BISNIS UANG

323 44 0
                                    

Semenjak masalah tadi siang, Renjun mengurungkan diri kembali dikamar sampai melewatkan makan malam dan berkali-kali membujuknya keluar tetapi ia tetap bersikeras menolak makan dengan mengurung diri dikamar jadinya mami Wendy juga tidak mau memaksa Renjun karena kalaupun lapar pasti Renjun akan makan sendiri seperti biasanya.

Tampaknya kebiasaan Renjun ini sudah menjadi rutinitas biasa yang dirasakan keluarganya, bukan tanpa alasan mereka berbuat tenang seperti itu sebab semata-mata karena keduanya ingin membesarkan Renjun dan Sarang dengan penuh cinta selama perbuatan Renjun ataupun Sarang tidak melewati batas.

Dan malam ini kelihatannya, Renjun terlalu sibuk menghabiskan semua waktunya untuk menulis beberapa puisi dimeja belajar.

Sejak kelas 9 SMP, ia biasanya selalu menulis beberapa puisi dihalaman notebook khusus yang disimpannya sebagai bentuk cara Renjun mengekspresikan emosionalnya dalam bentuk tulisan.

Renjun memang lumayan pandai berkata-kata, malahan dahulu ia adalah anak yang aktif dan lebih suka mengekspresikan segalanya secara blak-blakan. Akan tetapi sudah lama ia telah berhenti bersikap seperti itu dan memutuskan bersembunyi di balik tetesan pena hitam yang saat ini digenggamnya.

Renjun secara terus-menerus menulis dan bergumam sendiri, sampai tak terasa ia telah menghabiskan 2 lembar halaman kertas.

Bisa saja kalau saat ini perutnya tidak berbunyi kelaparan pasti ia takkan berhenti menikmatinya candu menulis seorang diri.

"Udah jam 11 malam." ungkapnya seusai melirik kearah jam dinding kamar, lalu ia menutup kembali bukunya dan berniat untuk mengisi perutnya didapur dengan anggapan kalau Papi dan Maminya sudah tidur.

Renjun berjalan santai menuruni tangga, ia benar-benar manusia yang terlalu naif sampai tidak menyadari kalau sebenarnya lampu dapur masihlah menyala dan betul saja tanpa sadar ia tertangkap jelas oleh Papi Chanyeol yang sedang memasak sesuatu didepan kompor listrik.

"Kamu pasti lapar?" Chanyeol berkacak pinggang sambil memasukkan mie kedalam rebusan air yang sudah agak mendidih.

"Gak, aku cuman bosan aja dikamar." bantah Renjun yang sudah kelihatan gelagapan, bola matanya berputar kesana-kemari seperti sedang mencari sebuah alasan yang tepat untuk menyangkal pernyataan Papi Chanyeol.

"Kalau gitu aku mau balik ke kamar." sambungnya lagi, lalu berbalik badan dan sialnya nasib kali ini sedang tidak bersahabat padanya yang mana saat itu juga bunyi perut Renjun sampai terdengar ditelinga Chanyeol akibat senyapnya area dapur malam itu.

"Kamu bisa tunggu aja dulu di meja makan, biar papi masakin sekalian buat kamu." tawar Chanyeol yang cuman senyum-senyum saja melihat Renjun yang terasa menggemaskan , padahal usia Renjun sudah hampir dewasa tetapi entah kenapa Papi Chanyeol masih melihatnya sebagai ana kecil yang ditemuinya pertama kali.

"Oke." Renjun mengangguk setuju, ia langsung menurut untuk kali ini .

Selagi Papi Chanyeol sedang memasak mie instan tersebut, Renjun bersenandung pelan mengisi kebosanan tanpa sekalipun mengajak Chanyeol berbicara.

Ia sama sekali tidak berniat sedikit lebih akrab dengan ayah tirinya itu, sesekali ia menendang kursi makan yang ada disebelahnya atau merebahkan kepalanya diatas meja.

Hingga aroma mie instan itu mulai menusuk kehidung Renjun, ia tidak bisa menahan gelora kelaparan yang mulai memberontak hebat.

"Sudah masak?" tanya Renjun yang sudah tidak sabaran.

"Sudah kok njun, bentar Papi letak dipiring ya."

"Kalau bisa Renjun agak banyak ya." ucapnya lagi, Papi Chanyeol cuman bisa berdehem saja.

MY BROTHER (FANFICTION RENJUN) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang