40. Yuga dan Eri

259 38 11
                                    

Rei melangkahkan kakinya ke luar rumah besar. Pikirannya berkecamuk, jika ia menolak akan ada lebih banyak lagi orang yang ia sayang dijadikan tumbal oleh Ayu. Helaan napas berat jadi tanda betapa perasannya jadi begitu berat setelah pembicaraan ini.

Pagar besar di rumah terbuka otomatis, membuat Rei jadi sedikit terkejut. Langkahnya terhenti, lalu memutuskan untuk melangkah lagi, dan terhenti lagi saat melihat Kuki menunggunya. Oris itu menunggu seraya berdiri dnegan bersandar pada mobil hitam sport miliknya. Terlihat tampan, gagah, dan sama sekali bukan tipe pria yang pongah.

Dengan senyum manis layaknya kelinci, Kuki lambaikan tangan. Rei kemudian berjalan mendekat, terkejut juga. Kenapa Kuki ada di sini? Begitu pikirnya.

"Kamu di sini Kinan?" tanya Rei ketika jarak mereka sudhs dekat.

Yang ditanya anggukan kepala. "iya, aku tau dari Vhi. Dia bilang kamu ada di rumah besar ketemu nenek Ayu."

Rei tersenyum getir, pertemuan ini sama sekali tak menguntungkan baginya. "Ya gitu."

"Masuk mobil dulu, udah mendung." Kuki meminta Rei unthk masuk ke dalam mobil karena cuaca yang tak mendukung. Ia tau ada sesuatu dan berniat menanyakan itu nanti.

Kuki membukakan pintu, membiarkan Rei masuk ke dalam sana. Memperlakukan dengan manis, tak lupa menghalangi atas pintu masuk agar tak melukai kepala Rei.

"Terima kasih Kinan." Rei ucapkan lalu Kuki anggukan kepala dan menutup pintu.

Setelahnya, pria itu masuk ke dalam mobilnya. Segera mengendarai dan meninggalkan rumah nenek Ayu. Dalam oerjalaan sesekali pria itu melirik ke arah Rei.

"Kamu oke?"

Rei menoleh dan menggelengkan kepalanya dengan ragu. Dan tentu saja setiap pertemuannya dengan Ayu tak pernah menghasilkan sesuatu yang baik untuknya.

"Aku bisa jadi teman kamu, kalau mungkin kamu mau cerita?" Kuki menawarkan diri siapa tahu dengan cara seperti ini mereka berdua bisa jadi lebih dekat.

Gadis itu helan nafasnya dan menimbang apakah ia harus memberitahu Kuki tentang masalah ini. Karena sepertinya memang ini masalah yang tidak bisa untuk dipecahkan. Selain ia harus tunduk dan patuh dengan keinginan Ayu.

"Nenek mau aku megang perusahaan. Karena dia bilang Vhi nggak bisa diharapkan. Padahal menurut aku kalau dia mau belajar pasti bisa." Rei pada akhirnya memberitahu mengenai apa yang terjadi padanya.

Kuki anggukan kepalanya dan ia merasa memang sepertinya Nenek Ayu melakukan itu semua dengan perhitungan. Tak mungkin dia meminta seseorang untuk memegang perusahaan, tanpa memperhitungkan kemampuannya.

"Berarti kamu memang pantas untuk itu." Kuki katakan.

"Sayangnya menurut aku itu malah jadi beban. Maksudnya gini loh, aku memang banyak banget ikut workshop bisnis, ekonomi dan marketing tapi tetap aja sepertinya ini bukan tempat aku." Yang ayah takutkan adalah Nenek Ayu akan melakukan hal-hal lain selain itu.

"Aku yakin kamu pasti bisa kok. Kalau ada sesuatu Kamu kan bisa tanya ke aku. Lagian aku cukup mengerti tentang perusahaan kamu. Karena ada beberapa bisnis antara perusahaan papaku dengan perusahaan nenek Ayu. Jangan terlalu cemas dan jalanin aja. Aku nggak mau kamu terlalu stres mikirin masalah kayak gini. Hmm?" Kuki mengatakan itu ya berharap kalau Rei tak terlalu memikirkan masalah ini. Karena ia juga bersedia membantu apapun yang dibutuhkan untuk Rei dalam masa permulaan nanti.

Rei anggukan kepala. Sebenarnya mendengar kalau Kinan akan membantunya, itu membuat perasaannya menjadi jauh lebih baik.

"Hari ini kamu mau ke mana? Ke edelweiss?"

Gadis itu menggelengkan kepalanya. "Hari ini aku mau ke rumahnya Pak Yuga. Aku kan masih kerja di sana untuk jagain anak-anaknya."

Kuki mengerti dan ia segera mengarahkan mobilnya menuju rumah pria pucat itu. Sebenarnya setelah kejadian penjemputan di puncak kemarin, rasanya jadi sedikit khawatir saat Rei berada di sana terlalu lama. Apalagi setelah pengakuan Yuga bahwa ia adalah kekasih Rei. Rasanya tak mungkin seorang pria mengaku seperti itu jika ia tak memiliki perasaan lebih.

"Kalau kamu udah pimpin perusahaan kamu nggak perlu datang ke sana kan?" Kuki bertanya mencoba memberitahu dan semoga mendapatkan jawaban yang memuaskan.

"Aku juga nggak tahu. Tapi aku kasihan kalau nggak jagain anak-anak. Apalagi Chelo, dia agak pemilih kalau dekat sama orang. Dan udah beberapa babysitter sebelumnya terpaksa keluar." Rei menjawab.

Kuki mengerti, gadis yang duduk di sampingnya kini benar-benar gadis yang penyayang. Tapi tetap saja, seharusnya Rei tak perlu melanjutkan pekerjaannya di rumah itu.

Perjalanan berlangsung sekitar 15 menit sampai akhirnya mereka tiba di rumah Yuga. Di parkiran depan Rei bisa melihat mobil milik Eri yang terparkir di sana.  Kuki mengantarkan Rei sampai depan pintu masuk.

"Kamu mau aku jemput nggak sore ini?" Kuki bertanya.

"Maaf Kinan. Kayaknya sore nanti aku pulang sama Jimmy. Karena udah lama aku nggak ketemu sama dia. Belakangan aku terlalu sibuk di sini soalnya Cherry harus ulangan dan aku pulang sampai malam."

"Oke kalau gitu. Aku oulang ya. seandainya kamu berubah pikiran kabarin aku ya?" Kuki lalu melangkahkan kakinya meninggalkan Rei sendiri yang kemudian berjalan masuk ke dalam rumah.

Seperti biasa tujuan pertamanya adalah dapur. Karena ia meletakkan tas miliknya di kamar milik Ani yang berada tak jauh dari dapur. Saat di dapur ia melihat Yuga yang sedang sibuk memasak tumisan sayur sementara Eri di sampingnya. Berdiri bersandar pada tubuh pria itu, tangan wanita itu mengusap punggung Yuga yang kemudian Yuga bergerak mencium bibir Eri secepat kilat. Dari kejauhan Rei melihat itu bahkan ketika ia berada di lorong masuk kini bisa dengar Eri yang tertawa genit.

"Permisi," sapa Rei.

Yuga terkesiap, ia segera jauhkan tubuhnya dari Eri. Hal itu jelas membuat Eri terkejut, apalah tatapan Yuga berubah menjadi cemas. Sementara itu Rei memilih untuk tak peduli, karena memang dari awal ia tak memiliki perasaan apapun kepada pria itu.

Ia melangkahkan kakinya masuk ke kamar Ani. Sepertinya hari ini gadis itu mengantarkan si bungsu ke sekolah. Rei meletakan tas miliknya. Lalu terkejut saat melihat Yuga di sana. Yuga menutup pintu dan menguncinya.

"Pak Yuga ngapain di sini? Saya mau ke luar."

"Kamu jangan salah paham dengan apa yang kamu lihat tadi." Yuga berkata ia tak mau Rei salah paham atas kelakuannya mesranya tadi.

Padahal jelas sekali dengan apa yang ia dan Eri lakukan tadi tentu saja orang yang melihatnya akan menjadi salah paham. Beruntung Rei tak memiliki perasaan apapun saat ini.

"Kalau saya sih lebih nggak peduli ya. Bapak mau ngapain aja itu kan bukan urusan saya." Rei kayakan itu. "Permisi."

"Rei!" panggil Yuga.

"Pak, mau bapak apa sih?!" Kesal Rei.

"Kamu."

Maju Duda Mundur Jejaka (MYG//JK)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang