"Bagaimana?" tanya Doyoung pada Winwin saat temannya itu keluar dari ruko dengan ransel yang digendongnya, padahal jelas sejak awal Winwin tak sekalipun membawa ransel.
"Tenang saja, aku pasti bisa mendapatkan uangnya. Terimakasih ya sudah mau membantu," ucap Winwin yang berusaha tetap tenang, meski pikirannya benar-benar kacau dengan misi yang diberikan. Belum lagi ranselnya yang berisi senjata yang tak seharusnya dimiliki oleh warga sipil sepertinya.
"Maaf ya udah bawa kau ketempat seperti ini, kuharap bisa membantumu." Doyoung mengeluarkan kunci motor dari sakunya dan meminjamkannya kepada Winwin.
"Kau pasti membutuhkan motor, aku akan pinjamkan untukmu."
"Terimakasih sekali lagi," ucap Winwin yang sangat berterimakasih atas kebaikan Doyoung. Ia menerima kunci tersebut dengan senang hati.
"Ya, masalah adikmu nanti biar kami yang handle. Biar aku naik angkutan umum saja, kau bisa pergi sekarang."
"Tidak, aku sekalian antar kau saja. Selain itu, aku ingin melihat keadaan adikku sendiri. Dan aku butuh motivasi untuk menyelesaikan misi ini," tolak Winwin yang langsung menaiki motor dan menyalakan motor tersebut.
Namun sepertinya Doyoung tidak senang akan hal tersebut, ia seperti sangat keberatan dan ingin mencoba menahan Winwin untuk ke Rumah Sakit seperti sedang menyembunyikan sesuatu.
"Aku rasa kau tidak perlu ke Rumah Sakit sekarang," cegat Doyoung yang enggan naik di jok motor.
Winwin yang menyadari sikap Doyong yang cukup aneh, lantas ia mematikan kembali motornya dan menoleh kepada Doyoung.
"Kenapa? Apa ada yang kau sembunyikan dariku? Tidak biasanya kau seragu ini samaku," tegas Winwin yang memang sedang tidak main-main.
Doyoung yang bisa melihat wajah serius Winwin tak bisa lagi berkutik, selain berterus-terang kepada Winwin.
Doyoung menghela nafas panjang, "Sepertinya kau harus tahu hal ini."
"Apa rupanya?" tanya Winwin tajam.
"Beberapa saat yang lalu, Lukas ngasih kabar kalau adikmu... Renjun mengalami Keracunan obat dan mengalami kritis. Dan kata dokter juga tadi penyakit kanker Renjun semakin parah yang membuat pembengkakan pada limpanya, ia harus menjalani Operasi pengangkatan limpa sekarang." Perkataan Doyoung langsung membungkam Winwin dalam seketika, jantungnya serasa mau ambruk saat ini sampai membuat motor yang di naikinnya hampir jatuh bila tak segera ditahan Doyoung.
"Tenanglah, kau benar-benar kelihatan lemah." Doyoung menepuk-nepuk bahu Winwin.
"Maaf, aku hanya merasa bersalah. Kau pikir obat itu bisa bekerja, ternyata resikonya jauh lebih besar." Winwin menatap pasrah kepada Doyoung, ia masih dalam posisi duduk diatas motor.
"Memangnya kau beli obat itu dimana? Apa yang kau lakukan sebelumnya, Win?" tanya Doyoung.
"Aku tidak bisa memberitahumu, begitulah perjanjiannya. Tapi yang jelas aku sudah menyuntikkan obat baru yang masih ilegal dan masih dalam tahap perkembangan pada adikku," beritahu Winwin yang membuat Doyoung menjadi kesal, ia mencengkram leher baju Winwin dengan penuh emosi. Wajahnya berubah merah padam, ia benar-benar sangat kesal dan ingin sekali menghajar Winwin detik ini juga.
"Dasar bodoh! Kau sama saja ingin mempercepat kematian adikmu, kau harusnya membawa dia ke dokter lebih awal. Kau itu sudah dewasa dan paling cerdas diantara kami, harusnya kau paham itu!" bentak Doyoung.
Winwin hanya tersenyum, ia juga terlihat pasrah saat diperlakukan seperti ini oleh Doyoung.
"Kami ini hanyalah anak pelarian saja, bagaimana mungkin aku punya uang untuk membawanya ke Rumah Sakit? Mau mengadu pada Mama dan Papa saja rasanya sulit, aku tak bisa membayangkan bagaimana nantinya Mama akan memisahkan kami lagi dan betapa kejamnya Papa yang sangat membenci Renjun."
"Tapi setidaknya adikmu masih punya kesempatan untuk hidup, kan? Kau harusnya tidak egois, Win! Kau tidak boleh bermain-main dengan penyakit, apalagi sampai memberikannya obat ilegal seperti itu." Doyoung semakin mencengkram leher baju Winwin.
"Aku juga sempat berpikir seperti itu, tapi lirihannya dan keinginannya membuatku sulit untuk menyerahkannya kembali pada Mama. Lagipula, apa salahnya kalau aku bersikap egois? Semua manusia itu egois, termasuk Mama dan Papa. Lalu, apa salahnya kalau aku juga ingin egois? Mereka telah mencuri adik yang paling kusayangi dariku, sekarang aku hanya ingin mengambilnya kembali dari mereka. Apa salahku, Win? Apa salahku, si*l*n?" bentak Winwin yang langsung menyingkirkan tangan Doyoung darinya.
"Renjun adalah alasanku untuk tetap bertahan hidup, tak boleh ada satupun orang yang bisa mencurinya lagi dariku. Bahkan kematian sekalipun, aku takkan membiarkan siapapun mencurinya lagi dariku! Tolong biarkan sekali saja aku merasa berarti di kehidupanku sendiri, biarkan aku menjadi kakak laki-laki untuknya." Winwin mempertegas perkataannya, ia tak lagi mampu menangis sedikitpun. Kemarahanlah yang bisa terpancarkan dari bola matanya yang membara.
"Kau memang orang yang paling egois dan ambisius yang pernah kukenal, aku tak bisa berkata-kata apapun lagi tentangmu." Doyoung menggelengkan kepalanya, rasanya ia terlalu sulit untuk menasehati Winwin yang sudah keras kepala dan terbakar api kemarahan.
"Ya, kau benar.Mulai hari ini aku akan menjadi orang yang paling egois," tegas Winwin seraya menepuk pelan pipi Doyoung.
"Dan sepertinya aku tidak jadi mengantarmu, aku memang harus mendapatkan uang sesegera mungkin untuk operasi adikku. Tolong titip adikku ya," pinta Winwin yang langsung membawa pergi motor. Doyoung hanya mengangguk saja dan membiarkan motornya dibawa oleh Winwin.
Entah apa yang saat itu dipikirkan oleh Winwin dan bagaimana motor itu akan membawanya, tapi yang jelas Doyoung hanya bisa mempercayai Winwin sepenuhnya.
Dan begitu Winwin telah pergi jauh dari hadapannya, Doyoung langsung menelepon Lukas yang ada di rumah sakit. Untungnya panggilan itu segera diangkat oleh Lukas dan suara kebisingan dari beberapa orang yang ada disekitar Lukas seolah mempertegas Doyoung kalau keadaan Renjun benar-benar mengkhawatirkan.
"Dia sudah tahu semuanya," beritahu Winwin.
"Jadi, apa dia akan kesini?" tanya Lukas dari seberang telepon, suaranya memang terdengar tenang tapi jauh didalam lubuk hatinya bahwa ia sangatlah terkejut.
"Tenang saja, ia tidak akan pergi ke Rumah Sakit sekarang. Dia menitipkan adiknya pada kita, karena ia sendiri yang akan mencari uang demi operasi Renjun. Jadi, tolong minta dilakukan operasi itu segera." Doyoung memerintah Lukas.
"Bagaimana caranya? Mereka minta Keluarga korban untuk isi formulir terlebih dahulu."
"Aku akan kesana, tapi pastikan tidak ada satupun diantara kita yang akan menghubungi orang tua mereka. Dan pastikan juga para pihak Rumah Sakit tidak menghubungi keluarganya, aku tak bisa membayangkan bagaimana nantinya Winwin akan murka pada kita."
"Apa maksudmu? Winwin murka?* tanya Lukas.
"Ya, kali ini ia jauh lebih marah dibandingkan dengan Winwin yang selama ini kita kenal. Ia telah berubah menjadi orang yang paling kejam, bahkan membiarkan benda tajam menusuk jantungmu saja akan dilakukannya. Tak ada lagi yang namanya persahabatan kali ini,hanya ada tanggung jawab sebagai seorang kakak laki-laki." Doyoung mengakhiri panggilan tersebut.
***
Yuk tinggalkan jejak dikolom komentar ya guys, apakah kalian suka ceritanya yang dark atau dibuat ringan aja?
KAMU SEDANG MEMBACA
MY BROTHER (FANFICTION RENJUN)
Fanfic(UPDATE SETIAP HARI) Season 1 : Chapter 1-53 ( Season pertama hanya bagian perkenalan karakter dan hubungan antara kakak beradik ) Season 2 : Chapter 54 - selesai. ( Season 2 pada Cerita ini akan lebih mendalami mengenai kenakalan remaja akibat Ke...