"Jadi, Apa malam ini Hyung nginap disini?" tanya Renjun, tapi saat ia tak mendapatkan jawaban apapun dari Winwin seketika senyumannya mulai hilang dalam sekejap dan berganti dengan wajah sedih.
"Aku paham kok, Hyung belum bisakan memaafkan Mami dan aku bisa terima itu."
Winwin yang merasa tidak enak saat melihat raut sedih dibalik wajah pucat adiknya itu dan kali ini ia hanya bisa mengalah saja, ia juga teringat pada saran dari kedua temannya dan sudah sebaiknya ia melepaskan rasa ego yang dipenuhi amarah untuk kali ini.
Winwin tersenyum tulus, "Mungkin aku akan menginap disini, lagian aku gak juga gak punya alasan yang tepat buat menolak kemauanmu."
"Kau serius?" tanya Renjun dengan mata yang terbelalak kaget, "Lalu, bagaimana dengan Mami? Gak masalahkan?" tanyanya lagi.
Winwin hanya menaik-turunkan bahunya dan mengangkat sebelah alisnya, sepertinya ia tidak terlalu memperdulikan keberadaan Wendy.
"Aku juga akan belajar memaafkannya demimu," ucap Winwin yang sebenarnya sedang berbohong didepan Renjun saja, sebab baginya sendiri gak akan ada alasan buat memaafkan Wendy karena walau bagaimanapun hatinya ibarat sebuah gelas yang pecah dan takkan lagi Pernah bisa menyatu seperti sediakala. Kalaupun disatukan, sama saja gelas itu masih meninggalkan bekas yang sangat mengusik keindahan gelas tersebut.
"Terimakasih, Hyung. Aku harap kau tidak membohongi perasaanmu kali ini hanya untuk mengasihaniku, kau tahukan kalau aku gak ingin membuat orang lain menderita hanya karenaku." Renjun sedikit merubah posisi duduknya.
"Makanya kau harus segera sembuh, supaya gak ada lagi yang harus berkorban demimu." Winwin mengatakannya secara terang-terangan dan sepertinya perkataan Winwin sama sekali tidak membuat Renjun merasa sakit hati, malahan ia setuju pada perkataan Winwin.
"Kau benar, aku harus bisa sembuh karena -" belum sempat menyelesaikan perkataannya, mendadak suara Wendy yang memanggil nama Renjun dibarengi oleh Chanyeol telah masuk kedalam ruangan secara tiba-tiba.
Dan tebak saja bagaimana reaksi yang bisa diperlihatkan Wendy, tatkala melihat sosok Winwin dihadapan mereka.
Berbeda pula pada Winwin yang hanya bersikap tenang seperti tak ada sesuatu yang hebat terjadi, ia malahan berusaha menahan kebenciannya sampai membuat senyuman yang sebelumnya diperlihatkannya mulai terkikisa pada wajah datar dan beberapa urat nadi yang bermunculan di leher.
Dengan perlahan-lahan, Winwin berjalan mundur seolah-olah mempersilahkan Chanyeol dan Wendy untuk menjenguk Renjun. Dengan seenaknya juga, Winwin duduk dibangku sofa pasien yang ada di seberang ranjang Renjun sambil menundukkan kepalanya kelantai dengan kedua tangan yang tetap mengepal.
Renjun yang bisa menyadari perubahan perilaku Winwin, jelas saja merasa khawatir. Tetapi kekhawatiran itu sengaja ia sembunyikan saat Wendy memeluknya erat sambil menangis.
Sebisa mungkin Renjun tetap kembali tersenyum, "Aku baik-baik saja kok, Mami. Jadi Mami gak perlu khawatir lagi mulai sekarang dan maafkan Njun yang udah buat kalian khawatir gini, " ucap Renjun yang berusaha melepaskan pelukan Maminya.
"Benar itu, Njun ini anak yang kuat dan Papi percaya itu." Chanyeol merangkul Wendy untuk mengatasi rasa canggungnya pada kehadiran Winwin atau lebih tepatnya ini adalah pertama kalinya mereka bertemu secara langsung.
"Sarang dimana? Apa dia tahu soal ini?" tanya Renjun.
"Sarang dititipkan sama teman Mami tadi kok, sebelum kami berangkat kesini. Jadi, kamu gak usah khawatir lagi ya." Wendy membelai rambut anaknya.
Renjun mengangguk, "Baguslah, lagian aku gak mau dia ngeliat keadaanku yang menyedihkan ini."
"Loh, Njun. Kamu gak boleh ngomong gitu dong sayang. Kamu itu gak boleh patah semangat dan Mami percaya kamu bakal sembuh kayak waktu itu, kami bakal selalu ada disini nemanin kamu." Wendy berusaha mengembalikan semangat anaknya, tetapi sikapnya ini membuat Winwin merasa muak sampai bangkit dari sofa.
"Njun!" panggil Winwin yang membuat semua orang di ruangan itu menatap kearahnya.
Wendy yang kini bisa melihat jelas luka lebam di wajah Winwin, jelas saja pastilah merasa khawatir.
"Apa yang terjadi pada Wajahmu? Apa dia yang buat padamu?" tanya Wendy yang mulai kelepasan emosi.
Akan tetapi, bukannya memberikan jawaban seperti yang diinginkan Wendy malahan Winwin sibuk mengacuhkannya dan malahan fokus kepada Renjun.
"Aku pergi dulu ya," ucapnya sebelum akhirnya ia pergi keluar ruangan tanpa mengatakan sepatah katapun lagi.
Sepertinya terlalu sulit bagi seorang Winwin untuk bisa memaafkan Wendy, bahkan membuat seolah-olah tidak saling mengenal saja sangat sulit bagi Winwin makanya ia memilih pergi dari sana.
"Winwin! Apa kau harus bersikap seperti ini pada Mami?" teriak Wendy yang tidak bisa menerima tindakan Winwin barusan dan mengejar Winwin saat itu juga, sepertinya ia benar-benar sangat merasa bersalah pada Winwin dan rasa bersalahnya ini membuat naluri keibuannya tidak akan tega bila membiarkan dirinya dibenci oleh anak sendiri.
Renjun yang melihat jelas apa yang terjadi diantara Ibu dan saudara laki-lakinya itu, kini tidak lagi tersenyum seperti sebelumnya.
"Aku benar-benar tidak mengetahui apa yang sebenarnya terjadi pada mereka," gumamnya seraya menghela nafas panjang, kini pikirannya mulai berkecamuk.
"Kamu tidak perlu memikirkan apapun saat ini, lebih baik kamu istirahat saja sekarang!"
"Apa menurut Papi mereka akan berbaikan?" tanya Renjun.
"Tentu, semua orang pastilah pernah bertengkar dan bermusuhan, tapi nantinya mereka bakal baikan lagi kok seperti hubungan diantara kita."
"Papi benar," ucap Renjun yang mulai mengerti seusai diberikan Sebuah harapan oleh Chanyeol.
"Oh iya, kau tahu gak kalau Papa membelikan dua tiket bioskop padamu." Chanyeol mengeluarkan tiket tersebut dari saku dompetnya dan memberikannya pada Renjun.
"Buat apa? Aku bukan anak kecil lagi, lagipula aku gak suka nonton." tolak Renjun seraya tersenyum geli, menurutnya ini gak pertama kalinya ia melihat tingkah absurd sang Ayah tetapi ini adalah kali pertama ia bisa tersenyum melihat tingkah absurd Chanyeol yang selama ini terasa mengesalkan dimatanya.
"Papi kira kita bisa melakukan Quality time sebagai Ayah dan Anak, tapi Papi baru tahu kalah kamunya gak suka nonton."
"Kalau memang Papi suka nonton, aku bisa nemanin kok. Lagian aku kan udah janji bakal jadi anak yang baik buat Papi. Aku janji gak bakal terus menyusahkan Papi," ucapnya yang dibarengi oleh senyuman manis yang perlahan menyusut dan bayangan pahit tentang Hyunwoo tidak sengaja memenuhi isi kepalanya saat ini.
"Menyusahkan? Kau sama sekali gak menyusahkan bagi Papi," bantah Chanyeol kepada Renjun yang mulai mengambang pikirannya saat ini.
"Hey, Njun!" panggil Chanyeol yang sontak membuyarkan lamunan Renjun.
"Apa ada masalah yang ingin kamu ceritakan pada Papi?" tanya Chanyeol curiga, tetapi belum sempat Renjun menceritakannya malahan mendadak saja handphone Chanyeol berdering.
"Bentar ya, Njun. Kayaknya panggilan kantor," beritahu Chanyeol yang langsung berdiri dan berjalan kearah Jendela untuk menjawab panggilan telepon tersebut selagi Renjun menunggu Chanyeol menyelesaikan teleponnya.
Namun belum sempat panggilan itu selesai, entah kenapa rasanya kepala Renjun kembali sakit seolah-olah ada benda keras yang membentur kepalanya. Pandangannya juga mulai mengabur dan hidungnya kembali meneteskan darah merah yang mengental.
Rasa sakit di kepalanya semakin menjadi-jadi kali ini, bulu kuduknya saja sampai ikutan berdiri saking tidak mampu lagi menahan rasa sakit dikepala dan membuat berteriak kesakitan.
Chanyeol yang saat itu mendengarkan teriakan anaknya langsung mematikan handphone secara sepihak, lalu ia buru-buru berlari mendekati Renjun dan menekan tombol darurat di sebelah ranjang Renjun dengan panik.
Sebisa mungkin ia mencoba menenangkan Renjun yang tidak berhenti berteriak kesakitan.
"Tenanglah, Nak." Chanyeol memeluk erat anaknya dan mencoba menekan kepalanya yang terasa sakit.
Tetapi tetap saja, rasa sakit itu tak kunjung pulih sama sekali. Air mata Renjun mulai membanjiri lengan Chanyeol dan beberapa hentakan bunyi Ranjang yang ditimbulkan oleh keributan yang diperbuat Renjun yang tidak bisa tenang di atas ranjang.
Beruntungnya tak menunggu waktu lama, Para tenaga medis langsung datang memeriksa Renjun dan meminta Chanyeol untuk segera meninggalkan ruangan itu sekarang.
KAMU SEDANG MEMBACA
MY BROTHER (FANFICTION RENJUN)
Fanfic(UPDATE SETIAP HARI) Season 1 : Chapter 1-53 ( Season pertama hanya bagian perkenalan karakter dan hubungan antara kakak beradik ) Season 2 : Chapter 54 - selesai. ( Season 2 pada Cerita ini akan lebih mendalami mengenai kenakalan remaja akibat Ke...