Yuga, Cherry dan Chelo hari ini tengah mempersiapkan diri untuk berjalan-jalan. Sudah sama sekali mereka tak menghabiskan waktu berlibur. Ketiganya berniat untuk berlibur ke kebun teh pagi ini rasanya enak sekali Jika dihabiskan dengan menikmati segelas teh manis hangat sambil menatap pemandangan perbukitan dan juga hamparan perkebunan teh. Mereka juga merencanakan untuk menginap satu malam di villa milik Yuga.
"Nanti ajak Mbak Rei kan Pi?" Cherry bertanya kepada sang ayah.
Yuga terdiam kemudian menatap ke arah putrinya itu. Pasalnya mereka kan belum memberitahu kepada Rei. "Tapi kan kita belum ngasih tahu?"
"Nanti kan papi bisa kasih tahu. Sebelum kita berangkat bisa anterin mbak Rei juga untuk ambil baju. Lagian kan yang dekat sama adik cuman Mbak Rei." Cherry berkata lagi.
"Ya udah nanti kita coba aja. Tapi kalau misalnya Mbak rei nya nggak mau kamu nggak boleh maksa." Yuga berkata.
Setelah selesai membantu putrinya merapikan pakaian, Yuga kemudian berjalan ke luar kamar. Yuga berjalan melalui lorong menuju ruang tengah di sana melihat putra bungsunya yang kini sudah bersama dengan Rei. Pria itu lalu menghampiri keduanya.
"Pak Yuga?"
"Rei, kamu mau ikut kita jalan-jalan? Cherry tadi minta saya buat ngajak kamu," kata pria itu.
"Jalan jalan ke mana Pak?"
"Kebetulan aku ada villa di puncak, dan memang udah lama banget kita nggak ke sana. Jadi kita ada rencana untuk menginap dua hari satu malam di sana mumpung liburan."
Chelo segera menatap arah Rei. "Mau ya Mi? Please. Temenin aku." Chelo memohon agar Rei mau ikut bersama mereka.
Sebenarnya Rei anggaran untuk ikut Karena ia merasa tak enak jika harus menghabiskan waktu bersama dengan yuga dan keluarganya. Rei berpikir kalau dirinya malah akan mengganggu acara keluarga yang tengah ingin dilakukan Yuga dan kedua anaknya.
"Ya Mi, please." Chelo memohon lagi.
"Kamu ikut aja y? Hmm?" Yuga berkata lagi.
Akhirnya Rei, menganggukan kepalanya. Setelahnya Mereka bersiap-siap dan segera berangkat. Sebelum berangkat seperti apa yang dikatakan oleh Cherry tadi mereka ke rumah Rey sebentar untuk membiarkan Gadis itu mengambil pakaian dan keperluannya selama mereka menginap 2 hari 1 malam di puncak.
Perjalanan menuju puncak hari ini benar-benar hanya dilakukan oleh empat orang itu. Yuga, Rei, Chelo dan Cherry. Yuga memang ingin melakukan quality time bersama dengan kedua anaknya. Dan Rei terpaksa diajak ikut karena keinginan ciri dan juga Chelo.
Setelah melakukan beberapa jam perjalanan keempatnya kini tiba di lokasi tujuan. Mereka tak langsung menuju villa yang lokasinya sedikit jauh di belakang. Tetapi memutuskan untuk mampir ke cafe bambu menikmati risol hangat yang baru digoreng dan juga teh manis hangat.
"Udah lama banget nggak ke sini ya pih?" Cherry bertanya kepada sang ayah yang dijawab oleh anggukan.
"Tempatnya masih sama aja ya. Di sana itu ada tempat berkuda, kakak mau naik kuda?" Yuga bertanya kepada putri sulungnya karena dulu Cherry suka sekali naik kuda ketika mereka datang ke sana.
Tapi kali ini Cherry menggelengkan kepalanya. Ia rasanya lebih baik memilih untuk duduk dan menikmati teh manis miliknya.
"Chelo mau," kata si bungsu.
"Kalau gitu Papi sama adik naik kuda kamu di sini sama Mbak Rei sebentar ya?" Tanya yuga.
Cherry anggukan kepala, sambil menatap Yuga dan Chelo yang berlalu. Kemudian menatap ke arah Rei. "Mbak Rei," sapa anak itu.
"Iya?"
"Menurut Mbak aku itu pinter?" tanya Cherry tiba-tiba.
Rei menatap dengan heran, bingung kenapa tiba-tiba Cherry bertanya seperti itu. Rei membelai lembut rambut Cherry. "kenapa kamu tiba-tiba tanya begitu?"
"Susah banget untuk dapat nilai sempurna di kelas. Selalu kalah sama Jes. Selalu dapat tempat ke tiga atau ke empat. Cherry mau jadi juara satu."
"Kamu udah pinter kok. Yang paling penting kamu itu punya teman dan bahagia Cher. Hmm? Dulu mbak rangking satu terus, tapi kesepian enggak punya teman. Rasanya sepi banget cuma punya satu teman yang selalu setia sama Mbak."
"Cherry enggak punya teman, cuma punya satu sahabat namanya Tania."
"Enggak apa-apa asal kalian bisa akur, dan sefrekuensi. Lebih terbuka lagi, lebih care lagi sama sekita ya? Yang paling penting kamu bahagia dan jadi orang baik. Orang pinter itu banyak, orang baik yang sulit di cari." Rei jelaskan agar Cherry tak terlalu terbebani dengan nilai seperti dirinya dulu.
Cherry hela napas. "orang baik itu sering dimanfaatkan Mbak."
"Enggak usah dipikirin masalah itu. Yang paling penting kamu udah melakukan hal baik."
Cherry anggukan kepala, gadis itu kemudian tersenyum ke arah Rei. "Mbak Rei udah punya pacar?"
Rei gelengkan kepala. "nggak ada yang mau."
"Sama papi aja Mbak. kesian udah lama menjomblo." Cherry berkata dan itu buat Rei terkekeh.
"Kamu ini bercanda aja Cher."
"Siapa tau kalian jodoh. Lagian Mbak Rei kan pinter. Sayang sa Chelo dan aku juga."
Rei mencubit pelan pipi Cherry. "akan ada nanti perempuan yang sayang sama kamu, adik dan papi. Tapi sepertinya bukan Mbak Rei. Aku mana pantas sama Papi kamu Cherry."
"Memang definisi pantas atau enggak itu seperti apa Mbak?" tanya Cherry bingung.
Rei terdiam sejenak kemudian berpikir tentang kata-kata yang akan dikatakannya. "Yang cantik secara fisik dan latar belakang yang baik."
"Mbak Rei cantik meski Gemoy. Latar belakang mbak kenapa?"
Rei terkekeh lagi, semakin lama semakin banyak yang ditanyakan oleh Cherry. "Udah dtip jangan tanya lagi. Minum tehnya, nanti dingin."
Keduanya kemudian melanjutkan kegiatan menikmati teh bersama. Setelah menikmati teh dan Yuga juga Chelo selesai naik kuda, mereka menuju villa. Di villa itu ada kolam renamg dan juga halaman yang luas. Tapi alih-alih bermain di luar, Chelo dan Cherry memilih merebahkan dirinya di kasur. Mereka mengajak Rei dan menyelimuti diri mereka bertiga.
Ketiganya tertawa dan bercanda di balik selimut. Yuga mendengar itu dari luar tersenyum sendiri mendengarkan kebahagiaan kedua buah hatinya. Ia kemudian berjalan ke dalam menuju kamar Rei dan Cherry. Menatap ketiganya yang bergurau di balik selimut.
"Happy banget kalian?" tanya Yuga.
Cherry turun dan menarik tangan sang ayah dan mengajak Yuga merebahkan tubub di tempat tidur bersama. Yuga ada di sisi kanan, Cherry, Chelo lalu Rei.
"Tidur aja yuk," ajak Cherry.
Rei dan Yuga saling tatap sekilas, Rei lalu mengalihkan tatapannya dan memilih untuk menepuk-nepuk tubuh Chelo. Anak itu sudah mengantuk. Sementara Yuga masih bergurau dan mengobrol dengan Cherry. Yuga menatap ke arah Rei yang memejamkan mata sepertinya tertidur bersama Chelo dalam pelukannya.
Cherry menatap sang ayah, ia lalu mendekat dan membisikkan sesuatu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Maju Duda Mundur Jejaka (MYG//JK)
RomansaPerempuan gemuk sering dipandang sebelah mata, dibully sepertinya sudah jadi makanan mereka sehari-hari. Tapi bagaimana jadinya, jika si gendut cantik ini diperebutkan pria-pria tampan? Reisya Clemira Prameswari Raharjo, kehidupannya begitu rumit...