68. Chelo

132 13 1
                                    

Chelo berusaha membuka mata, saat sebuah suara memanggil. Anak itu kini mengusap-usap matanya yang masih sulit untuk terbuka.

"Ayo bangun, sekolah sayang."

Anak itu lalu dengan cepat membuka matanya, segera duduk di tempat tidur ia mencoba mendapatkan kesadaran untuk sesaat. Sedikit terkejut dengan sosok yang ia lihat pagi ini.

"Mami!" seru anak laki-laki itu.  Chelo kemudian berlari dan memeluk Rei.

Iya, pagi itu Rei sengaja menyempatkan waktu untuk datang ke rumah Yuga. Mengetahui kekasihnya itu kini berada di penjara yang menjadi pemikirannya adalah Cherry dan juga Chelo. Tentu saja karena ia begitu mempunyai keduanya. Rei tidak akan tega membayangkan keduanya harus melalui hari sendirian.

"Kok belum bangun sih? Biasanya udah bangun sendiri?" Rei bertanya kepada si bungsu. karena waktu dia tinggalkan anak itu sudah bisa terbangun pagi sendirian.

Mendapatkan pertanyaan seperti itu membuat Chelo membecik. "Semalam, papi nggak ada di rumah. biasanya papi ngelonin jadi aku tidurnya malam. Tadi malam, aku minta Mbak Ani temani tidur."

Sungguh miris perasaan Rei mendengar apa yang dikatakan oleh Chelo. Tangannya membelai lembut rambut anak itu. Sedih sekali membayangkan malam tadi Kalau ia terpaksa tak bisa tidur karena tak ada Yuga.

"Papi nggak bisa pulang karena ada kerjaan di luar kota." Rei mencoba memberikan alasan. Karena tak mungkin untuk memberitahu keadaan yang sebenarnya.

"Jadi, Mami ke sini karena papi pergi mendadak?" Chelo bertanya.

Rei anggukan kepala. "Ya udah, kalau gitu sekarang kamu mandi sama Mbak Ani ya. Sekarang Mami mau bikin sarapan buat kamu sama Kakak."

Mendengarkan dibuatkan sarapan membuat Chelo merasa senang sekali titik anak itu tersenyum, kemudian memeluk erat tubuh Rei. "Terima kasih Mami, kalau gitu sekarang aku mau mandi."

Chelo segera bangkit dari tempat tidur dan dia melangkahkan kakinya menuju kamar mandi. Setelahnya Rei berjalan keluar kamar. Dia kini menghampiri kamar Cherry.  Di dalam kamar anak itu tengah mempersiapkan diri. Tatapan mata Cherry menunjukkan kaos malam ia habis menangis.

Rei berjalan mendekat, ia kemudian berdiri di samping anak itu. "Kakak udah cantik banget sih."

Cherry menoleh, ia segera memeluk erat tubuh Rei.
"Papi bakal pulang kan mami? Papi nggak masuk penjara selamanya kan?"

Rei sedikit berusaha untuk membungkukkan tubuhnya. Dia menyamakan posisi agar bisa berbicara sambil menatap wajah Cherry untuk memberikan keyakinan. "Kakak nggak perlu khawatir, nggak perlu cemas juga. Papi pasti akan pulang. Mami tahu kok, kalau papi itu orang yang sangat baik."

Rei tidak mau membuat Carry berpikiran terlalu berat. Dia tahu kondisi seperti ini sangat sulit untuk anak itu. Sebenarnya dia juga tak mengerti apa yang terjadi dengan Yuga. Hanya saja, dia memilih untuk mempercayai dan berniat untuk mendengarkan semua secara langsung dari pria itu.

"Tapi, kenapa papi jadi masuk ke penjara? Padahal kan, papi bukan orang jahat?"

"Karena kamu percaya sama papi, jadi tetap harus terus percaya ya? Yakin deh nanti pasti akan pulang, sekarang fokus sekolah dan belajar dulu ya?" Rei berusaha terus untuk meyakinkan cherry. Meskipun memiliki wajah yang cenderung judes, tapi anak itu memang sangat sensitif dan cukup perasa.

Cherry mengganggukan kepalanya.  Setelah menghampiri cherry dan membangunkan si bungsu. Rei bergegas menuju dapur. Dia memasak nasi goreng Singapore, lengkap dengan omelet dan aneka gorengan frozen food lainnya. Kedua bocah itu sungguh sangat senang pagi ini.  meskipun Cherry tak benar-benar sepenuhnya bisa merasa senang, karena pikirannya yang kalut atas keadaan sang ayah.

Hari ini Rei, mengatakan kalau ia akan datang sedikit terlambat. Jadi, tadi sudah meminta Rizal untuk mengatur semuanya pagi ini. Beberapa schedule harus dijadwalkan ulang. Setelah kedua anak itu berangkat sekolah, Rei segera melangkahkan kakinya menuju kantor. Jujur saja, dia sendiri tak mengerti dengan apa yang terjadi.

***

Siang hari kemudian Yuga pulang ke rumah. Ia terlihat sangat kuyu, karena harus menjalani penyidikan dengan menjawab beberapa pertanyaan sampai pagi tadi. Sebenarnya, yang membuat ia kesal adalah sikap Eri yang seolah tak peduli.  Bukankah seharusnya Eri membelanya? Karena dia menjemput sahabatnya itu atas permintaan Eri sendiri.

Pria itu kemudian melangkahkan kakinya menuju ruang tengah. Ia duduk seraya memikirkan hal yang ia alami. Pria itu sudah tahu bahwa berita mengenai dirinya telah beredar di banyak media. Hal yang ia lakukan adalah itu akan mengganggu nama baiknya.

"Silakan diminum Pak." Itu adalah Ina yang sudah tahu kalau sang atasan akan datang. Sengaja dengan segera membuatkan air minum untuk Yuga.

"Terima kasih na. Pagi ini anak-anak gimana? Mereka rewel nggak? Susah nggak diajak bangun untuk sekolah?" Yuga bertanya kemudian menyeruput teh manis miliknya.

"Pagi tadi, Rei datang ke sini pak. Jadi semua anak-anak tadi mau sekolah gampang Pak."  Ina menjawab pertanyaan Yuga.

Mendengar hal ini membuat Yuga merasa tenang karena Rei mau membantunya. Dan hal ini juga msembuatnya sedikit merasa cemas. karena dengan kedatangan kekasihnya itu, menandakan kalau Rei sudah mengetahui apa yang terjadi.

"Syukurlah kalau begitu, terima kasih." Yuga ucapkan itu pada Ina.

Ina segera meninggalkan sang tuan untuk melanjutkan kegiatannya di dapur. Sementara Yuga menikmati teh miliknya.  Setelahnya segera berjalan menuju kamar, Yuga mengambil ponsel miliknya. Mencoba menghubungi Rei.

Tak ada jawaban dari sang kekasih. Yuga menduga kekasihnya  itu tengah sibuk dengan pekerjaannya di kantor.  Pria itu kemudian memilih untuk segera membuka pakaian dan bersiap untuk membersihkan diri. Wajahnya muram, karena sama sekali tak menyangka kalau masalah memalukan seperti ini akan menimpanya.

Baru saja ia akan melangkahkan kaki, ponsel milinya berdering. Panggilan daeri Rei, dengan segera ia menerima panggilan itu.

"Mine," sapa Yuga.

"Mas kamu udah pulang?"

"Udah, makasih ya Mina, Kamu repot-repot pagi ini bantuin aku nemenin anak- anak." Yuga mengatakan itu. ia meras benar-benar beruntung memiliki Rei saat ini.

"kamu enggak perlu terima kasih mas. Aku ke rumah, ketemu sama anak-anak karena aku sayang sama mereka. Kamu makan dan mandi dulu ya. Aku tadi masak nasi goreng, dan tumisan sayur. Aku enggak bisa masak yang lain, karena hari ini harus lebih cepat ke kantor." Rei merasa bersalah karena ia tak bisa memasak yang laini untuk Yuga.

Di sisi lain, Yuga merasa tak enak karena Sudja merepotkan Rei. "Maafin aku, aku tau mungkin kamu kecewa sama aku. Aku sendiri enggak tau kenapa aku bisa kena masalah aneh begini, mine."

"Okay Mas, aku masih percaya sama kamu. Aku akan nunggu kamu untuk jelasin semua."

"Mine thank you, aku jemput kamu nanti. Kita ngomong berdua."

"Aku ke rumah kamu aja pulang kerja nanti. Kita ngomong berdua. Sekarang kamu istirahat ya."

"Aku beruntung banget punya kamu Mine." Yuga ucapkan itu. Bertemu dengan Rei seperti sebuah kebahagiaan terbesar untuknya.

Maju Duda Mundur Jejaka (MYG//JK)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang