Mentari mulai meredup perlahan-lahan yang menandakan waktu telah berjalan jauh lebih cepat. Suasana sekolah juga sudah sepi dimana seluruh siswa dan guru telah berpulanga untuk merayakan liburan bersama keluarga.
Bahkan para satpam yang berjaga-jaga di sekolah juga mulai meninggalkan sekolah dengan membiarkan gerbang cadangan yang berada di sebelah gerbang utama tetap terbuka, alasannya sih karena sebelumnya Chenle telah membayar para penjaga untuk membiarkan dirinya dan teman-temannya menghabiskan sore disekolah.
Namun keheningan itu mendadak kalut tatkala saat terdengar suara langkah kaki tergesa-gesa dari Heechan dan Jaemin yang berlari meninggalkan sekolah, wajahnya benar-benar panik sekali sampai membuat Winwin merasa bingung saat keduanya berlari menghampiri Winwin.
"Renjun... Dia kejang-kejang diatas," beritahu Heechan yang membuat semua orang disana tampak kaget. Dan satu-satunya orang yang jauh lebih khawatir dibandingkan mereka ialah Winwin.
"Dimana?" tanya Winwin sambil mencengkram kuat bahu Heechan, matanya seperti ingin melompat keluar dan raut wajahnya dipenuhi oleh kemarahan. Belum lagi bekas luka di wajah Winwin semakin menambah kengerian dibalik ekspresinya saat ini.
"Atap gedung," jawab Heechan yang langsung tertegun sesaat. Sementara itu, Winwin buru-buru berlari menuju atap sekolah dengan tergesa-gesa, ia benar-benar terlihat kesetanan dan tidak memperdulikan apapun yang ada dihadapannya.
"Apa yang sebenarnya terjadi?" tanya Lukas pada Jaemin yang sedikit lebih tenang dibandingkan Heechan, sepertinya Heechan seolah tengah mengambang dalam pikirannya.
"Sebelumnya dia kesulitan menggerakkan tangan dan kakinya, lalu tak beberapa lama ... Tak beberapa lama kemudian tubuhnya bisa digerakkan kembali, tapi -" ia terdiam sesaat, matanya melirik sekilas kepada Heechan yang masih gemetaran hebat. Tak biasanya Heechan ketakutan sampa gemetar seperti ini.
"Tapi apa?" tanya Lukas lagi.
"Aku juga tidak tahu, kami hanya berbaring sambil mengobrol dan tidak terlalu memperhatikan wajahnya yang semakin pucat. Bahkan kami baru tersadar saat ia kejang-kejang, apa dia akan baik-baik saja?" tanya Jaemin.
"Aku tidak tahu, lebih baik kita susul saja Winwin!" ajak Lukas yang langsung berlari duluan mengejar Winwin.
Sementara itu, Winwin akhirnya tiba di atap gedung dengan keringat bercucuran dan rasa letih yang menguras tenaganya. Ia bisa melihat teman-teman Renjun tengah mengerumuninya, beberapa diantaranya berusaha mengajak Renjun untuk berbicara.
Winwin buru-buru mendekati Renjun, ia mengambil sebuah suntikan dari ransel yang dibawanya dan sebuah cairan obat. Lalu ia suntikan cairan itu ditubuh Renjun yang menatapnya sendu dengan keadaan setengah sadar.
Dengan air mata yang mulai menetes di pipinya, Winwin mendudukkan tubuh Renjun dan langsung memeluk erat tubuh Renjun setelah memastikan Renjun tidak lagi mengalah kejang-kejang usai diberikan suntikan obat ilegal yang dibelinya kemarin. Ia tak lagi memperdulikan keberadaan orang disekitarnya, bahkan teman-temannya yang juga baru datang tak lagi diperdulikan sama sekali.
"Tolong... Aku mohon tidak kali ini, aku mohon!" gumamnya yang terus memeluk erat tubuh Renjun. Tangisannya sampai membuat Lukas dan teman-temannya yang lain hanya bisa berdiri kaku di sana tanpa bisa mengatakan apapun, bahkan teman-temannya Renjun mulai menjauh dari sisi Winwin saat mendapatkan isyarat dari Lukas.
"Tolong bangunlah, aku mohon! Aku mohon padamu," bentak Winwin pada adiknya itu, ia bahkan sampai memukul kepalan tangannya ke lantai berkali-kali sampai berdarah.
Akan tetapi, ia sama sekali tidak melihat perkembangan apapun dari adiknya yang masih sekarat. Bahkan saat Winwin memeriksa denyut nadi di leher Renjun, ia hanya bisa merasakan detak nadi yang sangat lemah dan mata yang sayup-sayup. Dan secara nekatnya, ia malah menyuntikkan kembali obat tersebut kepada Renjun tanpa bisa dicegah sama sekali oleh Teman-temannya, karena memang pada dasarnya mereka tidak tahu obat apa dan berapa dosis yang harus diberikan kepada Renjun.
"Aku mohon bangunlah... Tolong berhenti membuatku cemas, kau sudah cukup bermain-main dengan kekhawatiranku!" bentak Winwin yang terus menangis.
"Kali ini tolong sadarlah, aku janji takkan lagi membencimu. Aku juga tidak akan membuatmu menangis ataupun marah, aku mohon berikan aku kesempatan menjadi abangmu lagi." Winwin mulai lelah untuk menangis, ia hanya memejamkan matanya untuk sesaat dan tak sekalipun melepaskan pelukannya dari Renjun dengan harapan Renjun akan sadar seperti kemarin.
Namun sepertinya harapan Winwin kali ini belum terkabul, sebab tak beberapa lama Renjun malah muntah darah di punggung Winwin dengan keadaan mata yang sayup-sayup.
"Adikmu berdarah, Win. Apa perlu kita bawa ke rumah sakit terdekat?" tanya Doyoung yang langsung gerak menghampiri Winwin. Sayangnya Winwin seperti orang yang telah kehilangan akal, ia sempat linglung dan tengah sibuk membersihkan darah di mulut Renjun.
Doyoung yang kesal langsung memukul kepala Winwin, "Sadarlah Bodoh! Adikmu butuh dibawa ke rumah sakit sekarang atau kau akan benar-benar kehilangannya hari ini!" bentak Doyoung.
"Kenapa? Padahal aku sudah mencoba memakai berbagai jenis obat ilegal untuknya, mereka bilang obat itu akan berguna. Tapi, kenapa tidak ada satupun yang berguna?" tanya Winwin yang masih terus memeluk Renjun dengan keadaan yang melamun, bahkan pukulan dari Doyoung sampai tidak terasa baginya.
Doyoung sampai mencengkram erat bahu Winwin dengan posisi setengah duduk, "Dia butuh Dokter, bukan obat-obat ilegal yang kau beli."
"Ya, kau benar. Bodohnya aku,tapi aku tak punya uang untuk itu," ucap Winwin yang hanya menatap balik Doyoung.
"Dengar aku sekarang! Mereka akan membawa Renjun ke rumah sakit, sementara itu kau akan ikut aku. Kita akan cari uang sekarang untuknya, ngerti!" tukas Doyoung yang hanya dibalas anggukan oleh Winwin.
"Berjanjilah kalau kalian tidak akan memberitahukan ini pada orang tua kami?" tanya Winwin.
Doyoung melirik sesaat kepada teman-temannya, termasuk Lukas dan Taeyong yang akan bertanggungjawab akan hal ini.
"Baiklah, ini hanya rahasia kita saja. Kami akan pastikan kalau rumah sakit takkan bisa menghubungi mereka," janji Doyoung kepada Winwin.
Lalu secara cekatan, Doyoung langsung memerintahkan Lukas dan temannya yang lain untuk menggendong dan membawa Renjun pergi. Sementara itu, ia mengisyaratkan Winwin untuk mengikutinya menuju suatu tempat.
Dengan menggunakan motor milik Doyoung, keduanya bergerak melewati jalan setapak dan menghindari jalan raya. Entah kenapa saat ini Doyoung membawa temannya itu, tapi yang jelas kemanapun Doyoung membawa Winwin pastilah tempat itu cukup berbahaya. Sebab kalau dipikir-pikir, mana ada tempat yang mudah akan memberikan uang secepat itu, pastilah nyawa yang akan menjadi Taruhannya.
Namun sepertinya Winwin tidak memperdulikan hal itu sama sekali, ia hanya ingin menyelamatkan nyawa adiknya. Bahkan ia sama sekali tidak mempunyai alasan untuk hidup bila adiknya tidak bisa terselamatkan hari ini juga. Dia benar-benar merasa sangat putus asa, tak biasanya Winwin terlihat seperti ini dimata teman-temannya ataupun Jaemin yang sangat menganggumi Winwin.
KAMU SEDANG MEMBACA
MY BROTHER (FANFICTION RENJUN)
Fanfiction(UPDATE SETIAP HARI) Season 1 : Chapter 1-53 ( Season pertama hanya bagian perkenalan karakter dan hubungan antara kakak beradik ) Season 2 : Chapter 54 - selesai. ( Season 2 pada Cerita ini akan lebih mendalami mengenai kenakalan remaja akibat Ke...