Tepat jam sembilan malam Bayu memanggil Ibam. Para santri yang semula berseliweran di selasar mulai terlihat jarang. Angin di luar bertiup kencang. Sesekali mengusili jendela kelas yang tak terkunci hingga terbanting pelan. Tiang besi bendera nahdatul ulama yang berdiri lurus membelah halaman sama luas pun sampai terusik, menimbulkan bunyi derik serupa pohon bambu di hutan.
Sementara itu, di dalam kelas Ulya---berlampu LED terang---Ibam duduk di salah satu meja paling depan. Memperhatikan Bayu yang sibuk menulis penjelasan tentang nahwu panjang lebar. White board yang semula putih bersih sudah hampir terisi penuh. Decitan dan ketukan mengiringi gerak tangan Bayu sepanjang kegiatan.
Ibam yang tak faham mulai terserang bosan. Tak sekali dua kali dia menguap diam-diam, melirik ke arah jendela. Suasana gelap dan senyap. Ibam mengembuskan napas dalam, melamun setelahnya, memikirkan kehangatan selimut juga bantal di kamar. Lalu, suara seng tersingkap angin mengembalikan sadar Ibam. Anak itu mengerjap, dan lekas meluruskan pandang. Bayu nampak tak terusik barang sedikit pun. Masih sibuk hapus-tulis kendati warna tintanya mulai pudar.
"Nahwu ... Shorof, isim, fa'il, I'rab?" Gumam Ibam, mengerutkan dahi. Pola melingkar, tabel berisi kosa kata arab beserta arti, anak panah menunjuk satu bagian dengan yang lain, dan berbagai istilah asing tersaji.
Bayu berbalik badan setelah selesai. Menatap Ibam menggunakan sorot mata yang tak bisa diartikan. Membuat Ibam kontan menegakan punggung dan melipat tangan di atas meja.
"Baik, malam ini kita akan mulai belajar ilmu nahwu shorof. Ilmu dasar untuk mempelajari bahasa Arab. Sejenis grammer dalam bahasa Inggris. Nahwu sendiri merupakan ilmu yang mempelajari struktur kalimat bahasa Arab. Fungsinya untuk mengidentifikasi hukum akhir dari suatu kata, apakah berharakat dhommah, fathah, atau kasrah. Sedangkan ilmu shorof adalah ilmu yang mempelajari perubahan suatu bentuk kata ke bentuk kata lain. Keduanya sepaket sebenarnya, tetapi agar mempermudah, saya akan fokus satu persatu." Bergeser badan, Bayu menunjuk white board menggunakan board meker. "Ada tiga jenis kata dalam bahasa Arab yang tercakup di ilmu nahwu dan shorof, yaitu isim, fi’il, dan harfun.
1. Isim (kata benda) merujuk pada kata benda, sifat, atau orang. Jika dilihat dari gender, isim dibagi menjadi dua macam, yakni isim mudzakkar dan isim muannats.
a. Isim mudzakkar adalah isim yang digunakan untuk gender laki-laki---diakhiri huruf bebas.
Contoh isim mudzakkar:
مُحَمَّدٌ (Muhammad)
(Umar) عُمَر
(Nuh) نُوح
b. isim muannats digunakan untuk perempuan---diakhiri ta marbuthoh.
Contoh isim muannats:
(Fatimah) فَاطِمَة
(Aisyah) عَائِشَة
(Aminah) اَمِيْنَة
Selain isim berdasarkan jenis kelamin, ada juga isim berdasarkan jumlahnya---dibagi menjadi tiga macam, yaitu isim mufrad, mutsanna, dan jamak.
a. Isim Mufrad, isim yang menunjukkan jumlah satu. Contoh : كِتَابٌ، قَلَمْ، طَالِبَةٌ، مُهَنْدِسٌ
b. Isim Mutsanna, isim yang menunjukkan jumlah dua. Cirinya ada tambahan ا dan ن diakhir katanya. Contoh :
• Jika كِتَابٌ diubah ke isim mutsanna menjadi كِتَابَانِ
KAMU SEDANG MEMBACA
Zenith (End)
SpiritualHarus masuk pesantren kalau mau dimaafkan! Ibam galau memikirkan syarat gila yang orangtuanya berikan. Dia yang biasa berantem dan berteriak di jalan, mana cocok memakai sarung dan peci? Belum lagi statusnya yang akan berubah menjadi santri. Parahny...