30. Perhatian Rei

250 36 4
                                    

Beberapa hari ini Rei sering mengirimkan pesan kepada Yuga. Semua ia lakukan seperti apa yang diminta oleh pria itu, untuk mengingatkannya jika terlalu sibuk dengan pekerjaan dan tak memiliki waktu terhadap dua anaknya. Yuga cukup merasa senang dengan perhatian yang diberikan oleh gadis itu.

Biasanya Rei akan mengirimkan pesan dengan kata-kata yang menurut Yuga cukup sopan. 'Pak, Jangan lupa pulang cepat, adik Chelo dan Cherry kangen ayahnya.' seperti hari ini ia juga menerima pesan dari Rei. Belakangan sangat sibuk karena sedang mengadakan program dan mencari ambassador baru untuk taman bermain.

Yuga duduk di kursi seraya Menatap layar ponsel sambil tersenyum. Ia lalu merapikan tasnya, waktu memang masih menunjukkan pukul dua siang, hari ini Rei memberitahu kalau kondisi putra bungsunya sedikit demam. Jadi ia memutuskan untuk pulang saat ini juga setelah rapat selesai sekitar 1 jam yang lalu.

"Hari ini saya pulang cepat ya, anak saya lagi demam. Untuk urusan rapat hari ini udah finish." Yuga mengatakan itu kepada Dina sekretarisnya.

Sang sekretaris menganggukkan kepalanya mengerti sekali kalau juga sudah memutuskan berarti benar-benar sudah final dan tak akan ada revisi lagi. "Baik Pak, kalau begitu, untuk detail rapat hari ini akan segera saya buat laporannya."

Yuga menganggukkan kepalanya lalu melangkahkan kakinya Ke luar kantor segera menuju mobil yang telah menunggunya di depan pintu masuk. Setelah masuk ke dalam mobil pria itu segera meminta sang sopir untuk mengantarkan pulang.

Sementara itu di rumah kini Rei tengah memangku Chelo, sambil belajar bersama Cherry. Sejak tiba tadi si bungsu tak lepas dari Rei karena tubuhnya yang sedikit demam. Anak itu manja sekali kepada Rei terus memanggil Mami dan mengejar kesana kemari.

"Untuk materi ini kamu jangan ngikutin rumus dari guru. Nanti jadi bingung, ikutin jarak, waktu, kecepatan fokus di rumus yang Mbak bikin kemarin. Lihat soalnya, oke?" Rei menjelaskan itu kepada Cherry seraya tangannya yang lain memegang kening Chelo yang kini memutuskan untuk merebahkan tubuhnya di pangkuan Rei.

"Iya sih aku agak bingung soalnya nama rumus yang dikasih sama guru itu beda sama yang Mbak kasih kemarin." Cherry berjaya lagi.

"Tapi kalau pakai rumus yang aku kasih kamu bisa kan?" Rei bertanya lagi, seraya merapikan rambut panjang Cherry. Dengan penuh perhatian ia mengikat rambut Cherry karena rambut anak itu cukup panjang dan mengganggu saat belajar karena menutupi bagian mata.

"Aku bisa kalau pakai rumus yang dikasih kemarin. Makanya tadi agak bingung karena namanya semua jadi berubah." Cherry katakan itu lagi.

"Ikutin yang aku kasih aja. Sebenarnya caranya sama sih. Cuma namanya diganti jadi kamu sedikit ribet."

Saat mereka tengah saling mengobrol dan berdiskusi satu sama lain tanpa diketahui keduanya kalau saat ini Yuga menatap dari lorong menuju ruang tengah. Pria itu bisa melihat dan mendengar interaksi di antara Rei dan juga Cherry. Tanpa disadari pria itu tersenyum melihat putrinya yang begitu antusias saat belajar. Dan juga si sulung tak perlu terlalu lama berada di sekolah dan mengikuti kegiatan. Cherry belakangan lebih suka pulang cepat dan belajar di rumah bersama dengan Rei.

Rei merasa ada yang mengawasi ia menoleh dan melihat Yuga di sana. Ia lalu mencolek bahu ceri meminta anak itu untuk menoleh ke belakang menatap sang ayah. Cherry menoleh, disuruh segera bangkit dari duduknya lalu berjalan cepat menghampiri Yuga dan memeluknya.

"Papi," sapa Cherry.

"Kamu lagi belajar apa?" Yuga bertanya. Sementara tatapan pria itu menatap ke arah Rei yang sedang menatap ke arah Chelo seraya membelai lembut cello.

"Aku lagi belajar matematika sama Mbak Rei. Adek agak demam Pi. Tapi tadi untung masih mau makan disuapin sama Mbak Rei terus minum obat demam."

Yuga kemudian menganggukan kepalanya dan berjalan menghampiri Rei. Yuga lalu duduk dan memegang kening putra kesayangannya. Chelo memang cukup sering demam tanpa sebab . padahal untuk makanan dan juga kesehatannya sangat diperhatikan oleh sang Papi.

"Tadi sempat nggak mau tidur pak, tapi sekarang udah mau tidur."

Yuga menganggukkan kepalanya kemudian ia berniat untuk menggendong Chelo, Tapi anak itu malah terbangun kemudian Rei segera mengambil alih. Ia menggendong Chelo tanpa perlawanan lalu berjalan diikuti oleh yuga menuju kamar.

Rei duduk di samping Chelo, ia tak bisa beranjak karena tangan anak itu memegangi ujung pakaiannya. Yuga lalu duduk tempati samping Rei mereka berhadap-hadapan. Rei menatap Yuga yang terus saja menatap si bungsu karena merasa bersalah akibat terlalu sibuk.

"Belakangan ini saya Memang agak sibuk. Ada wahana baru dan juga event dari edelweis kamu tahu sendiri kan Gimana sibuknya Kalau kita mau ada event baru." Yuga mencoba menjelaskan ia sama sekali tak bermaksud untuk memberikan alasan palsu.

"Saya tahu kok pak. Bapak nggak perlu khawatir saya tetap akan jagain Chelo dengan baik." Rei menjawab.

"Saya percaya banget Kalau kamu bisa jaga anak saya dengan baik." Yuga menjawab.

"Kalau emang besok aja masih sakit biar saya masuk Pak."

"Kamu liburan aja. Emang kamu nggak capek jagain anak-anak? Lagian besok saya bisa minta tolong teman saya untuk datang kemari." Yuga menjawab lagi.

Rei menganggukkan kepalanya lalu ia menatap ke arah Yuga. Keduanya saling tatap sekilas selalu pria itu mengalihkan tatapannya dan menatap ke arah Chelo.

"Bapak harus istirahat. Bapak kelihatan capek banget loh. Bapak mau saya bikinin air jahe biar enakan badannya?" Rei bertanya.

Yuga menganggukan kepalanya setuju. Di sini juga sering sekali membuat air jahe untuknya. Karena menurut Mira air jahe itu bagus sekali untuk tubuh apalagi di musim hujan seperti saat ini. Rasanya ini adalah pertama kalinya lagi yoga meminum air rebusan jahe setelah sang istri tiada.

Rei segera melangkahkan kakinya ke dapur. Meskipun ia tak pintar memasak tetapi cukup jago membuat air jahe karena dulu sang kakek sering minta dibuatkan. Ia membuat yang tak terlalu manis, menilai dari sikap Yuga yang diam dan dingin biasanya orang seperti itu tak terlalu suka manis. Setelah selesai hari baru saja ingin mengantarkan air jahe itu ke kamar sebelum ia melihat Yuga berjalan menghampirinya.

"Loh, saya baru aja mau ke kamar Pak?" Rei cukup terkejut melihat Yuga saat ini berada di hadapannya.

'iya, tapi kayaknya saya lebih mau minum di sini." Yuga lalu duduk di kursi makan, Rei selalu mengantarkan secangkir air jahe. Lalu meletakkan tepat di depan Yuga.

"Ini silakan Bapak minum."

"Ini kan masih panas Rei?"

Rei terkekeh, lalu duduk di kursi yang berhadapan dengan pria itu. Yuga menatap pada cangkir yang berada di hadapannya.

"Kenapa kamu memilih cangkir ini?" Yuga bertanya.

"Nggak tahu Pak, memangnya salah ya pak? Kalau salah biar saya ganti," kata Rei lalu hendak memegang cangkir namun belum sempat ia menggenggam pegangan pada cangkir itu Yuga menahan tangan Rei.

"Nggak salah kok. Terima kasih banyak udah perhatian sama saya."

"Sama-sama Pak, tapi maaf tangan saya Pak." Rei berkata karena Yuga menggenggam tangannya dan belum juga ia lepaskan.

Dengan canggung dan cepat Yuga segera melepaskan genggaman tangannya. " Maaf," ucap pria itu.

"Saya cuman kaget aja kenapa kamu milih cangkir ini. Karena sebenarnya letak cangkir ini agak sedikit ke belakang. Ini cangkir mendiang istri saya." Yuga berkata kemudian berpikir apa mungkin inilah alasan kenapa putra bungsunya selalu mengira Rei adalah sang mami?

Keduanya jelas berbeda hanya saja yang sama Mereka memiliki perhatian yang hangat dan tulus. Yoga bisa dengan jelas merasakan itu maka ia bisa sedikit lemah nyaman berinteraksi dengan Rei padahal mereka belum lama saling mengenal

Setelah rei menjaga Chelo beberapa saat dan meyakini kalau anak itu bisa ditinggal pergi, Rei memutuskan untuk segera pulang. Rei pulang dengan mobil online karena saat ini Kinan tengah berada di Bandung untuk melakukan pertemuan pekerjaan. Sementara ia tak mungkin meminta Yuga untuk mengantarnya. Yuga harus menjaga putra bungsunya karena saat ini masih demam.

Rei sedikit terkejut karena menatap sebuah mobil berhenti tepat di depan pagar rumahnya.

Maju Duda Mundur Jejaka (MYG//JK)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang