36. Punya Yuga

270 38 9
                                    

Kuki tertawa saat ia dengar apa yang dikatakan oleh Yuga. "Pak Yuga kalau bercanda memang gini ya?" Kuki bertanya.

"Saya enggak bercanda Pak Kinan. Tunggu sebentar." Yuga kemudian berjalan ke dalam.

Pria itu melewati kedua anaknya dan ia berjalan lurus menuju kamar Rei. Segera masuk ke sana ia lalu menutup pintu, menguncinya dan memasukan kunci ke dalam saku jasnya. Jelas saja itu menjadi perhatian bagi Rei.

"Kenapa bapak tutup?"

"Kamu enggak boleh pulang. Kecuali sama saya," katanya menekankan.

"Saya di sini cuma untuk jagain anak-anak kan? Bapak rasanya enggak berhak kekang saya begini." Rei jelaskan dengan tegas.

"Nasib anak-anak rumah hantu di tangan kamu. Kamu pulang sama Kinan, mereka tanggung aki--"

"Bapak enggak bisa kayak gini. Kenapa harus orang lain yang kena?" Rei benar-benar benci dalam situasi seperti ini. Tapi ia tak peduli.

"Apapun saya lakukan supaya kamu tetap tinggal di sini sama saya." Yuga menekankan.

Rei berjalan dengan cepat, dengan sebelumnya menenteng tas di tangannya. Ia kini berdiri di hadapan Yuga, mengadahkan tangan meminta kunci.

"Buka pintunya." Rei bertitah.

Selama ini tak ada yang begitu berani padanya. Semua dalam kuasanya dan patuh. Tentu saja kecuali mendiang sang istri, kelakuan Rei ini malah membuatnya semakin ingin mengikat kuat-kuat gadis dihadapannya kini.

"Kamu tau konsekuensinya?" Yuga menekankan lagi.

Rei masa bodoh, tak bisa ia ditaklukan dan dikekang seperti ini. "Kinan juga pasti mau bantu." Rei katakan itu, lalu julurkan lidahnya.

Yuga embuskan napas kasar, ia tau Kinan sedikit lebih berkuasa darinya. "Di sini sama saya," ucap Yuga.

Rei menatap ke arah jendela, rasanya tubuhnya akan muat ke luar dari sana karena jendela yang cukup lebar. Ia lalu berjalan menuju jendela kamar. Berniat ke luar dari sana. Yuga mengejar menahan langkah Rei.

"Bisa dibilangin enggak sih?!"

"Enggak!" kesal Rei sambil menatap tegas pada Yuga. "Saya mau berhenti, terserah bapak mau kayak gimana."

"Anak-anak butuh kamu," nada suara yuga merendah.

"Kalau gitu biarin saya pulang. Saya akan kembali besok seperti biasa dan anggap apa yang terjadi saat ini cuma omong kosong," acam Rei. Setiap kata yang ia ucapkan sama sekali tak mengalihkn tatapannya dari Yuga.

Jujur saja Yuga merasa ini menarik, Mira memang berani tapi tak setegas Rei. Mira begitu patuh padanya dan kini ketika ia mendapatkan perlawanan seperti ini justru buat ia semakin ingin menaklukan.

Yuga lalu memberikan kunci. Bukan berarti ia menyerah, justru itu adalah caranya mempertahankan Rei. Karena gadis itu katakan ia akan kembali jika Yuga mengijiinkan pergi.

Rei menerima kunci itu, lalu berjalan menuju pintu dan segera membukanya. Gadis itu berjalan melewati Cherry dan Chelo. Tak lupa ia berpamitan dengan mencium dan memeluk keduanya dan berjanji akan datang ke rumah seperti biasa.

Kinan menunggu dengan cemas. Lalu ketika melihat Rei jalan mendekat, ia tersenyum. Kuki lalu membawakan tas milik Rei. Terlihat gadis itu yang kesal hanya saja rei coba tetap tersenyum.

"Okay Rei?" tanya Kinan.

Rei menoleh lalu tersentyum, ia bisa memilah dan Kina sama sekali tak bersalah. "Okay Kinan. Makasih udah mau repot- repot jemput aku."

"No, sama sekali enggak repot," kata Kuki senang. Ia lalu membukakan pintu untuk Rei.

Keduanya kemudian segera melaju meninggalkan lokasi tersebut. Yuga sudah berjalan ke luar ia melihat semua interaksi diantara keduanya. Ia sudah jatuh cinta, dan tak akan membiarkan dirinya kalah dalam arena.

Rei tak banyak bicara dalam perjalanan. Gadis itu masih kesal dengan apa yang dilakukan Yuga padanya. Sejal dulu ia sudah kesal dijadikan pelampiasan Ayu atas kesalahan sang kakek dan kini entah siapa  sang salah, dan ia yang harus bertanggung jawab dengan perasaan Yuga.

Kinan memperhatikan dan Rei biasanya ceria dan banyak bercerita. "Rei?"

"Ya Kinan?" Rei menoleh lalu menjawab pertanyaan yang diajukan oleh Kinan.

"Tadi .., Pak Yuga bilang kalian pacaran." Kinan katakan itu dan jelas buat Rei terkejut.

"Ngomong gimana?" tanya Rei penasaran.

"Dia bilang, kalau kamu sama dia pacaran dan dia enggak rela kalau kamu pulang sama laki-laki lain. Dan jelas itu maksudnya aku." Kinan menjelaskan.

"Mungkin mau godain kamu aja Kinan. Karena dulu dia pernah tanya apa kita punya hubungan. Aku jawab seperti kenyataannya kalau kita enggak ada hubungan dan mungkin dia masih enggak percaya." Rei beralasan karena malas sekali jika harus mengatakan apa yang terjadi. Itu membuat dirinya menjadi kesal sendiri.

Jujur saja itu membat Kuki merasa lega karena ia berarti masih memiliki kesempatan untuk menyatakan perasaannya. Karena Kuki sudah benar-benar jatuh hati pada gadis itu.

"Rei," sapa Kuki lagi.

"Seadainya aku suka sama kamu boleh?"

Rei anggukan kepalanya. Yang ia pikirkan adalah sebagai teman. "Boleh dong, kita kan teman Kinan?"

Kinan tersenyum, "Iya teman," ucap Kinan.

Rei jelas senang karena bisa mendapatkan sahabat sebaik Kinan. Dan jelas pemikiran keduanya berbeda. Kuki ingin dapatkan atensi lebih dari teman.

Sementara itu di rumah nenek Ayu, Vhi kini tengah duduk dengan malas karena beberapa hari tak ada guru yang datang ke rumah.Ia senang sebenarnya meski terasa bosan juga. Sejak tadi hanya memainkan pena di atas buku.

Saat itu nenek Ayu berjalan mendekati Vhi. Ia duduk di samping cucu kesayangannya. "Kamu bebas kalau bisa membawa Rei ke sini."

"Eyang mau ketemu sama Rei? Syukurlah," ucap Vhi berpikir kalau apa yang dikatakan sang nenek adalah upaya untuk memperbaiki semua kesalahannya pada Rei.

"Iya, dia harus membereskan kekacauan yang enggak bisa kamu tangani." Ayu berkata terdengar seperti sebuah  kalimat yang menyudutkan Vhi.  Dan itu memang tujuan Ayu agar cucunya itu sadar bahwa ia tak bisa apa-apa.

Vhi awalnya senang, ia membayangkan  hubungan diantara Ayu dan juga Rei akan membaik. Tapi dengan apa yang dikatakan oleh sang nenek jelas ini bukan upayang ia bayangkan. Ayu jelas punya rencana dan Vhi tak tau apa.

"Memang harus bawa Rei ke sini?" tanya Vhi yang kini malah takut jika Rei datang ke rumah besar.

Ayu angukan kepala. "Semua demi keberlangsungan perusahaan. Akan sulit kalau kamu masuk karena direksi akan banyak bertanya. Eyang minta bawa Rei ke sini paling telat minggu depan." Ayu bertitah.

Permintaan Ayu aneh, dan Vhi takut juga ragu. Entah apa yang akan dilakukan sang nenek pada Rei. "Eyang mau ngapain Rei?" tanya Vhi penuh selidik.

'Ada hal yang harus dia lakukan dan kamu enggak perlu tahu. Tugasmu cuma bawa dia ke sini baik-baik. Atau saya yang bertindak sendiri." Ayu berkata lalu tersenyum. Namun justru buat Vhi takut karena jelas berisi sebuah ancaman di sana.

***
.
.
.
.
Mau ngapain si nenek??
,😭😭 Jgn lupa komen kaaa🤗
Terima kasih..

Maju Duda Mundur Jejaka (MYG//JK)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang