49. boleh enggak?

260 28 2
                                    

    Yuga sepertinya benar-benar serius saat mengatakan jika hari ini bolos kerja. Rei tak ada masalah dengan hal itu sebenarnya, toh mau Yuga masuk kerja atau tidak bukan urusannya. Tapi yang jadi masalah buat Rei adalah sikap Yuga yang sejak tadi terus saja mengikuti ke mana pun dia melangkahkan kali di rumah pria itu. Seolah tak ada kegiatan yang lebih penting yang bisa Yuga lakukan selain membuntutinya.

“Bapak ngapain sih dari tadi ngikutin saya terus?” tegur Rei tak tahan. Dia yang baru saja hendak masuk ke kamar Chello untuk membangunkan anak itu, menghentikan langkah dan berbalik sambil  berkacak pinggang. Menatap Yuga penuh permusuhan.

“Siapa yang ngikutin kamu? Saya juga mau bangunin Chello, Mine?”

Rei mengerang pelan. Memang tidak salah. Hanya saja Rei jadi risih.

“Ya udah kalau begitu Bapak aja yang bangunin Chello dan mandiin dia. Mumpung Bapak libur juga kan? Biar saya melakukan pekerjaan lain,” kata Rei lagi, kesal.

“Mana bisa gitu,” Langkah Rei yang hendak pergi dari sana tertahan saat gadis itu merasa lengan kirinya ditahan oleh Yuga. “Masuk sana. Lakukan tugas kamu. Anggap saja saya enggak ada, kalau memang keberadaan saya buat kamu keganggu Mine, gampang kan?

Rei jelas jengah. Sangat terganggu dengan keberadaan Yuga yang sejak tadi terus berada di sekitarnya seperti bayangan. Namun mengingat ini adalah rumah pria itu, tak peduli seberapa jengkelnya Rei karena sikap Yuga pagi ini, dia tidak punya hak untuk menendang bosnya itu agar pergi dari pandangannya.

Namun apa mau dikata, sampai Rei selesai memandikan Chello, menyuapi bocah itu sarapan dan sekarang menemani si bungsu mewarnai di ruang tengah, Yuga masih terus mengekorinya.
Lewat ujung mata, Rei nyaris menyangka Yuga tengah kesurupan karena melihat pria itu yang sedari tadi tidak berhenti senyum-senyum tidak jelas saat melihatnya menemani Chello mewarnai di ruang keluarga. Padahal apa yang lucu dari kegiatan itu! Ya Tuhan...

“Pak, mending Bapak masuk kerja deh. Saya beneran takut Bapak kesurupan senyum-senyum sendiri terus dari tadi,” kata Rei lagi mulai ketakutan dengan sikap aneh atasannya.

“Takut saya kesurupan atau kamu takut semakin terpesona sama saya?”

Rei memutar kedua matanya malas. Sulit memang jika harus berurusan dengan orang tampan yang sadar betul dengan ketampanan yang dia miliki.

“Lagi pula Chello juga suka hari ini saya di rumah sama kamu.” Elak Yuga kemudian. “Iya kan, Sayang?”

Chello yang masih lugu, tentu saja langsung mengangguk setuju dengan apa yang Yuga katakan. Bocah itu mengangguk dengan entengnya tanpa mau repot-repot mengalihkan pandangan dari buku mewarnai yang ada di hadapannya.

Melihatnya, Rei mendesah pelan. Lihat, kini Yuga bahkan mulai menjadikan Chello sebagai sekutunya untuk membuat dia tak berkutik. Gadis itu pun pada akhirnya hanya bisa menelan rasa jengkelnya pada sikap Yuga pagi ini. Berusaha fokus pada Chello dan tak lagi melirik ke arah Yuga yang secara terang-terangan kadang mengerlingkan mata ke arahnya saat tatapan mereka tanpa sengaja bertemu.

“Chello.” panggil Yuga setelah beberapa saat keheningan menyelimuti ruangan itu.

Si pemilik nama yang merasa namanya dipanggil pun, mendongakkan wajah. Menoleh ke arah papinya. “Iya, Pi?”

Rei mendadak gelisah. Dalam benaknya, Rei sibuk menebak-nebak apalagi yang akan dilakukan oleh Yuga. Bukan tanpa alasan Rei bisa berpikir demikian. Ini sudah yang ke sekian kali Yuga melakukan pola yang sama. Bagaimana Rei bisa berpikir positif?

Untuk menyamarkan kegelisahannya, Rei memilih tak ikut menoleh ke arah Yuga dan malah sibuk mewarnai buku Chello seolah benda itu lebih menarik daripada wajah atasannya. Tentu saja, dengan memasang telinga lebar-lebar.

Maju Duda Mundur Jejaka (MYG//JK)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang