08. Pulang ke rumah✧

2.7K 238 6
                                    

Senang, tentu saja

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Senang, tentu saja. Satu kalimat yang mendeskripsikan bagaimana perasaan Fabio saat ini. Dulu, Yuni sering mampir hanya untuk menengok Fabio dan, memastikan dirinya sehat dan makan dengan teratur. Yuni sosok nenek yang perhatian terhadap cucunya, bukan hanya pada Fabio saja saja namun pada cucunya yang lain.

Fabio masih terisak kecil, sudah lama ia tidak merasakan ini, rasanya Fabio tidak mau melepaskan pelukannya.

"Udah-udah jangan nangis lagi sayang, nenek disini buat jemput Bio." Yuni menangkup wajah penuh air mata itu, menghapus dengan pelan sisa air mata dengan ibu jarinya.

"Nenek, Bio kangen. Nanti kita pulang 'kan?" Katanya kentara dengan jika yang aksara yang di keluar benar-benar terjadi.

"Iya, nenek kesini buat ajak Bio. Bio bakal pulang sama nenek, Bio nggak bakal tinggal disini lagi," tutur Yuni lembut, Fabio mengangguk kecil.

Fabio menatap kedua orang lain yang berada disana menyaksikan adegan dirinya dengan sang nenek, Fabio tersenyum manis setelahnya dengan wajah yang masih sembab. Satya mengangguk seolah mengatakan jika semuanya ini sudah saatnya Fabio pulang, meninggalkan tempat ini.

Gama juga sama, pemuda itu hanya bisa tersenyum. Baru kali ini ia melihat wajah penuh keceriaan di wajah itu, hatinya menghangat Fabio sudah mendapatkan salah satu keinginannya. Ada perasaan sedih, karena setelah ini Gama tidak akan lagi bertemu Fabio setiap harinya, ia lepas dari kewajibannya.

"Kamu perawat Fabio 'kan?" Perkataan Yuni barusan langsung diangguki Gama.

"Saya berterimakasih banyak selama ini yang sudah menjaga Fabio dengan baik," ujar Yuni mengelus pelan pundak Gama didepannya.

"Sama-sama nyonya, sudah tugas sama menjaga Fabio."

"Panggil nenek saja ya, itu lebih nyaman didengarnya."

Gama kira tadi Yuni adalah orang yang sombong dan angkuh karena kaya, tatapannya tadi saja tajam seperti ingin memakannya, tetapi ternyata wanita berusia hampir 60 tahun itu adalah orang yang ramah.

"Kak Gama," panggil Fabio.

"Bocah nakalnya kakak, gue ikut seneng Yo." Fabio terharu, entah apa yang ingin ia katakan, Gama terlalu baik untuknya, tidak tega jika ia pulang dan pergi. Tidak bisa dipungkiri jika hubungan Gama dengannya sudah layaknya saudara kandung, mereka sudah lengket seperti amplop surat dan perangko.

"Kak, makasih banyak. Setelah ini kita masih bisa ketemu 'kan?"

"Iya dong Bio, kalo soal itu nanti kakak bisa main ke sana. Lo harus nurut sama nenek Lo ya, jangan lupa minum obatnya teratur, inget pantangan apa aja yang nggak boleh dilakuin, jaga kesehatan selalu." Mata Fabio kembali berair, sudah tidak diragukan lagi soal ketulusan yang Gama lakukan.

"Eh udah jangan nangis lagi dong, nanti bisa-bisa gue di marah sama nenek Lo." Canda Gama yang langsung memeluk Fabio, anak itu langsung menumpahkan kembali air matanya dengan menyembunyikan wajah di dada Gama.

Batas Akhir [END]✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang