56. dua kabar buruk

134 14 1
                                    

Dua kali dalam sehari mendapat kabar buruk secara berturut-turut, Rei jelas merasa tidak baik-baik saja. Apalagi hal ini berkaitan dengan orang-orang terdekatnya. Jimmy dan Iva dipecat dari tempat keduanya bekerja tanpa alasan yang jelas. Sialnya tak berselang lama setelah pertemuan Rei kemarin dengan Nenek Ayu. Bukankah ini terlalu tidak masuk akal jika disebut sebagai kebetulan? Mau tidak mau Rei jadi kembali kepikiran dengan ancaman Nenek Ayu.

Namun karena gadis itu terlanjur berjanji pada Chello dan Cherry akan datang ke rumah untuk menemui mereka sambil membawa kue coklat seperti yang Rei janjikan. Rei memaksakan diri tetap pergi bekerja di rumah Yuga meski fokusnya entah ke mana.

“Kok rasanya beda, Mi? Enggak kayak yang dulu itu?”

Rei yang sejak tadi lebih banyak melamun, mengerjabkan mata perlahan mendengar protes Chello yang saat ini terlihat sedang merajuk. Si bungsu Yuga itu bahkan sampai meletakkan kue bekas gigitannya dengan sedikit sembarangan. Seolah tak memiliki keinginan untuk memakan kue itu lagi.

“Masa sih beda”  Sahut Rei pura-pura tak tahu. “Padahal kemarin belinya juga di sana loh.” Lanjut gadis itu sambil berusaha menutupi keterkejutannya. Agaknya Rei tak menyangka jika Chello akan begitu peka sampai menyadari jika kue yang saat ini dia bawa, berbeda dengan yang dulu.

“Buat Kak Cherry saja deh, aku enggak mau makan lagi.” Chelo agak sedikit tantrum karena sejak tadi juga banyak diacuhkan Rei.

“Aku juga enggak mau, udah kenyang.” Sahut Cherry  karena tak enak jika mengatakan tak suka. Ia tau Rei sudah bersusah payah untuk membelinya.

“Jadi enggak ada yang mau makan ini?” tanya Rei memastikan.

Melihat kedua bocah di sisi kanan dan kirinya itu dengan kompak menganggukkan kepala pelan, tanpa sadar Rei jadi menghela napas pelan. Mungkin harusnya dia mendengarkan saran Jimmy untuk membeli kue coklat di toko kue yang dimaksud oleh pria itu. Bukan malah membeli secara random di toko yang baru didatangi hanya karena hari ini Rei sudah sangat terlambat  mengingat dia berangkat dari rumah nyaris satu jam lebih lama dari biasanya.

“Ya sudah kalau memang enggak ada yang mau, kuenya biar buat Mami saja.” Rei berkata kemudian menyantapnya.

Chelo dan Cherry saling tatap.  Merasa tak enak.

“Mami marah?” Tanya Chelo.

Rei bergeming, pura-pura merajuk. Chello yang sudah menganggap gadis kesayangan papinya itu seperti maminya sendiri pun, berusaha membujuk dengan cara memeluk Rei dan memberikan kecupan di pipi secara bertubi-tubi sambil sesekali meminta maaf.

“Jangan marah dong, Mi. Nanti Chello sama Kak Cherry bakal makan kuenya sampai habis deh. Janji! Tapi Mami jangan marah,” bujuk Chelo.

“Tadi katanya enggak enak,”  kata Rei lagi meledek.

“Iya, memang. Tapi Chello lebih enggak suka kalau lihat Mami marah.”

Dalam hati, Rei tersenyum dengan perlakukan Chello yang sangat menggemaskan tersebut. Berhasil menghibur suasana hati Rei yang seharian ini mendung walau hanya sedikit. Namun Rei memilih untuk tak luluh semudah itu.
Alhasil sepanjang hari, Rei hanya mendengarkan Chello dan Cherry bercerita seharian tentang piknik keduanya dengan sang ayah sementara Rei hanya menimpali sesekali saat dibutuhkan.

Yuga sudah datang sejak tadi. Dari kejauhan ia memerhatikan Rei yang berada di ruang tengah bersama kedua anaknya. Lalu ketika Cherry ke luar untuk les dan Chelo tidur,  menghampiri Rei.

“Kamu kenapa Rei?” Yuga yang kebetulan hari itu bisa pulang lebih awal, agaknya menyadari sikap Rei yang sedikit berbeda dan jadi lebih pendiam dari hari biasanya pun bertanya.

Maju Duda Mundur Jejaka (MYG//JK)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang