65. anak siapa?

119 11 1
                                    

Kuki dalam perjalanan pulang langkahnya terhenti ketika dia melihat sang ayah berdiri tepat di depan pintu apartemennya. Tentu saja dia merasa heran mengapa tiba-tiba sang ayah ada di sana.

"Papa?"

Sapaan dari putranya membuat Tara menoleh. "Kamu ganti password apartemen kamu ya?" tara bertanya. karena sejak tadi dia di sana, berusaha membuka pintu apartemen dan tak terbuka.

Kuki berjalan cepat mendekat, kemudian dia membukakan pintu bagi sang ayah. "Aku tuh nggak pernah ganti passwordnya. Mungkin papa lupa? Memangnya masukin kode berapa?"

"Delapan, nol, enam, sembilan, enam, sembilan." Tara menjawab pertanyaan putranya sambil mengikuti langkah Kinan masuk ke dalam.

"Iya pantes papa nggak bisa masuk titik harusnya 996 bukan 969."

Tara malah nyengir setelah mendengar apa yang dikatakan oleh Kuki. "Ya ampun, ternyata papa beneran udah tua ya? Password apartemen kamu aja udah bisa lupa kayak gini."

Kuki tersenyum sambil gelengkan kepala mendengar apa yang dikatakan oleh Tara. Pria itu kemudian berjalan menuju ruang tengah dan duduk di sana. Sementara Kuki menuju dapur untuk mengambilkan sebotol air mineral bagi sang ayah.  Karena memang sang ayah tidak minum apapun selain air putih.

Setelah mengambil sebotol air mineral dia kembali dan duduk di samping Tara.  "Ini diminum dulu pah."

"Terima kasih." Tara merasa haus Setelah menunggu beberapa menit,  dia meneguk air putih yang diberikan oleh Kuki.

"Tumben banget papa ke sini ada apa?"

"Papa penasaran sebenarnya Gimana hubungan kamu sama Rei?" Tara bertanya Jujur saja ia penasaran apalagi saat terakhir kali bertemu mereka berdua terlihat sangat akrab.

"Iya kayak gitu aja Pak, kita berdua emang temenan."

"Temenan aja, atau teman Tapi mesra?"

"Ah papa, temenan aja. Karena dia  juga udah punya pacar." Kuki menjawab pertanyaan sang ayah.

Dari sana Tara bisa melihat kalau putranya itu merasa kecewa dengan hubungannya dengan Rei. Bisa terbaca dengan jelas oleh Tara karena perubahan raut wajah Kuki yang tiba-tiba.

"Mungkin kamu kurang ngegas buat dapetin dia."

"Nggak gitu lah Pa. Mungkin emang kita berdua belum jodoh aja."

***

Yuga mengantarkan Rei tepat di depan pintu rumah. Rasanya jadi sangat berbeda, biasanya mobil itu terhenti tepat di depan sebuah rumah sederhana dengan taman kecil yang cantik. Kini mobil milik pria itu berdiri di depan sebuah rumah mewah dan megah.

Sejak dalam perjalanan tadi Rei tidak banyak bicara. Dan juga Yuga tidak mencoba bertanya apapun. Dia tahu kalau kekasihnya itu Tengah merasa kecewa. Bukan bermaksud untuk mengabaikan, akan tetapi kadang memang butuh waktu untuk sendiri kala pikiran sedang kalut.

"Mine, kalau besok aku jemput kamu ajak anak-anak boleh?"

'Boleh banget Mas. Aku kangen banget sama mereka." jawab Rei. Tentu saja dia merasa senang karena bertemu dengan Chelo dan juga Cherry.

"Oke deh, kalau besok aku akan jemput kamu ngajak anak-anak ya? Habis itu kita makan malam bareng berempat."

Rei menganggukkan kepalanya dengan antusias. "Iya, boleh banget Mas. Aku tunggu besok."

Yuga kemudian membantu melepaskan sabuk pengaman, tak lupa memberikan kecupan di pipi kekasihnya. Pria itu lalu berjalan keluar dan membukakan pintu.

Rei berjalan keluar dari mobil. "Makasih Mas."

"Sama-sama Mine."

Yuga segera pulang setelah mengantarkan Rei. Perjalanan malam itu tak berlangsung lama karena keadaan jalan yang lengang. Sampai di rumah segera saja dia memarkirkan mobil dan berjalan masuk dengan cepat ke dalam.

Yuga melewati ruang tengah di mana Eri saat ini sedang menonton televisi. Wanita itu menoleh melihat kedatangan sahabatnya.

"Kamu mau makan atau minum sesuatu?" Eri mencoba bertanya pada Yuga yang berjalan menuju dapur.

"Enggak, aku bisa ambil minum sendiri aja. Anak-anak di mana?"

"Mereka lagi di kamarnya Cherry."

Yuga anggukan kepala, kemudian segera berjalan menuju dapur untuk mengambil minum. Setelahnya berjalan menuju kamar Cherry untuk menyapa kedua buah hatinya. Yuga membuka pintu kamar. Dia melihat Cherry dan Chelo yang sedang belajar. pria itu kemudian berjalan menghampiri.

"Tugasnya Udah selesai atau belum?"

"Kalau aku udah selesai Papi." Chelo menjawab pertanyaan sambil menunjukkan buku gambar yang berisi tugasnya hari ini, yaitu mewarnai kumbang.

"Aku tinggal dikit lagi papi. Ada beberapa yang belum Aku ngerti biasanya diajarin sama Mami." Cherry mengeluh karena biasanya dia bisa bertanya pada Rei, ketika tidak mengetahui cara mengerjakan soal.

"Kalau gitu, besok sore kita jemput mami ke kantornya. Karena hari ini kan nggak jadi, papi lagi ada beberapa urusan yang harus diselesaikan."

Chelo dan juga Cherry menatap sang ayah dengan antusias. Mereka benar-benar senang karena akan diajak bertemu dengan Rei.

"Beneran kan ti? Kita ketemu sama mamiri?" Chelo bertanya kepada sang ayah mencoba memastikan agar dia tidak kecewa lagi kali ini.

"Serius dong. Ya udah kalau gitu kalian lanjut dulu belajarnya Papi mau ganti baju."

Yuga kemudian berjalan keluar kamar dan ia segera berganti pakaian dan membersihkan diri. Setelahnya Dia segera berjalan menuju ruang tengah untuk menemui Eri.

Sampai di ruang tengah ia duduk di samping Eri. Tak ada pembicaraan dalam beberapa saat sampai Yuga buka suara.

"hari ini semua oke kan?"

Eri menganggukkan kepalanya. "Oke kok. Aku baru dengar dari Ani kalau Rei itu ternyata punya perusahaan?"

"Iya, ternyata neneknya orang cukup berpengaruh di dunia bisnis dan politik," jawab Yuga. "Sebenarnya jadi minder sih. Apalagi dia Smart banget ternyata. Dari awal emang udah kelihatan kalau dia itu pintar. Dan yah, aku tertarik karena itu ."

Setiap manusia memang memiliki kekurangan dan kelebihan. Rei mungkin memiliki kekurangan, dengan tubuhnya yang gemuk. Tetapi Tuhan menganugerahkannya kecerdasan dan kepintaran.

"Hmm, kamu sayang beneran sama dia?" Eri bertanya lagi dia penasaran dengan perasaan Yuga.

"Kalau itu udah pasti. Awalnya aku pikir karena dia mirip kayak Mira. Tapi katanya nggak, Mereka benar-benar beda. Hanya kebiasaannya aja yang sama dan itu cuma sedikit."

Cara pria itu menceritakan perasaannya membuat Eri semakin yakin bahwa juga benar-benar menyayangi dan mencintai Rei. Ada sedikit perasaan cemburu, meskipun Tentu saja dia tak berhak untuk itu.

Yuga menatap Eri. "Aku mau nanya ke kamu soal anak itu."

"Silahkan."

"Suami kamu bilang, kalau dia mandul? Kenapa kamu bisa hamil? Jujur anak suami kamu atau anak aku?"

Maju Duda Mundur Jejaka (MYG//JK)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang