39. Permintaan Nenek Ayu

206 33 6
                                    

Rei pagi-pagi sekali sudah bersiap untuk ke rumah nenek Ayu. Tentu saja ia tak bisa menolak permintaan itu. Atau betul kalau wanita senja itu akan melakukan sesuatu Jika ia tak menuruti keinginannya, dan Rei tak mau hal itu terjadi.

Kemarin ia sudah meminta kepada adik tirinya untuk menjemput. Pagi-pagi sekali Vhi, sudah datang untuk menjemput Dan kini ia tengah sarapan bersama Iva dan juga Jeno di ruang makan. Sebelum berangkat juga Rei berniat untuk mengirimkan pesan kepada Yuga.

Rei:
Maaf ya pak Mungkin saya akan datang terlambat.

Yuga:
Kenapa kamu datang terlambat?

Rei:
Saya ada urusan dulu sebentar.

Yuga:
Sama siapa? Laki-laki atau perempuan?

Tentu saja mendapatkan pesan seperti itu membuat Rei merasa heran. Kenapa juga atasannya  bertanya selengkap itu?

Rei:
Pokoknya saya mau ketemu sama orang.

Yuga:
Iya saya tanya, laki-laki atau perempuan?
Kenapa kamu susah banget sih cuma suruh jawab?

Rei:
Saya mau ketemu nenek saya.
Nenek tiri.

Yuga:
Di mana? Kamu mau saya jemput nanti?

Rei memilih untuk tak membalas pesan-pesan dari atasannya itu. Karena sepertinya jika dibalas akan semakin banyak pertanyaan yang diajukan. Setelah selesai memakai sepatu kets andalan, Rei segera melangkahkan kakinya keluar dari dalam kamar. Gadis itu berjalan menuju ruang makan untuk sarapan pagi.

Pagi ini seperti biasa, sarapan yang tersaji adalah nasi goreng andalan buatan Iva. Jujurnya sejak semalam perasaan gadis bertubuh gemuk itu tak karuan ketika ia memikirkan harus bertemu dengan sang nenek tiri.

"Lo coba tenang dulu Rei. Siapa tahu, Nenek Ayu pengen kalian baikan dan siapa tahu aja ini adalah jalan lain untuk kalian berdua supaya jadi dekat dan akrab." Iva jelas berusaha untuk berpikiran positif atas hal ini. Karena ini adalah pertama kalinya Ayu mengundang Rei untuk datang ke rumahnya.

Sementara itu Rei jelas tahu kalau ini pasti bukan hal yang menyenangkan untuknya nanti. Gadis itu tahu betapa Ayu sangat membencinya. Dan sangat aneh ketika tiba-tiba saja ia meminta Rei untuk datang ke rumah. Sama juga dengan Vhi, sejujurnya saat ini tengah merasa cemas dan menduga-duga alasan dibalik sang nenek yang ingin bertemu dengan Rei. meskipun salah satu alasannya ia tahu, kalau ini adalah berhubungan dengan perusahaan.

"Iya, tenang aja Gue bakal berusaha setenang mungkin." Rei menjawab.

Setelah sarapan, segera menuju rumah Nenek Ayu bersama dengan Vhi. Dalam perjalanan pun mereka sama-sama tak saling bicara, karena cemas satu sama lain. Selama kurang lebih 20 menit, di dalam mobil itu hanya hening hanya terdengar suara musik yang tengah diputar oleh Vhi. Sampai akhirnya mereka berdua tiba di sana.

Rei Jujur saja kagum dengan rumah besar. Selama ini ia tak pernah ke sana dan baru sekali ini menginjakkan kakinya Ke rumah itu.  Rumah itu begitu mewah, bukan hanya besar tetapi bisanya juga terlihat sangat elegan dan mahal.

Vhi berjalan menghampiri Rei, lalu menggandeng tangan gadis itu. Vhi tahu kalau saat ini Rei tengah merasa gugup dan sangat cemas.

"Pokoknya nanti santai aja. Kalau seandainya Nenek ngapa-ngapain, lo bisa teriak. Karena nenek minta kalian berdua ketemu di ruang kerja nanti." Vhi memberitahu Rei yang hanya menjawab dengan anggukan kepala.

Memasuki pelataran rumah, kemudian berjalan menuju lorong setelah pintu masuk, Rei sudah disambut oleh Toto yang berdiri menunggunya.

Pria itu sedikit menganggukkan kepalanya menyapa Rei yang kini berdiri tepat di hadapannya. "Mari silakan saya antar ke ruang kerja."

Rei sedikit melirik ke arah Vhi, Vhi juga melakukan hal yang sama pria itu lalu menganggukkan kepalanya. Rei kemudian berjalan meninggalkan Vhi yang menatapnya dari kejauhan, saat Rei berjalan ke ruang kerja.

Langkah Toto terhenti, saat ia berada di depan pintu ruang kerja. Pria itu lalu mengetuk pintu dan segera membukanya setelah mendapatkan perintah untuk masuk. Toto membuka pintu dan membiarkan Rei masuk sendirian. Gadis itu awalnya sedikit ragu, tapi akhirnya ia masuk ke dalam.

Ruang kerja itu seperti ruangan yang sering ia lihat di televisi. Di dalamnya didominasi oleh furniture berbahan kayu berwarna coklat gelap, kemudian lapisan dinding yang terlihat sangat elegan, berwarna krem dengan goresan hitam berbentuk daun. Di tengah terdapat sebuah meja kerja besar di sana terlihat Nenek Ayu yang kini tengah duduk tangannya mempersilahkan Rei duduk di kursi yang berseberangan dengan meja kerjanya.

"Silakan kamu bisa duduk di sana," kata wanita tua itu membuat Rei segera berjalan mendekat dan duduk di tempat yang diminta.

Ayu hari ini terlihat sangat ramah penuh dengan senyuman yang tentu saja menyimpan sejuta makna. Tak ada yang tahu apa yang ada di dalam pikiran wanita itu.

"Maaf, sebenarnya—"ucapan Rei terhenti karena ia bingung bagaimana harus menyebut Ayu.

"Kamu bisa panggil saya nenek atau eyang seperti Vhi." Ayu tahu kalau saat ini Rei tengah bingung menyebut panggilan untuknya.

"Nenek Ada urusan apa minta saya datang ke sini?" Rei bertanya.

Senyuman terulas di bibir wanita senja itu. Senang juga dengan Rei yang sangat to the point. Sama seperti dirinya yang tak suka basa-basi. "Saya senang, ternyata kamu sama seperti saya yang gak suka terlalu banyak basa-basi."

"Saya ke sini untuk minta kamu mengurus perusahaan, nanti. Untuk saat ini kamu bisa mempelajari semua. Sambil saya akan sesekali meminta pendapat dan keputusan dari kamu."

Status saja mendapat jawaban seperti ini membuat Rei jadi bingung sekali. Bagaimana bisa Ia mengurus perusahaan? Ia hanya lulusan SMA? Meskipun memiliki kemampuan di bidang bisnis itu bukan berdasarkan jalur pendidikan resmi. Semua ia dapatkan adalah hasil workshop yang ia ikuti selama bertahun-tahun ke belakang.

"Maaf?" Rey bertanya mencoba mendengarkan kembali jawaban yang diberikan oleh Ayu. Takut ia salah dengar.

"Kamu nggak salah dengar. Kamu yang akan memimpin perusahaan. Senang kan? Apa harus bersusah payah kamu akan menjadi seorang presiden direktur yang memegang banyak perusahaan di berbagai bidang." Ayu menjelaskan dengan sangat jelas tujuannya.

Jujur saja ini seperti sebuah lelucon bagi Rei. Selama ini Ayu bekerja keras membuatnya tak mendapatkan pendidikan yang layak. Bukankah tujuannya untuk itu agar ia tak bisa mendapatkan apapun dari kepemilikan sang kakek? Ayu begitu takut, Rei bisa mendapatkan pendidikan yang lebih tinggi, kemudian berusaha menggantikan posisi Vhi?

"Bagaimana kalau saya menolak? Selama ini saya udah nyaman sama kehidupan saya sendiri. Berpikir jadi presiden direktur saja nggak pernah terlintas di dalam pikiran saya. Dengan pikiran saya cuma ingin hidup tenang, dan normal. Bisa makan setiap hari itu sudah cukup." Rei berkata, dalam hidupnya saat ini ia benar-benar tak ingin macam-macam.

Ayu tersenyum kepada Rei. "Selama ini kamu udah tahu kan, Bagaimana saya mendapatkan semua keinginan saya? Saya ini ngasih kamu kemudahan dan kekayaan. Mau menolak itu aja?"

"Memangnya saya akan bahagia kalau saya menerima keinginan nenek untuk membuat saya jadi pewaris? Apakah selama bertahun-tahun memegang perusahaan membuat ini jadi bahagia? Selama ini untuk saya semuanya sudah cukup.  Yang terpenting adalah, saya masih bisa merasakan bahagia dan tertawa sama orang-orang yang saya sayang."

Jujur saja mendapat pertanyaan dari Rei seperti itu membuat Ayu merasa tersinggung. Bisa-bisanya Rei bertanya mengenai kebahagiaan. Bagaimana bisa Ayu merasakan bahagia sementara hidupnya selalu saja diliputi oleh kebencian dan dendam, juga ambisinya terhadap perusahaan.

Wanita itu hanya tersenyum lagi ke arah Rei. "Saya tahu kamu tinggal sama, Iva? Saya juga tahu kalau dia menjalin hubungan sama Vhi? Dan kamu punya sahabat, siapa namanya? Jimmy?"

Rei telan saliva jelas ini adalah sebuah ancaman. Rei sudah tahu betul bagaimana Ayu bertindak. Membuatnya heran adalah, Ayu juga menyebut nama Vhi. Bagaimana bisa ia menjadikan cucunya sendiri sebagai sebuah ancaman seperti ini?

"Vhi itu cucu kandung nenek." Rei bertanya karena benar-benar merasa terkejut dengan perkataan Ayu tadi.

"Kalau begitu terima penawaran dari saya. Kamu tahu kan? Saya bisa melakukan apapun untuk hal yang saya inginkan. Hmm?"

Maju Duda Mundur Jejaka (MYG//JK)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang