Untungnya sebelum Renjun berlarut-larut pada kesedihan tersebut, ia langsung tersadar oleh kehadiran teman-temannya tersebut. Dimana Mark langsung merangkul pundak Renjun dan duduk disebelah kiri Renjun, bersamaan pula Heechan yang juga berlari untuk bisa mengambil posisi duduk disebelah kanan Renjun. Dan disusul oleh Chenle, Jaemin dan Jisung beserta Jeno.
"Bagusan kita buat lingkaran aja gak sih? Soalnya aku juga kangen sama Renjun," ucap Chenle yang memberi usul.
"Setuju sih," ucap Jeno yang juga disusul oleh jawaban setuju dari teman-temannya yang juga ikut membuat lingkaran.
Dan disaat itu juga, Renjun memandangi satu-persatu teman-temannya dengan wajah yang ceria. Berbeda dengan teman-temannya yang memandangi Renjun dengan raut wajah yang sedih sekaligus kesal kepadanya.
"Kenapa hari itu kau menolak kunjungan kami ke Rumah Sakit? Kenapa juga kau menghilang seperti ditelan bumi sejak hari itu?" tanya Jeno yang langsung membuka percakapan.
"Dan kenapa juga kau tak berterus-terang tentang penyakitmu kepada kami?" tanya Jaemin yang ikut menimpali pertanyaan Jeno.
Dan disusul juga oleh Jisung yang mulai ikut berbicara, padahal selama ini ia bukanlah bagian dari lingkaran pertemanan Renjun tapi sepertinya banyak yang berubah semenjak kepergian Renjun hari itu.
"Aku hampir gila karena mendengarkan keluhan Jaemin Hyung dan Teman-temanmu yang lain, jadi bagusam masih tahu aja kepada kami apa yang sebenarnya terjadi padamu, Renjun Hyung?" tanya Jisung.
Pertanyaan yang terus menghujani Renjun saat ini pastilah membuatnya tertegun sejenak, ia bahkan tak tahu harus mulai dari mana untuk menceritakan semuanya kepada mereka. Jadi, tanpa pikir panjang ia langsung berinisiatif untuk mengalihkan saja topik pembicaraan itu.
"Bagaimana hasil raport kalian? Apa nilai kalian bagus dan apa yang bakal kalian lakukan saat liburan semester ini?"
"Percuma juga kita kumpul disini, kita juga gak bakal dapat jawaban apapun darinya. Rasanya pertemuan saat ini cuman buang-buang waktuku saja," celetuk Jeno yang merasa muak dengan sikap tertutup Renjun yang berusaha mengalihkan percakapan, ia bahkan sampai berdiri karena merasa tak senang pada temannya itu.
Berbeda pula dengan Heechan yang sangat memahami betul kesulitan Renjun, ia langsung menegur Jeno saat itu juga.
"Kau gak perlu mengatakan seperti itu. Tolong ya kalau ngomong itu dikontrol kali, bro!" tukas Heechan.
"Buat apa? Dia juga gak menganggap kita teman kok, kalau memang dia menganggap kita teman pasti dia gak akan menyembunyikan masalahnya dari kita. Bukannya teman itu saling melindungi dan mempercayai dalam suka maupun duka, ya? Tapi nyatanya Dia gak terbuka sama sekali sama kita, seolah-olah ia gak mempercayai kita sama sekali." Jeno terus menyudutkan Renjun dengan semua perkataan pedasnya, lalu ia menghela nafas panjang seraya menggendong kembali ranselnya yang tadi ada dilantai.
"Aku gak sanggup berada di lingkaran pertemanan yang gak terbuka kayak gini, jadi bagusan aku pergi aja deh dari sini!" pungkas Jeno yang langsung ditahan oleh Heechan, bahkan Heechan sampai ikutan bangkit untuk menahan Jeno pergi dari sana.
"Kau harusnya sabar. Mungkin, Renjun butuh waktu untuk lebih terbuka sama kita."
Jeno menolak Heechan yang menghalangi jalannya, "Mau berapa banyak waktu yang harus kita berikan untuknya bisa jujur?" tanya Jeno seraya menunjuk kepada Renjun yang tak bergeming sama sekali.
"Lihat aja deh mukanya yang udah pucat kayak orang sekarat! Apa kita harus nunggu dia sampai mati dulu, baru dia mau berterus-terang sama kita?" tanya Jeno yang sudah sangat keterlaluan dan membuat Jaemin jadi naik pitam.
Jaemin terpaksa ikutan bangkit dan mendaratkan pukulan keras diwajahnya Jeno, matanya tampak melotot kesal dan urat-urat dilehernya terlihat jelas seperti orang yang tengah marah.
"Kau itu udah keterlaluan banget, Bro. Harusnya kau sadar kalau pertemanan itu bukan hanya sekedar keterbukaan saja, tapi pertemanan itu juga perlu saling menjaga dan menghargai privasi satu sama lain!" bentak Jaemin.
"Dan teman itu gak bakal pernah menyakiti perasaan temannya sendiri. Tapi, hari ini kau bukan hanya melukai perasaannya Renjun saja, kau juga udah memancing amarah kami." Timbal balik Heechan kepada Jeno.
Namun hasilnya tetap saja, meskipun ia sudah diceramahi oleh kedua temannya itu tetapi ia masih saja bersikeras kepada prinsipnya.
"Terserah," ucapnya yang berniat pergi dari sana, sampai akhirnya langkah kaki Jeno terhenti oleh panggilan Renjun yang memanggil namanya dengan keras.
"Aku setuju dengan yang kau bilang tentang keterbukaan. Dan aku akan menceritakan semuanya kepada kalian, asalkan kalian juga mempercayaiku sebagai teman kalian."
"Aku setuju," ucap Jeno yang mengurungkan niatnya untuk pergi dan kembali duduk disebelah Mark. Lalu dengan tenangnya, ia mulai memperbanyak dasinya sambil melirik kepada teman-temannya satu persatu.
"Aku berasal dari keluarga miskin yang menyedihkan. Seja kecil aku dirawat oleh seorang ibu tunggal yang hobinya mabuk-mabukan, sementara Ayahku tidak pernah lagi menafkahi kami semenjak cerai dari ibuku. Terakhir kali sih aku tahunya Ayah udah mempunyai keluarga baru lagi, bahkan hidupnya juga makmur dan bahagia. Tapi bagian yang paling membuatku kesal sekarang adalah kebiasaan ibuku yang sering mabuk-mabukan membuatnya lupa untuk datang ke sekolah setiap pembagian raport semester. Padahal satu-satunya harapan yang paling kuinginkan itu simple sih, aku cuman pengen Ibu menatap bangga padaku saat namaku diumumkan sebagai peraih ranking satu. Tapi setiapkali aku menyampaikan keinginanku itu, ibuku selalu bilang kalau sampai kapanpun aku gak bakal dapat pujian darinya selama aku gak menghasilkan uang sama sekali. Dia selalu menganggap kalau prestasi itu gak ada gunanya, ia benar-benar gak sadar kalau selama ini aku berusaha keras untuk membanggakannya dmei sebuah pujian. Lagian anak mana sih yang gak pengen dapat pujian dan apresiasi dari orang tuanya? Tapi sayangnya harapan itu cuman ilusi semata aja, karena sampai kapanpun impian itu gak akan pernah terwujud sama sekali, " ucap Jeno yang mulai meneteskan air matanya, tetapi buru-buru ia menyeka air matanya sambil menatap sendu kepada teman-temannya yang lain.
"Jadi, begitulah kisah singkat hidupku dan tolong berhenti menatapku dengan belas kasihan kalian. Aku memang sengaja menceritakan semua ini ke kalian, karena mulai sekarang aku bakal mempercayai kalian sebagai temanku." Jeno tersenyum paksa seraya menghela nafas panjang saat itu.
Lalu ia melipat kedua tangannya dengan tubuh yang berpura-pura tegap, "Jadi giliran siapa yang mau bercerita sekarang? Kita perlu membuktikan kepada Renjun kalau kita juga mempercayainya," bujuk Jeno yang tampak mengambil alih lingkaran percakapan saat itu.
"Kalau aku sih memang berasal dari keluarga yang kaya raya, berbanding terbalik kehidupannya dengan Jeno. Tapi sayangnya orang tuaku tak mempunyai waktu sedikitpun buatku, bahkan aku sampai ragu apa alasan mereka sebenarnya mempunyai anak? Apakah aku cuman pajangan mereka saja atau aku cuman sebuah aset buat meneruskan kekayaan mereka nantinya. Aku benar-benar ragu dan takut untuk menduga semua itu, tapi jujur aja kalau selama ini aku selalu merasa kesepian setiapkali menginjakkan kaki dirumah megah itu." Chenle terdiam sejenak, ia berusaha menangkan dirinya agar tidak menangis.
Heechan sampai merangkul pundak Chenle yang memang duduk disebelahnya, karena saking terharunya dengan kisah hidup Chenle.
"Gak apa-apa kok, justru kehadiran kalian sedikit mengobati rasa kesepianku. Kalian adalah satu-satunya alasanku ingin berlama-lama disekolah, kalian itu seperti saudara bagiku." Chenle menunduk malu karena telah berterus-terang kepada teman-temannya.
"Senangnya dianggap saudara sama Lord Chenle," ucap Heechan seraya memberikan jempol kepada Chenle, sekaligus memberikan gelak tawa kepada teman-temannya agar suasana saat itu tidak terlalu menyedihkan.
****
Kira-kira bagaimanakah kisah hidup teman-temannya Renjun yang lain? Yuk ikuti selalu dan jangan sampai ketinggalan 😊
KAMU SEDANG MEMBACA
MY BROTHER (FANFICTION RENJUN)
Fanfic(UPDATE SETIAP HARI) Season 1 : Chapter 1-53 ( Season pertama hanya bagian perkenalan karakter dan hubungan antara kakak beradik ) Season 2 : Chapter 54 - selesai. ( Season 2 pada Cerita ini akan lebih mendalami mengenai kenakalan remaja akibat Ke...