69

103 10 0
                                    

Rei berada di kantor, ia bahkan tak makan siang karena laporan yang menumpuk. Beberapa kerja sama baru yang harus segera menunggu persetujuan, dan kerja sama lama yang harus segera ditandatangani ulang.

Rei itu tipe yang tidak bisa menunda pekerjaan. Jika dia mampu mengerjakan hari ini, dia akan menyelesaikan saat itu juga. Akan tetapi untuk saat ini, pikirannya terpecah untuk Yuga.  Sejak tadi jadi tak bisa fokus dengan pekerjaan karena memikirkan Sebenarnya apa yang terjadi?

Di meja kerjanya ada Rizal yang duduk di satu ruangan dengan Rei. Pria itu mengerjakan apa yang diminta oleh sang atasan.

"Mas, untuk laporan-laporan ini paling telat berapa hari?"

"Untuk laporan-laporan terbaru, Ibu bisa menyelesaikan hari Jumat, Kemudian untuk laporan lama dan diminta pembaruan dokumen itu bisa dikerjakan sampai minggu depan." Rizal menjawab pertanyaan Rei.

Rei anggukan kepalanya, dia kemudian menyusun dokumen itu berdasarkan dari waktunya. Mengerjakan kembali agar ia bisa menyelesaikan semua sebelum waktu yang diminta.

"Hari ini, Mas Rizal nggak usah anterin aku pulang ya aku mau ada urusan sebentar di luar, kayaknya aku juga mau pulang cepet. Nggak apa-apa kan ya?" Rei merasa kalau ia harus meminta izin dulu kepada Rizal. Karena mau bagaimanapun Ayu sang nenek yang telah menitipkan ia kepada pria itu.

Pria itu menganggukan kepala mendapatkan pertanyaan "sepertinya nggak masalah kalau emang Ibu Rey mau pulang terlebih dulu. lagipula dokumen-dokumen itu kan memang belum waktunya untuk diselesaikan. Masih ada waktu tiga hari lagi untuk itu."

"Oke, terima kasih ya Mas. Mungkin aku nanti mau pergi di jam makan siang. Aku akan selesaikan beberapa yang memang harus diselesaikan di hari Jumat. Beberapa perubahannya aku minta maaf Rizal untuk perbaiki seperti yang sebelumnya ya?"

"Baik Bu."

Gadis itu merasa sedikit tenang setelah mendengarkan izin yang diberikan oleh Rizal. Apapun yang terjadi nanti, dia harus bertemu dengan Yuga dalam kondisi tidak ada anak-anak di rumah. Hari ini, si bungsu memiliki jadwal les  setelah pulang sekolah.  jadi kedua anak itu memang akan pulang lebih sore.

***

Sejak pulang tadi juga beristirahat kemudian dia terbangun dan menyantap makan siang yang sudah disiapkan oleh Rei pagi tadi. Setelah dihubungi oleh sang kekasih dia mencoba menghubungi Eri, hanya saja tidak mendapat jawaban dari sahabatnya itu.

Tentu saja hal itu membuatnya merasa aneh, kenapa juga Eri harus menghindarinya? Dan kenapa Eri bukannya membelanya malah ikut bersama sang suami?

Yang paling membuatnya merasa kesal adalah, semua pemberitaan pemberitaan buruk yang ia terima akibat kejadian yang tidak masuk akal ini. Dia benar-benar takut kalau beberapa direksi dari perusahaannya Mungkin saja akan mencabut kontrak kerjasama, atau yang lainnya karena mengira dia benar-benar melakukan hal bodoh itu.

"Padahal aku udah masakin kamu dari tadi loh, dan kamu baru makan sekarang?"

Mendengar suara manis itu membuat Yuga menoleh, dia melihat Rei yang kini berjalan mendekat. Yuga merasa perasaannya menghangat, dia berdiri dan menghampiri Rei, kemudian dia memeluk kekasihnya itu.

"Mine," sapa Yuga sambil memeluk erat.  Rasanya cukup menenangkan ketika ia bisa melihat kekasihnya itu berada di sini.

Rei membalas pelukan juga Seraya menepuk-nepuk punggung pria itu. Berharap dengan apa yang ia lakukan bisa memberikan sedikit ketenangan, dan itu memang berhasil. Rei benar-benar bisa membuat juga merasa lebih tenang dan baik. Setelah sejak kemarin perasaannya tak karuan, jadi tak jelas, dan moodnya sangat kacau.

"Semuanya oke kan Mas?" tanya Rei.

"Semua Oke, dan aku akan jelasin semua. kalau hal ini nggak seperti apa yang kamu pikirkan." Yuga mengatakan itu.

Rei melepaskan diri, kemudian menatap Yuga. "Ya udah, kalau kayak gitu sekarang mendingan kamu makan dulu. nanti setelah makan Kamu bisa cerita semuanya ke aku."

Yuga anggukan kepala, kemudian dia menggenggam tangan kekasihnya dan mengajaknya duduk di meja makan. Rei tidak mengatakan sepatah kata pun karena dia memang menunggu penjelasan dari Yuga.

"Kamu udah makan siang?" Yuga bertanya.

"Aku tadi udah makan siang sama Mas Rizal, sekarang kita ngomongin beberapa planning ke depan."

Yuga anggukan kepala, tangan kirinya menggenggam tangan Rei. Menggenggam jangan sangat-sangat seolah tak ingin dilepaskan. Bahkan sepanjang menyantap santapan siangnya, dia sama sekali tambah pasang genggaman tangannya.

Selesai makan siang, keduanya kemudian berjalan ke ruang kerja. Yuga duduk bersampingan dengan Rei mereka duduk di sofa. Yuga masih memainkan tangan Rei. Ada sedikit perasaan takut.

"Jadi, sebenarnya ceritanya itu kayak gimana Mas?"

Yuga menatap Rei, seharusnya Memang iya tak takut. tetapi karena ia memiliki hubungan dengan Eri dia takut kekasihnya itu akan kecewa padanya. Meskipun memang Rei sudah mengetahui dengan jelas hubungannya dengan Eri yang sudah berlalu itu.

"Eri itu hamil, dan suaminya mengira kalau itu adalah anak aku—" kata Yuga terputus. Terdiam sejenak untuk melihat reaksi yang diberikan oleh Rei.

Tak ada reaksi yang berarti, Rei masih biasa saja. Masih menunggu penjelasan yang lainnya untuk menentukan reaksi apa yang harus diberikan. "Terus?"

"Awalnya kemarin itu, dia nelpon aku untuk jemput Eri. Akhirnya, aku jemput Eri, dia maki-maki aku, dan Eri sempat tinggal di sini. Tapi malam kemarin, tiba-tiba aja bagus ke sini dengan bawa polisi dan dia nuduh aku bawa istrinya tanpa izin. Padahal jelas, kalau siang beberapa hari yang lalu dia yang minta aku untuk bawa Eri."

Yuga kemudian menjelaskan semua hal yang terjadi kepada Rei tanpa ia tutupi sama sekali. Mungkin Gadis itu akan terluka, atau mungkin saja kecewa. Akan tetapi rasanya kalau lebih baik Rei mengetahui semuanya secara detail.

"Terus? Dia sama sekali nggak ngebelain kamu? Padahal kamu bawa dia ke sini atas permintaan suaminya kan?"

Yuga anggukan kepala. "Aku tahu,  mungkin Bagus mau balas dendam atas perselingkuhan Eri sama aku. Oke, aku salah dan itu juga udah berlalu. Yang aku nggak habis pikir adalah, Kenapa Eri diem aja. Kenapa dia sama sekali nggak berusaha membela aku? Bahkan waktu di kantor polisi, dia nggak menjawab apapun." Yuga hela napas, situasi baginya kali ini benar-benar sulit. "Sebenarnya ini nggak terlalu masalah. Ya jadi masalah itu adalah berita tentang aku menyebar gitu aja. Aku takut ini bakal berpengaruh besar untuk bisnis aku. Kamu tahulah, netizen Indonesia itu kayak gimana."

Rei menggenggam tangan yuga. "apapun yang terjadi sama kamu, Aku percaya kalau kamu bisa ngejalanin semua dengan baik. Aku juga yakin, akan ada jalan keluar untuk masalah kamu ini. Aku kan selalu dukung kamu, aku akan jadi orang yang tetap ada di samping kamu Mas."

Yuga menoleh, menatap dengan senyum. Kata-kata yang terlontar dari bibir membuat ia merasa sangat tenang dan senang. Seolah mendapatkan kekuatan dan keyakinan kalau masalah ini bisa dihadapi dengan baik.

"Thanks Mine."

Yuga dan Rei saling tatap, Rei anggukan kepala saat tangan Yuga meraba dengan lembut wajah gadisnya. Kemudian mengecup bibir Rei perlahan.

"Mine, Love you."

Maju Duda Mundur Jejaka (MYG//JK)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang