24. pewaris

254 38 7
                                    

Rei ini berada di dalam mobil bersama Kinan, sejak tadi pria itu tersenyum karena berhasil mengajak gadis pujaan hatinya untuk pulang bersama. Rasanya belakangan hatinya terus berbunga-bunga. Berharap bisa semakin dekat dengan gadis yang kini ada di sampingnya. Tak tahu kenapa tapi semua hal mengenai Rei kini menjadi perhatiannya.

"Rei," panggil Kuki.

"Iya Kinan?"

"Kita makan dulu ya?" tawar Kuki pada Rei.

"Boleh, tapi hari ini Iva katanya mau masak sayur asem, ikan asin, sama tempe bacem. Kamu mau makan di rumah aja nggak? Makan bareng-bareng. Tadi Vhi juga bilang mau ke rumah habis nge-vlog."

Tentu saja tawaran seperti itu tentu saja tak akan disia-siakan oleh Kuki. Dengan segera ia menganggukkan kepalanya setuju.

"Mau kok mau banget malah."

Rei tersenyum ke arah pria itu. "Masakannya Iva enak banget loh. nanti kalau kamu makan pasti ketagihan."

"Kamu bisa masak nggak?"

"Aku bisa masak. Masak air, telur dadar, sama mie instan. Ah, aku juga bisa masak nasi goreng itu masakan paling susah yang bisa aku buat. Kayaknya aku emang enggak berbakat di dapur deh Kinan." Rei mengatakan itu terdengar sebuah kekecewaan.

"Enggak masalah kok, kamu nggak bisa masak," kata Kuki.

Tentu saja bagi pria itu itu bukan masalah besar. Karena bisa menyewa pelayan untuk memasak nanti. Adalah kenyamanan untuk gadis kesayangannya. Mungkin memang pikiran Kuki terlalu jauh. Memikirkan bagaimana kalau seandainya dia bisa menjalin hubungan kemudian melanjutkan ke jenjang berikutnya bersama Rei. Padahal keduanya sama sekali belum ada komitmen untuk itu. Jadi sahabat saja juga belum terlalu dekat, sekarang malah mengharapkan yang lebih.

"Tapi kayaknya aku ada rencana mau les masak deh," ucap gadis berpipi tembem itu bersemangat sambil melirik ke arah Kuki.!

"Sip, aku akan dukung kamu. Nggak perlu aku bisa jadi sopir yang ngantar jemput. Aku menawarkan diri nih," kata Kuki coba mendapatkan perhatian lebih dari Rei. Siapa tahu bisa jadi sopir yang mengantar jemput. Tentu saja jika itu terjadi akan membuat keduanya semakin lebih dekat.

Rei ntar kekeh mendengar apa yang dikatakan oleh Kuki. "Kamu kan sibuk Kinan, jangan buang-buang waktu kamu buat aku."

"Aku nggak sesibuk itu kok," kata Kuki.

"Oke kalau gitu nanti aku minta anterin kamu." Rei berkata tak bermaksud menggoda. Tapi itu justru membuat Kuki tergoda. Ingin mencubit gemas Rei rasanya.

Sementara itu saat ini langkah Vhi tertahan di rumah besar. Tentu saja Ini semua karena ulah nenek Ayu. Iya benar-benar melarang sang cucu untuk keluar mulai dari saat ini. Semua itu adalah usahanya untuk membuat anak itu bisa menjadi seorang pewaris yang sebenarnya. Karena tak ada siapapun yang bisa Ia berikan tugas ini selain Vhi.

Anak itu kini duduk di ruang kerja sang nenek. Iya tetap duduk dengan baik karena ada dua orang penjaga yang menahan dirinya sejak tadi, Saat ia ingin melarikan diri.

"Eyang kan tahu kalau aku emang nggak ada bakat di bisnis." Vhi mengatakan itu entah sudah berapa kali.

"Kamu bukan enggak ada bakat, tapi kamu yang nggak mau untuk ngelakuin itu. Eyang ini udah tua, kalau bukan kamu siapa lagi?"

Vhi menatap sang nenek, tentu saja di dalam hatinya ia merasa iba. Namun, dirinya tahu dengan betul kalau sama sekali tak berbakat di bidang bisnis. Sejak dulu dipaksa untuk memahami tentang bisnis ini dan itu. Namun semuanya sama sekali tak ada satupun yang melekat di otaknya. Semua materi dan penjelasannya yang diterima olehnya, seolah hilang begitu saja tanpa bisa masuk menyerap ke dalam ion otaknya.

"Rei, dari dulu kan nenek tahu kalau yang paling berbakat dalam bisnis itu Rei. Dari dulu yang paling berprestasi itu dia. Itu kan alasan eyang mempersulit pendidikannya? Karena Rei pintar, eyang takut kalau dia coba ambil milik kakek?" Vhi bertanya pada sang nenek. Menjabarkan hal yang tertanam di dalam benaknya selama ini.

"Jangan ngada-ngada kamu. Seharusnya saat ini cuma Fokus sama apa yang diminta. jangan membahas orang lain. Besok ikut eyang ke kantor. Sudah waktunya kamu dikenalkan sebagai pewaris. Jangan melawan, Kamu tahu kan resikonya? Saya bisa melakukan apapun untuk mendapatkan apa yang saya mau." Ayu berkata sambil menatap Vhi dengan penuh arti.

Vhi Jelas mengerti betul dengan apa yang dimaksud oleh sang nenek. Ayu pasti akan menyerang orang-orang yang terdekat dengannya. Siapa lagi kalau bukan sang kakak dan juga kekasihnya. Sama seperti dulu saat ia menolak untuk berkuliah di luar negeri. Saat itu Ayu mengancam dengan membuat Rei gagal mengikuti salah satu workshopnya. Vhi tau kalau saat ini ia harus patuh.

***

Yuga saat ini tengah rebah di tempat tidur bersama dengan Eri. Tentu saja kegiatan rutin keduanya sudah berlangsung sejak tadi. Yuga dan ini memang belakangan tak bertemu karena ada suami Eri yang datang. Namun beberapa waktu lalu sang suami harus memiliki agenda kerja lain di luar kota. Jadi keduanya menghabiskan waktu bersama untuk melepaskan rindu

"Kayaknya aku sekarang lebih bisa nyaman kerja deh," kata  Yuga pada wanita yang kini tengah merebahkan tubuh di dada sambil memeluknya.

"Kok bisa?"

Yuga menganggukkan kepalanya. "Aku angkat karyawanku Di edelweis untuk kerja di rumah. Kebetulan di jaga Chelo dan juga Cherry. Senang juga lihat mereka bisa akrab sama orang lain. Nemenin chelo dan juga ngajarin Cherry belajar. Ya karena itu aku nggak perlu bawa anak aku lagi ke kantor."

"Syukur deh kalau gitu, kerjaan kamu juga jadi lebih enteng nanti. Lagian kenapa nggak dari dulu aj?"

"Aku juga baru kepikiran gara-gara idenya Cherry. Soalnya emang kan Chelo susah banget untuk deket sama orang lain."

Eri menganggukkan kepalanya, kemudian merubah posisi  menjadi tengkurap. Wanita itu kemudian menggerakkan tubuhnya sedikit maju dan menciumi kekasih gelapnya itu. Yuga membalas Apa yang dilakukan oleh Eri sambil sedikit menahan.

"Nanti kalau aku pengen lagi, kamu capek lho." Yuga coba memperingatkan.

Eri tertawa mendengar apa yang dikatakan oleh Yuga.
Padahal hari ini mereka sudah melakukan beberapa kali. Namun sepertinya pria berkulit putih itu tak juga merasakan puas. Sepertinya hal itu yang membuat Eri senang melakukan hubungan bersama Yuga. Pria itu bisa memberikan hal yang luar biasa. Bahkan dalam kenikmatan adu ranjang. Yuga bisa memenuhi ekspektasinya dan mengikuti irama napsunya. Bisa main berkali-kali dan berlama-lama. Dan itulah yang disukai Eri. Senang sekali bisa bermain lama-lama menyenangkan dirinya di atas ranjang.

"Sama-sama Kamu sih nggak capek. Mau sekali lagi juga boleh." Eri kemudian terkekeh setelah mengatakan itu.

Yuga mencium bibi Eri, "istirahat aja deh aku nggak mau kamu kecapean."

Dan ya, hal ini yang paling membuat wanita itu terpikat. Bagaimana sikap manis Yuga, yang bisa memberikan perhatian dan juga pengertian. Buat ia merasa disayang sekali. Sikap manis itu, yang membuat Eri terpikat dan jatuh hati. Meski ia tak bisa melupakan sang suami. Sang suami tetaplah prioritas saat ada di dekatnya.

***

Hmmm Yuga Yuga kebiasaan

Maju Duda Mundur Jejaka (MYG//JK)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang