Tidak ada hal lain yang bisa dirasakan oleh Winwin selain perasaan kecewa yang teramat dalam, tak sekalipun pernah terpikir apalagi sampai terlukiskan oleh-nya untuk bisa merasakan perasaan tersebut. Langkahnya terasa sangat berat, seolah ada derai kekecewaan yang melingkari pergelangan kakinya. Winwin ingin sekali berteriak saat ini dan membiarkan segala jenis umpatan menyeruak dari bibirnya jikalau saja tindakan itu tidak membuat orang lain terganggu.
Dengan tangan yang lemas, mata yang tak bisa lgi fokus dan bibir yang berhenti bersua. Winwin membuka pintu Rumah yang memang tak terkunci, tak sekalipun ia menyadari keberadaan mobil ayahnya yang sudah terparkir disana dan tanpa basa-basi ia berjalan kearah Dapur dengan niat untuk mengisi kekosongan di kerongkongannya.
Hyunwoo yang memang sedari awal menunggu kepulangan Winwin hany bisa menggerutu di kursinya seusai mengobrak-ngabrik seluruh isi Dapur yang menyebabkan beberapa panci dan pecahan piring berserakan di lantai.
Namun Winwin tak memperdulikan kehadiran sang Ayah, ia masih sibuk meneguk setiap tetesan air dingin dari botol dan membiarkan tetesan air tersebut membanjiri seluruh tenggorokannya.
"Dari mana saja kau? Apa kau menemaninya pulang?" tanya Hyunwoo, tapi tak ada satupun Jawaban dari Winwin yang jelas saja membuat Hyunwoo kesal.
"Kau itu tak seharusnya masih berbaik hati padanya, kau kan tahu kalau dialah penyebab kehancuran Keluarga kita. Lagian aku masih merasa muak bila mengingat wajahnya itu, wajah anak tak berguna yang bisanya berpura-pura sakit dan membuat semua orang susah saja!" keluh Hyunwoo yang masih terus mengomel.
Lalu ia membanting lagi gelas yang ada di dekatnya ke lantai, "Kalau aja anak itu gak lahir, pasti rumah tangga ini tidak akan berantakan, mungkin saja kita bisa hidup bahagia bertiga dan gak perlu juga aku harus melampiaskan semua kekesalanku samamu. Dan harusnya kau juga membenci anak itu, kau mau rupanya membiarkan dia hidup enak dan membiarkan kau mengasihaninya."
Hyunwoo masih terus menggerutu menyalahkan Renjun, hingga membuat sumbu api kemarahan Winwin semakin membara.
Winwin langsung membanting kuat pintu kulkas, lalu menatap penuh amarah pada Hyunwoo yang langsung berdiri kaget.
"Kau gila ya? Itu pintu bisa rusak kalau kau banting keras gitu," ketusnya, lalu ia melemparkan kotak tisu ke wajah Winwin.
Anehnya Winwin hanya diam saja, ia seolah tidak bisa bergeming dan berbuat banyak bila dihadapkan dengan sang Ayah. Dan malahan ia bersikap tenang seperti mengacuhkan perlakuan kasar Hyunwoo sebelumnya yang jelas saja membuat Hyunwoo semakin naik pitam karena merasa tidak dihargai.
"Kau selalu saja mengacuhkanku, apa kau mulai seperti ibumu sekarang? Kau mau meninggalkan Papamu ini?" bentak Hyunwoo yang mulai berjalan mendekat.
Winwin melirik kearah Hyunwoo, lalu ia menghela nafas panjang.
"Kau harusnya berhenti menyalahkan orang lain atas kejadian yang menimpamu, Pa." Winwin mulai merasa muak melihat sikap Hyunwoo, sama halnya Hyunwoo yang semakin marah atas jawaban yang diperolehnya dari Winwin.
Ia langsung menampar dan mendorong kepala Winwin ke kulkas sampai menimbulkan bunyi yang cukup keras, jelas saja Winwin merasa terkejut dan tampak terbawa emosi.
"Kau sama sekali tidak sadar, Pa? Kaulah yang sebenarnya penyebab mereka pergi dari Rumah, berhentilah menyalahkan Renjun! Renjun hanya anak kecil yang gak tahu apa-apa saat itu, kau harusnya bersyukur dia bisa berjuang dari penyakit yang menggerogotinya dan bukannya kau malah seenaknya berselingkuh lalu mengkambinghitamkan Renjun!" bentak Winwin dalam satu nafas panjang.
"Jaga bicaramu! Kau pikir apa alasanku selingkuh? Kau pikir enak rasanya diacuhkan oleh istri sendiri demi anak penyakitan itu."
"Itu sudah resiko rumah tangga kalian, tapi yang jelas kalau saja kau gak selingkuh pasti mereka gak pergi dari Rumah ini. Dan lagipula, baik Renjun ataupun aku adalah korban dari keegoisan kalian berdua,kenapa sih kalian harus repot-repot mempunyai anak kalau kenyataannya kalian cuman bisa melukai hati kami?" bentak Winwin.
Hyunwoo yang semakin naik pitam, tak mampu lagi menahan kesabaran dan Meninju wajah Winwin berkali-kali.
Tapi tak ada sekalipun balasan yang diberikan oleh Winwin, ia memang sempat mengepal kedua tangannya, tetapi tak ada sedikitpun tangan itu bergerak membalas perlakuan Hyunwoo selain hanya beberapa getaran hebat dari kedua tangannya.
Sepertinya kekerasan yang dialaminya sejak kecil telah menjadi trauma hebat yang masih membekas dihidupnya, ia seolah-olah terdoktrin untuk selalu takut bila disiksa oleh Hyunwoo dan ketakutan itu telah mendarah daging dalam dasar hatinya. Padahal bila dia mau, ia bisa saja memberikan perlawanan ataupun melarikan diri dari sana saat itu juga.
Sementara Winwin masih tertegun dalam rasa takutnya dan membiarkan tubuhnya dijadikan bantalan tinju sang Ayah, Hyunwoo malah terus-menerus memukuli Winwin seraya berteriak memaki kepada sang anak.
"Dasar anak gak guna! Harusnya kau berterimakasih padaku yang sudah menampungmu, bukannya malah bersikap tidak sopan gini samaku!" bentak Hyunwoo yang kini telah berhasil menjatuhkan Winwin kelantai dan mulai menendang perut anaknya sampai batuk-batuk.
Untungnya disaat yang bersamaan itu pula handphone Winwin berdering dan membuat Hyunwoo menghentikan tindakan kekerasannya pada Winwin.
"Siapa itu?" tanya Hyunwoo seraya mengusap-usap kepalanya.
"Guruku, kau tahukan kalau Papa bisa kena Pidana kalau sampai ketahuan melakukan kekerasan padaku!" ancam Winwin seraya masih tetap berbaring.
"Bangkitlah dan angkat telepon itu, awas aja kalau kau mengadu!"
"Aku tahu," ucap Winwin yang langsung menurut sambil memegang perutnya yang perih. Namun matanya sekilas melirik pada layar handphone yang memperlihatkan nomor yang tidak dikenal dari orang asing dam rasanya Winwinlah bersyukur ada yang menghubunginya saat ini.
***
Hai guys, bagaimana menurut kalian? Apakah Winwin jauh lebih menyedihkan daripada Renjun atau malah sebaliknya? Atau keduanya tampak menyedihkan? Bagaimana arti dari sebuah keluarga menurut kalian?
KAMU SEDANG MEMBACA
MY BROTHER (FANFICTION RENJUN)
Fanfiction(UPDATE SETIAP HARI) Season 1 : Chapter 1-53 ( Season pertama hanya bagian perkenalan karakter dan hubungan antara kakak beradik ) Season 2 : Chapter 54 - selesai. ( Season 2 pada Cerita ini akan lebih mendalami mengenai kenakalan remaja akibat Ke...