.
Belum lagi Pria itu seolah-olah tidak mengenali Renjun dan menganggap kalau kehadiran Renjun bukanlah alasan baginya untuk melampiaskan amarah kepada Winwin.
"Wah! Tumben sekali Anak gak berguna seperti mu pulang jam segini? Bukannya harusnya kau pulang malam saja kayak biasanya atau kau mau menerima amukan dariku?" teriak Pria itu yang tidak lagi ialah Hyunwoo, Papa dari Winwin dan Renjun.
"Dasar anak gak tahu diri! Kau masih saja diam saat kuajak bicara, apa kau menganggapku binatang sama saja seperti ibumu ya? Kau memang harus dikasih pelajaran!" Bentaknya yang kembali melemparkan remote AC kepada Winwin, jelas saja sikap Winwin yang hanya diam saja dan perlakuan Hyunwoo kepada Winwin malah semakin membuat Renjun kesal.
Dan kali ini juga, Renjun berhenti menuruti perkataan Winwin dan langsung berjalan maju disebelah Winwin dengan tatapan penuh keberanian, ia pikir bisa saja keberadaannya saat ini membantu meredakan amarah Hyunwoo dan menghapus kebencian Hyunwoo padanya saat ini.
"Tolong berhenti, Papa!" tukas Renjun yang menjadi pusat perhatian di Rumah itu.
Sepertinya rencana Renjun mulai mendapatkan sambutan dan perhatian Hyunwoo mulai tertarik padanya, apalagi saat Hyunwoo mendengarkan dirinya dipanggil Ayah oleh Renjun.
"Siapa kau?"
"Ini aku Renjun, anakmu. Apa papa mengingatku?" jawab Renjun yang berharap Ayahnya akan senang mendengarkan kabar itu dan segera memeluknya erat.
Namun bukan respon positif dan bayangan menyenangkan itu yang terjadi, malahan Hyunwoo tampak murka saat menyadari kebenaran itu dan langsung menampar keras wajah Renjun saat itu juga.
Dan bukan hanya itu saja, ia juga mendorong Renjun sangat keras sampai tubuhnya membentur dinding ruang tamu dan berteriak kesakitan.
Winwin yang melihat adiknya diperlakukan kasar, jelas saja tidak terima dan langsung menarik Hyunwoo menjauh saat itu juga kedalam sebuah kamar yang kebetulan berada dekat di Ruang Tamu.
"Dasar kau anak menyusahkan, harusnya kau gak perlu lahir kalau cuman bawa penyakit!" teriak Hynwoo terus-menerus sebelum akhirnya Winwin mendorongnya kedalam kamar, tampak jelas Hyunwoo masih terus menyalahkan Renjun atas apa yang terjadi dalam Rumah Tangganya yang telah berantakan.
Namun begitu suara pintu kamar dikunci rapat, suara makian itu berubah jadi suara hantaman keras dari balik pintu kamar tersebut.
Dan ada beberapa kali suara jeritan kesakitan dari Winwin yang menghiasi hantaman dari dalam sana.
Tak ada yang tahu apa yang terjadi di dalam sana, bahkan niat penasaran dan naluri hati Renjun saja tidak cukup mengalahkan perasaan takutnya saat ini dan membuatnya masih terduduk dilantai dengan tubuh yang masih gemetaran.
"Kau pikir semuanya akan selesai kalau kau membawa dia kesini! Dasar anak tidak tahu diri," teriak Hyunwoo dari dalam sana, semua makian binatang dan kalimat yang tidak pantas terus mengalir dari mulut Hynwoo.
Rasanya ingin sekali Renjun menutup kedua telinganya agar tidak perlu lagi mendengarkan kata-kata tersebut. Kali ini ia mulai percaya akan tindakan Winwin yang selalu menjauhinya dari sang Ayah dan bagaimana nilai kebencian Hyunwoo terhadap dirinya.
Renjun benar-benar mulai merasa bersalah, ia mulai mengingat kembali rasa takutnya di masa kecil dan bagaimana akhirnya perceraian itu terjadi karena dirinya.
Dan dalam kesendirian di Ruang Tamu itu, Renjun tak berhenti bergumam meminta maaf atas semua yang terjadi saat ini. Ia benar-benar ketakutan, tak bisa lagi ia berpikir jernih selain berharap pintu kamar itu terbuka dan Winwin dalam keadaan baik-baik saja di dalam sana.
KAMU SEDANG MEMBACA
MY BROTHER (FANFICTION RENJUN)
Fiksi Penggemar(UPDATE SETIAP HARI) Season 1 : Chapter 1-53 ( Season pertama hanya bagian perkenalan karakter dan hubungan antara kakak beradik ) Season 2 : Chapter 54 - selesai. ( Season 2 pada Cerita ini akan lebih mendalami mengenai kenakalan remaja akibat Ke...