75

102 11 0
                                    

Permintaan Yuga layaknya anak kecil yang harus dituruti. Rei mendekatkan wajahnya dan mengecup bibir Yuga perlahan, berharap juga kalau Yuga bisa melupakan kekesalannya yang tadi karena Eri.

Berdebar, tak bisa ditepis kalau perasaan Rei saat ini bergejolak apalagi saat Yuga dengan sengaja menahan tengkuknya, agar bisa menyesap lebih lama, lebih dalam. Kecupan yang berubah menjadi semakin dalam, kala bibir keduanya saling sesap seolah sari-sari madu begitu manis dan sayang jika tak dinikmati lamat-lamat.

Deru napas bisa terdengar dari telinga masing-masing. Yuga mengusap perlahan bagian punggun Rei, masih terlapis kain. Hanya aja desiran rasa tak bisa ditepis, bergejolak, menuntut, buat lupa diri. Gemelitik yang menjalari perut, perlahan naik ke dada.

Rei terengah, dadanya naik turun, stimulus yang diberikan Yuga luar biasa ia rasakan. pendingin di dalam mobil rasanya tak akan bisa meredakan gelora hasrat keduanya. Apalagi saat Yuga beranjak menuju ceruk, meninggalkan tanda kemerahan. Sementara tangan Yuga mengusap lembut, sengaja ia lakukan itu, Menuntut hal yang lebih jauh lagi, ingin tuntaskan hasrat diri.

"Mas udah," kata Rei coba menahan. Ia tak ingin melakukan hal lebih. Sejak dulu ia sudah berjanji pada diri sendiri tak akan menyerahkan kesuciannya pada pria manapu, kecuali seseorang yang akan menjadi suaminya nanti.

Terdengar kolot memang, hanya saja dengan cara itu ia ingin menjadikan dirinya mahal -- sementara banyak gadis yang memilih memberikan segalanya untuk pia yang ia sukai.

"Mine, kamu cantik banget," puji Yuga saat kecupan diantara keduanya terlepas. Napas yuga terengah, desakan hasrat yang harus ia tahan.

rei menatap Yuga yang masih sama-sama terengah. "Tangan kamu Mas." Rei memperingatkan karena masih merasakan rabaan di belakang tubuhnya.

Yuga mengerti, ia juga akan berusaha menahan diri, ingin menghargai apa yang selama ini menjadi hal yang dipertahankan kekasihnya itu. "Kita antar kamu pulang ya?"

Keduanya kemudian melanjutkan perjalan mengantarkan Rei menuju rumah utaman. Tak lama untuk sampai di sana. Beruntung sepertinya Rei tak terlambat.

"Kamu mau ketemu sama siapa?" tanya Yuga ketika ia melihat sebuah mobil yang sepertinya familiar untuknya.

rei mengikuti arah tatap Yuga. ia melihat mobil sport navy yang biasa digunakan oleh Kinan. "Keluarga Pak Tara," jawab Rei.

Yuga melirik dengan tatapan cemburu. "Mau bahas apa?"

"Aku enggak tau Mas. Ki--" belum selesai Rei bicara, jendela mbil Rei diketuk.

Gadis itu menatap keluar jendela, ia melihat Toto berdiri di sana. Dengan ragu ia membuka jendela.

"Iya Pak Toto?"

Pria itu tersenyum. "Non sudah ditunggu ibu lho. Keluarga Tara juga sudah datang sejak tadi-- menunggu."

"Iya pak," kata Rei kemudian melepaskan sabuk pengamannya, dibantu Yuga.

"Pak Yuga kalau mau ikut makan malam kami juga bisa, tadi ibu sudah pesan kalau Pak Yuga, dan Non Rei datang."

Rei tau Rizal pasti mengabarkan ini pada Ayu. Ya, darimana lagi sang nenek tau mengenai Yuga dan dirinya jika bukan dari Rizal. rei menatap Yuga sebenarnya berharap kalau Yuga tak menerima tawaran itu. Ia takut kan ada perang dingin diantara Yuga dan Kinan.

"Saya boleh ikut?" tanya Yuga yang segera dijawab anggukan oleh Toto.

Dan akhirnya kini Yuga berada di meja makan. Pria itu menyetujui untuk makan malam bersama keluarga Rei. Ayu duduk di tengah, di sisi kanan ada Tuan Tara, sang istri- Ibu Kasih, Kinar dan juga Kinan. Sementara di sisi sebelah kiri ada Rei, Yuga dan Vhi.

"Pak Yuga sama Rei ini-" Tara bertanya di sela makan malam mereka.

"Berteman, Rei ini memang mudah bergaul." Ayu menyela pertanyaan Tara.

"Iya, saya ngerti Rei ini mudah sekali bergaul. Bahkan di rapat pertama kali dengan direksi juga kelihatan." Tara menambahkan.

"Iya, Rei ini bergaul dengan siapa saja." Ayu menambahkan lagi.

"Ne-" Rei tak melanjutkan ucapannya karena Yuga menahan tangan kekasihnya itu. Hal itu membuat Rei melirik ke arah Yuga.

Kuki menyaksikan itu semua. "Temen ya Rei" tanya Kuki mencoba meyakinkan.

"Kinan makannya, kapan-kapan bikin sesuatu dong sama Rei dan Pak Yuga." Ayu menimpali lagi.

Tara dan juga sang istri menganggukan kepalanya setuju sekali jika ada kerjasama bisnis yang menguntungkan untuk ketiganya. Sementara di sisi lain Rei merasa tak enak dengan kekasihnya itu.

Yuga juga memilih untuk tidak menyela ataupun menolak jawaban yang diberikan oleh Ayu. Meskipun ia cukup kesal dengan jawaban itu. Tapi, ia tau kalau harus mengambil hati Ayu untuk bisa mendapatkan Rei saat ini.

"Terus, Kinar sama Vhi mau kapan pertunangannya?" tanya Kasih, lembut. Wanita itu memang terkesan keibuan dan lembut sekali. Dia juga sangat terlihat menyayangi Kinar dan Kinan.

Vhi melirik ke arah Kinar. Jadi bingung sendiri bagaimana harus menghadapi pertanyaan ini. Dia tahu kalau tak bisa menikah dengan Kinar karena sudah akan menjadi seorang ayah. Vhi berdiri, diikuti oleh Kinar dan jelas itu membuat Vhi terkejut. Vhi bertanya 'ngapain' tanpa suara pada Kinan yang terlihat diam saja.

"Saya menolak perjodohan ini." Kinar mengatakan itu dan tentu saja itu membuat semua orang yang berada di meja makan sontak menatapnya.

Vhi merasa lega dengan apa yang dikatakan oleh Kinar, kemudian dia memilih duduk dan menatap gadis itu. "Kenapa?" tanya Vhi.

Kinar menatap Vhi dengan tatapan tanpa senyum, sejak dulu memang Kinar itu judes. Vhi sudah terbiasa dengan tatapan sinis Kinar. "Pertama, saya nggak mau punya suami apa kerjanya cuma sebagai YouTubers, dan bahkan nggak bisa bertanggung jawab sama perusahaan sendiri. Kedua, saya nggak mau menjalin hubungan sama seseorang yang nggak punya pattern dalam hidupnya. Untuk kuliahnya harus dipaksa, untuk menjadi pemilik perusahaan harus dipaksa. Selama ini saya kuliah, kerja sendiri, berusaha naikin value, bukan untuk nikah sama laki-laki seperti Vhi." Kinar menatap Ayu kemudian membungkukkan tubuhnya karena sadar betul kalau dia mungkin akan membuat Ayu tersinggung. "Maaf Bu Ayu, tapi saya udah coba bilang ke papa dan mama."

Sementara itu mendengar apa yang dikatakan oleh Kinar malah membuat Ayu tersenyum. Apalagi ketika melihat wajah cucunya yang merasa diremehkan. namun tentu saja di saat itu Vhi tidak bisa melawan, apa yang dikatakan Kinar sebagian besar adalah kenyataan.

Di sisi lain juga kedua orang tua Kinan dan Kinar merasa bersalah dengan apa yang dikatakan oleh putrinya. Jujur saja mereka sama sekali tidak tahu kalau Kinar akan mengatakan hal seperti itu.

"Saya menghargai ucapan kamu Kinar. Apa yang kamu bilang itu benar kok. Nenek sendiri juga susah untuk ngatur Vhi." Ayu berbicara seperti itu saya melirik ke arah cucu.

Vhi telan Saliva, dalam hati tak menyangka kalau selama ini bisa ikut menghinanya seperti ini. meskipun sadar diri kalau di sini ia emang masalahnya.

"Maaf Bu Ayu, saya dan istri sama sekali nggak meminta Kinar untuk bicara seperti itu." Tara merasa bersalah dengan apa yang dikatakan oleh sang putri.

"Nggak masalah Pak Tara. Kita masih bisa membicarakan hal yang lainnya nanti." Ayu kemudian tersenyum menutup pembicaraannya malam ini.

Maju Duda Mundur Jejaka (MYG//JK)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang