"Rumah Sakit selalu saja ramai ya, kita juga bisa melihat banyak orang yang berusaha ingin sembuh dan beberapa petugas yang cekatan membantu pasien!" ucap Chanyeol meleburkan keheningan diantara mereka atau lebih tepatnya sekedar berbasa-basi dulu.
Jelas saja Winwin langsung menoleh kepada Chanyeol, ia tetap tersenyum tetapi tatapan matanya seolah sudah tidak sabar menunggu Chanyeol untuk menjelaskan tujuannya memanggil Winwin ke Rumah Sakit kembali.
"Aku tahu bapak ini berbasa-basi dulu, tapi bisa tidak kita mulai membahas apa yang sebenarnya ingin anda sampaikan kepada saya!" tegas Winwin, tetapi masih menggunakan nada yang cukup ramah.
"Ah iya kamu benar, Maaf kalau saya membuat kamu menunggu." Chanyeol memperlihatkan wajah sesalnya, lalu ia mulai memperlambat langkahnya untuk memudahkan ia berbicara pada Winwin.
"Gak masalah sih, tapi apa Istri anda tahu tentang keberadaan saya disini?" tanya Winwin dengan nada sopan.
Chanyeol yang mendengarkannya hanya tersenyum, "Ibumu sedang ada urusan diluar kok, kamu gak perlu risau."
"Baguslah, jadi apa yang ingin anda sampaikan?" tanya Winwin.
"Sebenarnya Wendy melarangku memberitahumu, tapi mau bagaimanapun aku harus memberitahumu."
"Kenapa?" tanya Winwin.
"Karena kamu adalah kakak laki-laki yang paling disayanginya, saya tidak mau rasa takut Wendy yang tidak ingin membebanimu lagi malah buat kau terluka." Chanyeol menepuk pelan bahu Winwin, lalu ia melirik sekilas jam tangannya.
"Dokter memvonis kesehatan Renjun semakin parah, mungkin saja mulai beberapa hari kedepannya ia akan menjalani kemoterapi." Chanyeol menghentikan kalimatnya sejenak, melirik pada raut wajah Winwin.
"Bagus dong, lalu masalahnya apa?" tanya Winwin.
"Justru kemoterapi nantinya akan membuat kerusakan pada bagian sumsum tulang belakang Renjun, kamu pastinya tahukan, kalau sumsum tulanglah yang memegang peranan penting dalam memproduksi sel darah. Adikmu tidak mungkin bisa bertahan tanpa adanya sumsum tulang belakang," lanjut Chanyeol yang berusaha tetap kuat.
"Jadi, apa yang kau inginkan dariku?" tanya Winwin yang juga ikut terbawa emosi saat mendengarkan kabar buruk tersebut.
"Sepertinya sumsum tulang belakang kamu sangat cocok dengan Renjun, kamu maukan jadi pendonor untuk transplantasi Sumsum tulang belakang Renjun?" tanya Chanyeol dengan wajah memelas.
Winwin sampai tertegun mendengarkannya, " Memangnya seberapa parah kondisi Renjun saat ini, Apa dia tahu hal ini?" tanya Winwin.
Chanyeol menggelengkan kepalanya, bibirnya tak mampu lagi berkata-kata.
"Kalian sama sekali belum memberitahunya?" tanya Winwin tercengang.
"Renjun gak perlu tahu apapun tentang keadaannya, bahkan tentang sumsum tulangpun dirinya gak boleh tahu!" tegas Chanyeol.
Winwin bisa melihat sosok seorang Ayah yang baik dari kepribadian Chanyeol yang selama ini sudah tidak pernah ada lagi dalam diri Hyunwoo. Sosok yang selalu dirindukannya sampai membuatnya tetap bertahan dan tidak pernah berhenti berharap lebih.
"Anda kelihatannya sangat menyayangi Renjun," puji Winwin yang merasa terkesima.
"Kamu benar, saya sangatlah menyayangi anak itu seperti anak kandungku sendiri. Aku akan berusaha keras membantunya untuk sembuh, kalaupun seandainya kamu gak setuju dengan permohonanku sebelumnya maka aku bisa mencari donor lain yang bisa membantu penyembuhan Renjun. Aku benar-benar gak mau memaksakanmu, lagian permohonanku ini juga tanpa sepengetahuan Wendy." Chanyeol menepuk pelan bahu Winwin lagi, suaranya tampak menggebu tetapi raut wajahnya masih bersikap tenang.
"Dia adalah adikku, aku pasti akan membantunya. Tapi seperti yang anda bilang, kalau ini hanyalah rahasia kita dan pastikan Wendy ataupun Renjun tidak tahu apapun!" tegas Winwin yang sudah tidak lagi ragu pada pilihannya, semua lontaran yang keluar dari mulut Chanyeol tampak menginspirasinya dan membangkitkan jiwa pelindungnya untuk melindungi Renjun.
Chanyeol mengangguk senang, " Baiklah, makasih banyak ya nak."
"Aku yang harusnya berterimakasih sama Anda, karena Anda sudah menjadi Ayah yang baik untuk adikku." Winwin menghentikan langkahnya, lalu ia menoleh sesekali kesegala arah lorong mencoba menahan isak tangisnya.
Berbeda pula dengan Chanyeol yang sepertinya merasa tertuju pada luka lebam diwajah Winwin yang masih belum diobatin.
"Apa yang sebenarnya terjadi pada Wajahmu? Maaf, bukannya saya ikut campur tapi saya bisa lihat Wendy yang khawatir dengan luka diwajahmu," beritahu Chanyeol.
"Biasalah, luka akibat habis berkelahi di sekolah." Winwin tertawa geli mencoba mentertawakan dirinya sendiri.
"Anda gak usah khawatir kayak istri anda, lagian luka kecil kayak gini juga bakal sembuh kalau dikasih betadine di rumah."
"Baiklah kalau memang begitu, aku juga gak punya hak memaksamu untuk berobat disini." Chanyeol Hanya bisa mengangguk percaya saja, ia bisa menyadari ada kebohongan dari balik mata Winwin.
"Iya, kalau gitu aku pulang dulu ya Pak. Kalau memang ada lagi yang mau didiskusikan tentang adikku, Anda bisa menghubungi saya saja." Winwin langsung berjalan pergi saat itu juga, ia tak mau berlama-lama berada disana dan menunjukkan dirinya dihadapan Wendy yang bisa saja sewaktu-waktu hadir disana.
Namun yang jelas hatinya terasa tak karuan bila mengingat kembali ucapan Chanyeol barusan.
Berbeda halnya dengan Renjun yang masih terperangkap dalam keraguan, ia masih saja melirik layar handphonenya tetapi ta satupun jari tangannya berani menghubungi atau sekedar membalas kabar dengan Heechan ataupun Jaemin serta temannya yang lain.
Padahal sebelumnya dia berjanji kalau mereka akan menjadi teman sejati selamanya, entah mengapa saat ini Renjun berusaha menutup diri dari pergaulan dan dunia luar yang terasa mustahil untuk dimiliki olehnya saat ini. Dia tak mau kebersamaan itu nantinya akan memberikan luka dan kepedihan, tak boleh ada lagi air mata Ataupun untaian kata kehilangan dari mereka yang teramat disayanginya saat ini.
***
Hari ini Winwin memutuskan untuk absen pada pertemuan antar geng yang biasanya dia lakukan setiap beberapa kali seminggu, ia memilih memutuskan untuk mengunjungi Renjun di rumah sakit sembari nembawa beberapa komik yang telah dipersiapkannya kemarin.
Dengan langkah kaki yang antusias, Winwin sengaja menyembunyikan seluruh emosinya jauh didalam raut wajah datarnya. Dia tidak ingin terlalu banyak memperlihatkan emosinya kepada Renjun, bukan kenapa-kenapa sih hanya saja ia masih malu untuk menunjukkan betapa senangnya ia bisa berjumpa dengan Renjun dan bersikap menjadi diri sendiri yang teramat menyayangi sang adik.
Kebetulan saja pada saat masuk kedalam, ia bisa melihat jelas Renjun yang sedang menonton televisi didalam kamar rumah sakit.
Namun pada saat langkahnya mulai mendekat, Renjun sontak mematikan televisi tersebut tatkala saat menyadari kehadiran Winwin.
"Kau datang kesini, Hyung?" tanya Renjun yang tampak tertarik pada kehadiran Winwin, sekilas ada barisan senyuman terpancar diwajah manisnya.
Namun wajah bahagia itu perlahan luntur tatkala saat Renjun mengingat sikapnya yang sangat buruk kepada Winwin kemarin, tak seharusnya ia mengusir Winwin begitu saja padahal Winwin tengah berusaha bersikap baik padanya.
Renjun langsung menundukkan kepalanya, senyumannya mulai menipis sampai membuat Winwin merasa kasihan.
Namun Winwin tak bertindak banyak, ia juga tak berniat menenangkan kekecewaan Renjun seolah ia sudah melupakan kejadian kemarin.
Dengan tenang dan agak sedikit kikuk, Winwin memberikan komiknya di dekat Renjun tanpa mengatakan apapun.
KAMU SEDANG MEMBACA
MY BROTHER (FANFICTION RENJUN)
Фанфик(UPDATE SETIAP HARI) Season 1 : Chapter 1-53 ( Season pertama hanya bagian perkenalan karakter dan hubungan antara kakak beradik ) Season 2 : Chapter 54 - selesai. ( Season 2 pada Cerita ini akan lebih mendalami mengenai kenakalan remaja akibat Ke...