Pagi-pagi sekali Fabio sudah dibangunkan oleh Airin, mata anak itu menangkap sang ibu yang sudah rapi. Airin menyuruhnya untuk segera mandi dan memakai baju yang bagus, Fabio tidak banyak omong dan mengikuti perintah ibunya.
"Bunda kita mau kemana?" Tanya Fabio bingung, pasalnya bunda terlihat buru-buru dengan tangan yang menggandengnya erat. Tidak ada jawaban dari Airin, membuat Fabio ikut diam didalam taksi yang akan membawa mereka entah kemana.
Bunda nya terlihat berbeda semenjak pisah dengan Rio, sering marah-marah di rumah dan jarang menjawab pertanyaannya. Ayah juga pergi dengan kakaknya, Fabio bukan anak yang bodoh sehingga mengetahui keadaan keluarganya, tetapi dirinya memilih pura-pura tidak mengetahui apa yang terjadi.
"Bunda?" Cicitnya, semakin menggenggam erat tangan sang ibu. Tempat ini, Fabio tidak tahu dia dimana sekarang.
Fabio juga lihat, Airin sedang berbicara dengan beberapa orang disana, tetapi Fabio tidak boleh mendengarkan dan di suruh menunggu agak jauh dari mereka. Sampai mereka selesai berbicara, Airin kembali mendekati dirinya dan menggenggam tangan kecil Fabio.
"Fabio tau kan kalo bunda sayang Fabio?" Tanya Airin dan tentu saja langsung dibalas anggukan dari anak kecil didepannya.
"Fabio nggak mau 'kan kalo bunda nangis setiap hari?" Fabio langsung menggeleng, memang semenjak keduanya bercerai pun. Ibu nya sering menangis.
"Bio nggak suka liat bunda nangis.." jujur anak itu.
"Nah Bio tau itu 'kan, jadi bunda mohon sekarang Bio tinggal disini ya." Mendengar kata ' tinggal disini ' Fabio langsung menggeleng kasar. Apa maksudnya?
"Kenapa bunda? Bio nggak mau, mau sama bunda." Fabio ingin menghambur ke pelukan Airin, tetapi wanita itu menolaknya, Fabio terus menggelengkan kepalanya tanda tidak mau. Fabio hanya ingin bersama bunda, tidak mau disini.
"Bunda... Bio nggak mau hiks... Nggak mau... Bunda... Mau sama bunda...hiks..." Racaunya, memangnya anak kecil mana yang tidak menangis ketika akan ditinggalkan.
"Udah Bio! Nurut sama bunda!!." Nada tinggi Airin menciutkan nyali anak yang tengah menangis itu, Fabio memilih untuk berhenti dan menahan isakan yang keluar.
Fabio hanya bisa menggelengkan kepalanya seraya tangan yang mencoba untuk menggapai tubuh Airin, tetapi semua itu sia-sia saat dirinya di tahan oleh seseorang yang tidak dikenalnya, Fabio tentu memberontak dan kembali menangis kencang saat Airin sudah jauh dari jangkauannya.
"Lepasin! Bio mau sama bunda hiks!! Bio nggak mau!! Tolong bunda!! Lepas om!!." Pemandangan itu menjadi tontonan perawat serta dokter disana, wajahnya menunjukkan jika mereka penasaran dengan apa yang terjadi.
"Tenang ya dek, nanti bunda kamu kesini lagi buat jemput... Sekarang adek Bio sama dokter dulu disini..." Satya, orang tersebut berusaha menenangkan Fabio yang terus memberontak. Mengucapkan beberapa kali kata-kata penenang sampai anak itu sedikit diam.
KAMU SEDANG MEMBACA
Batas Akhir [END]✓
Fiksi Penggemar"Pada akhirnya, gue kalah dari semesta." Disaat dirinya mati-matian berjuang, namun semesta justru menolak, menyuruhnya untuk menyerah. Lantas apa yang akan Fabio lakukan? Tetap berjuang hingga semesta menerimanya, atau memilih untuk menyerah sepert...