31. Mulai menerima☆

1.7K 193 16
                                    

Soryy for typo

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Soryy for typo...

Satya itu pembohong, Bagas tidak menyukai itu, Bagas semakin membenci Fabio sebab anak itu mengalihkan perhatian Satya semuanya pada Fabio, Bagas membenci Satya yang perhatian pada Fabio dan melupakan dirinya, jika Satya peduli pada dirinya pun mana buktinya, bahkan ia membolos sekolah untuk mendapatkan afeksi itu Satya terlihat tidak peduli dan memilih untuk menemani Fabio di rumah sakit.

Dadanya kembali terasa seperti terbakar ketika ia melihat Fabio dan Satya tengah berpelukan dengan menangis haru, hal itu semakin membuat tekadnya besar untuk melenyapkan Fabio, ia benci remaja itu.

Bibirnya menyeringai ketika Fabio tidak ada yang menemani di ruang rawatnya, Fabio terlihat sangat nyenyak dalam tidurnya saat ini. Pintu itu ia kunci secara perlahan saat kebetulan kunci tersebut tergantung di sana, Bagas perlahan melangkahkan kakinya ke lebih dekat pada Fabio.

Raut pucat belum hilang dari wajah yang ia pandangi ini, padahal Bagas sudah percaya pada Fabio, Bagas menceritakan semua permasalahan keluarganya namun Fabio hanya diam saja, mengapa Fabio diam saja saat ia bercerita padahal Fabio tahu jika dia adalah anak yang Bagas ceritakan, Bagas benci Fabio itu, Fabio seolah mempermainkan dirinya.

Tangan yang sudah gatal itu bersiap melancarkan aksinya, jika kemarin ia terlalu terburu-buru dan juga ada orang yang menghalanginya, kini Bagas tidak mau gagal lagi.

"Gue benci lo Yo, maaf." Kedua tangannya menekan kuat dada Fabio yang masih tertidur ditempatnya, dan karena tindakan tersebut membuat sang empu merasa terganggu hingga terbatuk dalam tidurnya.

"Hah... Hah..." Fabio menggeliat dalam tidurnya, dadanya kembali sakit ketika ada yang sengaja menekannya begitu kuat, ia terbangun dan matanya menatap seseorang yang sengaja melakukan hal buruk kepadanya, Fabio berusaha menahan kedua tangan yang terus menekan dadanya itu, namun tenaganya yang belum pulih membuat Fabio tidak bisa berbuat banyak.

"Hhh... Uhuk uhuk... Sak-hit... Tolongh..." Fabio amat tersiksa dalam keadaan ini, tangannya yang lemah terus berusaha menyingkirkan tangan lain di dadanya itu, ia membuka mulutnya lebar karena pasokan oksigen menjauh darinya.

Setitik air mata mengalir dari sudut kedua matanya, mengartikan jika ia benar-benar kesakitan. Fabio tidak buta sehingga ia masih bisa melihat secara langsung siapa pelaku tersebut, Fabio tahu orang tersebut adalah Bagas, "T-tolonghh... Sak-hit... Uhuk..."

Bagas sendiri gelap mata, tidak mengacuhkan Fabio yang memberontak, tangannya reflek melepaskan tekanan itu setelah ia melihat Fabio yang menangis, Bagas kalap ditempatnya, menatap tidak percaya kedua tangan yang hampir membunuh orang tersebut, matanya bergerak panik, apalagi Fabio terlihat kesulitan bernapas dan menggeliat kesana-kemari mencari pasokan oksigen.

Ia ingin pergi dari sana, sebelum tangan lemah mencegahnya, Bagas menatap tangan itu lalu ke atas menatap wajah yang meminta pertolongan, "t-tolonghh," katanya dengan napas tercekat.

Batas Akhir [END]✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang