48. Yuga gundah

229 26 3
                                    

Ada yang tidak beres. 

Di bawah guyuran air shower yang membasahi tubuh bidangnya, Yuga tak henti memikirkan tingkah aneh Rei kemarin malam. Ke mana sebenarnya Rei pergi? Tingkah wanita itu yang menolak memberitahu membuat Yuga sulit untuk tidak berpikir yang tidak-tidak. Yuga mengacak-acak rambutnya yang basah dengan kesal, ketika mengingat panggilan teleponnya yang semalam Rei abaikan.

“Awas saja kalau sampai dia enggak datang,” gumam pria itu. Setelah membuat Yuga nyaris kebakaran jenggot, Rei tentu harus datang menemuinya jika tidak ingin bapak dua anak itu benar-benar mengubek-ubek dunia hanya untuk mencari keberadaan Rei.

Selesai mandi, hanya dengan mengenakan selembar handuk di pinggangnya Yuga memilih setelan jas yang akan dia kenakan untuk ke kantor hari ini tanpa minat. Bahkan cenderung asal-asalan. Benak pria itu masih penuh dengan sosok wanita yang tingkahnya berhasil membuat Yuga susah memejamkan mata semalam.

“Enggak bisa begini!” 

Yuga yang sudah mengenakan setelan jas yang tadi pria itu pilih,  menghentikan gerakannya mengenakan jam tangan. Untuk beberapa saat Yuga tampak berpikir keras, sebelum sambil berdecak kesal pria itu melepas dasi yang terasa mencekik lehernya. Percuma saja pergi ke kantor jika Yuga bahkan tak bisa memikirkan hal lain selain Rei. Jadi masih dengan wajah ditekuk, Yuga kembali masuk kamar mandi untuk berganti baju dengan pakaian yang lebih santai.

Gadis itu memang entah mengapa suka sekali membuat Yuga merasa gelisah bukan main. Rei yang sulit ditebak berhasil membuatnya blingsatan bukan kepalang. Sebenarnya ke mana semalam Rei pergi? Sampai membuat rentetan pesan yang Yuga kirimkan hanya dijawab sekadarnya. Itu pun hanya untuk membuat Yuga kesal karena Rei tak berhenti memanggilnya dengan sebutan ‘Bapak’ meski berkali-kali Yuga telah melarangnya. Benar-benar keras kepala. Dan lagi, jangan lupakan juga sikap Rei yang menolak panggilannya semalam. Yuga nyaris frustrasi karenanya. 

Tanpa pikir panjang, Yuga lalu menghubungi Siska sekretarisnya di kantor. Ini memang masih terlalu pagi untuk membicarakan pekerjaan. Namun beruntung wanita itu tetap mengangkat panggilan Yuga pada dering ketiga.

“Ya, Pak?” sapa wanita itu di seberang sana begitu sambungan telepon mereka telah terhubung.

“Hari ini saya tidak ada meeting dengan klien penting kan, Sis?”

Setelah selesai berganti baju dengan yang lebih santai, sambil menempelkan ponsel di telinga kanannya, Yuga keluar dari kamar untuk menuju ruang tengah. Berniat menanti Rei yang harusnya akan tiba sebentar lagi mengingat jam dinding saat ini sudah menunjukkan pukul setengah tujuh lebih. 

“Tidak, Pak. Hanya ada beberapa berkas yang harus bapak tanda tangani. Atau Bapak mau saya mengatur ulang jadwal Bapak?”

“Jangan. Saya pagi-pagi begini menelepon kamu justru untuk memberitahu kalau hari ini sepertinya saya tidak bisa masuk kantor.”

“Bapak sakit?”

Bersamaan dengan pertanyaan  itu, Yuga menghentikan langkah ketika salah satu asisten rumah tangganya datang menghampiri untuk memberitahu jika makanan sudah siap. Yuga mengibaskan tangannya singkat, menyuruh asisten rumah tangganya itu agar segera menyingkir. Merasa ada hal lebih penting untuk diurus dibanding makan. Beruntung asistennya itu mengerti isyarat uang diberikan Yuga dengan baik hingga setelahnya dia bisa melenggang bebas ke ruang tengah seperti rencananya semula.

“Bukan. Ada masalah pribadi yang harus saya urus. Jadi kalau ada yang datang cari saya, kamu bisa menghandlenya untun sementara waktu kan?”

“Baik, Pak.”

“Bagus. Pokoknya urusan kantor saya serahkan sementara waktu sama kamu, ya. Kalau ada apa-apa, jangan lupa buat langsung hubungi saya.”

Setelahnya, tanpa merasa perlu menunggu sahutan dari sekretarisnya di seberang sana Yuga mematikan sambungan telepon. Seketika, sikap penuh wibawa yang tadi pria itu tunjukkan langsung musnah entah ke mana. Yuga kembali ke mode semula. Harap-harap cemas menanti kedatangan Rei.

Maju Duda Mundur Jejaka (MYG//JK)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang