"Pa, Gio curiga kalo mama nyembunyiin sesuatu." Anak itu berbicara dengan serius pada Andi didepannya, Gio tidak bisa diam saja saat ini, sengaja tidak sengaja ia ikut terlibat dalam masalah yang ia sendiri tidak tahu dari mana akar masalah tersebut.
"Memangnya apa yang kamu curugain Gi? Apa masalah serius?" Andi meletakkan ponselnya ketika mendengar keseriusan Gio saat ini.
Akhirnya pun Gio menceritakan semuanya, dari masalah Bagas, Fabio dan kejadian hari ini, tidak lupa juga menceritakan hal-hal janggal yang terjadi, Andi mendengarkan dengan seksama bagaimana anaknya bercerita.
"Kalo memang mama beneran bohong seperti yang kamu cerita, papa bakal ngomong sama mama baik-baik, apa yang buat dia nglelakuin ini sama temen yang kamu tebak anak mama itu. Ini bukan masalah kecil yang bisa kamu ataupun Bagas selesaikan sendiri Gi, papa harap kamu ataupun Bagas nggak bertindak semaunya, apalagi Bagas yang kini benci sama temen kamu itu cuma gara-gara dia anak lain dari Ayahnya. Papa juga akan bantu omongin ini sama Ayah Bagas dan juga mama."
Dulu saat pertama kali bertemu Airin, pertemuan antara Andi dan Airin tidak disengaja, saat itu Andi memang ada kunjungan dari tempat Airin bekerja dan kebetulan Andi dan Airin pun bekerja sama dalam suatu projek kerja. Dari situ awal mereka kenal dan memutuskan menikah setalah 1 tahun kenal satu sama lain, yang Andi tahu ya itu, anak bungsu Airin sekolah jauh. Andi tentu curiga dengan Airin yang tidak pernah memperkenalkan anak bungsunya itu kepadanya ataupun Gio, bahkan untuk sekedar melihat fotonya Andi seperti tidak diberi melihat.
Airin beralasan jika anak bungsunya itu fokus sekolah dan tidak bisa diganggu, Andi yang percaya tidak berani lebih dan tidak memaksa jika Airin tidak mau memperkenalkan anak bungsunya itu.
"Pa, tapi aku merasa bersalah sama Fabio kalo dia beneran anak mama. Aku udah rebut mama dia pa, Gio harus gimana?" Lirihnya.
"Kamu nggak salah Gi, kamu nggak tau apa-apa tentang ini. Papa harap kamu masih mau temenan sama siapa itu namanya? Fabio ya." Gio mengangguk pelan, dirinya tidak ada sedikitpun merasa benci pada Fabio, justru yang ia pikirkan Fabio yang mungkin akan benci padanya setelah tahu ia merebut Airin.
"Ya udah kamu sekarang ke kamar terus tidur, papa mau bicara sama mama." Gio menurut dan mulai pergi ke kamarnya, sementara Andi menuju kamar dimana Airin berada didalamnya.
Bisa Andi lihat sang istri kini tengah duduk dengan menyenderkan tubuhnya di kepala ranjang dengan tangan memegang ponsel, Airin yang menyadari kehadiran sang suami melepas kacamatanya dan meletakkan ponsel di nakas.
"Pa, ada cerita apa hari ini?" Ujarnya lembut, membiarkan sang suami duduk disampingnya.
"Ma, papa denger ada kejadian yang sedikit nggak ngenakin hari ini dari Gio. Apa itu bener?" Bukannya menjawab, Andi lebih langsung pada poin yang ingin ia bicarakan.
Kening Airin mengerut, mengingat kejadian apa yang dimaksud Andi, "yang mana pa? Mama nggak inget tuh."
"Ma, papa mohon mama jujur sekarang juga. Papa tau mama paham maksud papa disini, apa benar Fabio itu adalah anak mama?" Andi melihat raut wajah Airin yang berubah sesaat ia membawa topik ini, Airin terlihat gusar didepannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Batas Akhir [END]✓
Hayran Kurgu"Pada akhirnya, gue kalah dari semesta." Disaat dirinya mati-matian berjuang, namun semesta justru menolak, menyuruhnya untuk menyerah. Lantas apa yang akan Fabio lakukan? Tetap berjuang hingga semesta menerimanya, atau memilih untuk menyerah sepert...