42. (⁠ʃ⁠ƪ⁠^⁠3⁠^⁠)

316 39 3
                                    

Rei penasaran dengan penawaran yang diberikan. Bahkan saat ini sedikit berdebar saat Yuga menatap dengan senyuman. Gadis itu suka ditantang, dan kini penasaran setengah mati. Apakah yang dijanjikan itu akan sememikat apa yang ditawarkannya? Atau hanya ucapan dari Yuga saja.

"Memang seistimewa apa ketika jadi Punyanya Yuga?" tanya Rei menantang, mulai tertarik.

Yuga tersenyum, lalu mendekat. Menatap gadis itu lamat-lamat, menarik, cantik, sejak kapan Rei terlihat semenarik ini? Bahkan dengan tubuh tambunnya itu?

"Dimanjakan, disayang, apalagi? Saya suka sentuhan, suka peluk dan cium cuddle hangat di sofa lembut, sama kamu. Mau nyobain? Treatment 24 jam jadi punyanya Yuga. Hmm? Di atas ranjang juga saya suka."

Rei telah saliva, dia sama sekali pemula dalam urusan ranjang. "untuk urusan ranjang bapak salah orang."

"Hmm, masih gadis ya? Suka. Baik, penyayang, pinter juga." Yuga berkata dengan sedikit menggoda. Tahan diri, tau kalau Rei tak terlalu suka ia mendominasi. Apalagi Rei jelas gadis baik-baik, jadi semakin tertantang ingin memiliki.

Rei Kemudian mengalihkan pandangannya. Menyelesaikan masakan yang ia buat. "Jangan macam-macam pak. Nanti ada anak-anak."

"Di luar sehari sama saya. anak-anak enggak akan marah."

"Sebelum dekat sama perempuan, baiknya bapak bicara dulu sama Cherry dan Chelo."

"Udah, bilang saya suka kamu. Mereka setuju kamu jadi ibu mereka." Pria itu menjawab sambil tersenyum.

Jujur, jawaban yang ia dengar membuatnya merasa heran. Tapi memang sangat atasan itu tipe pria yang sat set. Ketika Ia menginginkan sesuatu tak ingin bergerak lambat. Ketika yakin dan menginginkan sesuatu cenderung akan dengan cepat berusaha mendapatkannya.

"Jadi, mau ya?"

Rei diam sejenak ia menimbang keinginan pria itu. Meskipun memang tak akan ada ruginya juga untuknya jika mengikuti keinginan Yuga. Melihat keragu-raguan itu membuat Yuga segera menggandeng tangan Rei.

"Mau ambil tas kamu dulu?" Yuga bertanya.

Rei anggukan kepala, Yuga melepas kaitan tangan mereka berdua. Pria itu kemudian berjalan menuju kamar Ani, dan mengambil tas milik Rei yang tadi diletakkan di sana.

Selama hidupnya, Rei hanya pernah berpacaran satu kali dari itu pun dengan Satya. Tak pernah ada hal yang manis diberikan oleh pria itu. Kecuali pujian dan juga terkadang ciuman yang kadang terasa tak ikhlas.

Yuga berjalan menghampiri lagi dan kini telah membawa tas gadis itu. Keduanya lalu berjalan menuju tempat parkir. Yuga membukakan pintu dan membiarkan Rei masuk, dan duduk. Pria kemudian segera berjalan masuk. Ia duduk, melirik ke arah gadis di sebelahnya.

"Kamu suka yang seperti apa?" Yuga bertanya.

Tak Ada jawaban yang ia terima karena Rei pun bingung, tak memiliki hal yang terlalu ia sukai.

"Saya nggak tahu Pak."

Yuga tersenyum sambil menganggukan kepalanya. Dan dalam otaknya juga sebenarnya tengah berpikir apa yang harus ia lakukan. Pria itu kemudian bergerak ke arah Rei, untuk memasangkan sabuk pengaman. Wajah keduanya jadi sangat dekat, dan hal itu buat Rei menahan napasnya.

"Kalau begitu, hari ini biar saya yang tentukan ya kita mau ke mana. Kita ke salon dulu hmm? Aku mau ngajak kamu makan malam. Mau?"

Rei anggukan kepala. Mendapat persetujuan itu Yuga jelas jadi merasa senang.  Sementara sampai saat ini Rei hanya penasaran saja mengenai apa yang dikatakan oleh Yuga tadi. Penasaran tentang bagaimana diperlakukan sebagai milik pria itu.

Maju Duda Mundur Jejaka (MYG//JK)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang