"Oh iya, gimana kegiatan kamu disekolah? Lancar kan?" tanya Chanyeol yang kembali membuka topik percakapan di antara keduanya.
Sebuah pertanyaan yang malahan membuat Renjun jadi kesal, sampai membuatnya terpaksa membalikkan badan kepada Chanyeol dengan tatapan berapi-api.
"Tolong berhenti bertanya tentang sekolahku, lagian apapun yang terjadi juga itu bukan urusannya Om Chanyeol."
Chanyeol cuman tetap mempertahankan senyumannya saja, seakan ia sudah terbiasa akan sikap dingin Renjun.
"Papi pikir pertanyaannya Papi sudah keterlaluan, Maafin Papi ya."Renjun yang mendengarkan itu menjadi merasa bersalah, tidak seharusnya Chanyeol yang meminta maaf hanya karena mengajukan pertanyaan sederhana yang sedikit sensitif bagi Renjun tanpa sepengetahuan Chanyeol.
Renjun juga paham kalau sebenarnya Chanyeol cuman berusaha memperlihatkan keperduliannya pada Renjun, jadi taj seharusnya Renjun marah seperti sebelumnya pada sang Papi.
Renjun menundukkan kepalanya, "Aku yang harusnya minta maaf sama Om Chanyeol, aku merasa bersalah udah berkata kasar sama Om."
Chanyeol menatap seolah tak percaya, ia bahkan mencubit jemarinya sendiri tatkala saat mendengarkan perkataan Maaf Renjun pertama kalinya.
Tetapi Renjun tak perduli pada Respon Chanyeol, ia tetap berbicara terus-menerus tanpa mendongakkan kepalanya yang masih menatap ubin lantai kamar.
"Aku menggunakan metode om kemarin buat dapat teman, jadi om gak perlu khawatir tentangku lagi."
Chanyeol cuman tertawa senang, orang tua manapun pastilah bahagia mendengar kabar kalau anaknya telah mendapatkan teman disekolah barunya. Sepertinya ia juga memiliki perasaan yang sesal di masa lalu yang juga dirasakan oleh Wendy, meskipun perasaan itu tidak terlalu ditonjolkan olehnya.
"Baguslah, Papi bangga sama kamu." Chanyeol memberikan dua jempol bangga pada Renjun, sampai membuat Renjun yang sudah tidak lagi menunduk cuman bisa tertegun saja. Baginya terasa menggelikan bila dipuji oleh orang lain seperti ini.
"Papi udah gak perlu lagi terlalu khawatir tentang kamu karena sekarang kamu sudah mau berteman kembali," sambung Chanyeol yang menepuk pelan pinggir Ranjang.
"Boleh aku nanyak, om?" tanya Renjun saat itu juga.
"Boleh dong, njun mau nanyak apa nak?" tanya Chanyeol yang langsung menghadapkan semua perhatiannya pada Renjun.
"kenapa sih om gak jadi Ayah tiri yang jahat aja?" pertanyaan Renjun yang langsung membungkam Chanyeol untuk beberapa saat, sebelum akhirnya ia tersenyum sambil melipatkan kedua tangannya.
"Papi sama sekali gak punya alasan apapun buat membenci kamu, apalagi kepikiran jadi Ayah tiri yabg jahat."
"Kenapa?"
"Karena Papi sangat menyayangi Renjun, Kamu itu udah Papi anggap kayak anak kandung sendiri dan kalau bisa sih Papi pengen banget kita bisa dekat seperti Ayah dan anak pada umumnya." Chanyeol masih tersenyum, sembari memberikan tatapan hangat kepada Renjun.
"Tapi sampai kapanpun Om gak bakal bisa gantiin posisi Papa di hidupku, Apa om bakal menyerah untuk bersikap sebagai seorang Ayah?" tanya Renjun yang seolah-olah sedang menantang.
"Papi gak bakal pernah menyerah buat melunakkan hati kamu yang keras itu, lagian Papi juga udah janji pada diri sendiri bakal menyayangi kamu selamanya dan menjadi sosok Ayah yang kamu banggaku." Perkataan Chanyeol barusan, membuat Renjun tersentuh dan malahan teringat pada masalah keluarga yang dialami Mark , serta bagaimana depresinya Jaemin padahal ia memiliki kedua orang tua yang lengkap. Kini, Renjun mulai merasa malu pada dirinya yang merasa Dunia terasa tidak adil hanya karena perceraian kedua orangtuanya bercerai.
"Apa aku bisa mempercayai, Om?" tanya Renjun yang sedikit ragu, tetapi ia berusaha untuk membuka isi hatinya buat memberikan kesempatan pada Chanyeol.
"Iya, kamu bisa mempercayai Papi."
"Sebenarnya-" Renjun langsung mengambil sebuah lembar Foto keluarganya dulu dari laci meja dan menunjukkannya pada Chanyeol.
Dalam foto itu, terdapat juga sosok Ayah kandung Renjun san saudara laki-lakinya yang tak lain ialah Winwin.
Renjub menunjuk Winwin didalam foto itu, "Sebenarnya aku satu sekolah sama Winwin Hyung, tapi hubungan kami telah memburuk dan sampai detik ini aku gak punya harapan lagi buat memperbaikinya. "
Renjun melirik kepada Chanyeol, "Aku pikir kembali ke kota ini bisa bertemu lagi sama Winwin Hyung, tapi masalahnya Hyung berbeda dari Winwin Hyung yang kukenal. Selain itu juga, aku gak bakal juga bisa ketemu sama Papa kandungku kalau sampai detik ini aja aku gak tahu tempat tinggalnya Winwin Hyung."
"Boleh Papa tanyak kamu, jadi karena Winwin makanya wajah kamu bisa luka kayak kemarin?"
Renjun langsung menarik foto itu lagi, "Aku akan membencimu kalau sampai mengadu pada Mami."
"Atau kalau perlu aku akan pergi dari rumah ini, kalau sempat Mami tahu tentang ini!" Sebuah ancaman yang keluar dari mulut Renjun yang sebenarnya belum bisa mempercayai Chanyeol sepenuhnya.
Chanyeol tak ambil pusing ancaman Renjun, ia cuman mengangguk setuju seraya tersenyum saja sambil meletakkan telapak tangannya di bahu Renjun.
"Kamu tenang aja, Papi gak bakal kok kasih tahu Mami kamu."
Renjun sedikit lega, tetapi ia berusaha menyingkirkan tangan Renjun darinya.
"Jadi, sarannya om gimana?" tanyanya tanpa tahu malu, padahal tindakannya barusan tidaklah sopan. Walaupun sebenarnya, Renjun tidak berniat kurang ajar hanya saja ia masih ragu untuk menerima kehadiran Chanyeol sebagai Ayah pengganti untuknya.
"Menurut om, kamu gak boleh menyerah begitu saja. Mungkin kamu bisa tanya saja langsung sama Winwin tentang sikapnya yang berusaha menjauh dari kamu. Om yakin kamu pasti bisa memperbaiki hubungan persaudaraan kalian lagi, sementara itu om bakal usaha buat cari rumah papa dan Hyung kamu."
Renjun terlihat senang mendengarkannya,tanpa sadar ia langsung memeluk Chanyeol secara spontan seperti layaknya seorang anak yang bangga pada Ayahnya.
"Makasih, Om!" tukasnya antusias, Chanyeol sampai tak tahu lagi mau berkata apapun. Baginya, ini adalah kali kedua ia merasakan pelukan Renjun setelah sebelumnya ia pernah menggendong Renjun saat kritis karena dipukuli teman-teman kelasnya waktu SMP.
Kini Chanyeol mulai mengerti, kalau hari ini anak sulungnya sudah dewasa saja. Padahal sebelumnya ia masih bisa merasakan tubuh mungil Renjun dalam dekapannya, tetapi hari ini putranya benar-benar tumbuh sehat seperti yang diinginkannya.
"Ah, maaf ." Renjun langsung melepaskan pelukan itu.Kini, kedua telinganya memerah karena menahan rasa malu setelah bersikap seperti anak kecil menurut pandangannya.
"Kalau gitu aku tidur dulu, udah ngantuk!" ucapnya yang langsung menjatuhkan diri diranjang dengan posisi telungkup.
"Sekalian nanti pintu kamar di tutup ya Om," pekiknya lagi, Chanyeol hanya mengiyakan saja dan bersikap pergi.
Tetapi sebelum pergi, Renjun tak lupa mengucap sesuatu yang tadi sempat tertahan dalam pikirannya.
"Aku mempercayaimu mulai hari ini, Jadi tolong jangan hancurkan kepercayaanku lagi seperti waktu dulu. Aku masih trauma untuk mempercayai orang kembali, tetapi kali ini aku akan percaya samamu." Renjun menarik selimutnya dengan posisi masih telungkup , kini ia mengurungkan diri dalam selimut.
"Terimakasih, Papi."
"Terimakasih kembali udah berusaha melangkah maju, Papi juga berterima kasih sama kamu karena udah meraih uluran tangan Papi." Chanyeol langsung pergi setelah mengatakannya dan menutup rapat pintu kamar Renjun.
Sementara itu Renjun mulai memejamkan mata dengan setumpuk air mata dan beban trauma yang masih belum memudar.
KAMU SEDANG MEMBACA
MY BROTHER (FANFICTION RENJUN)
Fanfiction(UPDATE SETIAP HARI) Season 1 : Chapter 1-53 ( Season pertama hanya bagian perkenalan karakter dan hubungan antara kakak beradik ) Season 2 : Chapter 54 - selesai. ( Season 2 pada Cerita ini akan lebih mendalami mengenai kenakalan remaja akibat Ke...