02. Dirinya yang rapuh☆

5.4K 359 1
                                    

Anak itu anugerah, hadiah yang diberikan oleh Tuhan untuk kedua orangtuanya jaga dan kita sambut kelahirannya dengan suka cita

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Anak itu anugerah, hadiah yang diberikan oleh Tuhan untuk kedua orangtuanya jaga dan kita sambut kelahirannya dengan suka cita. Tuhan sudah mempercayakan setiap orang tua untuk merawatnya sepenuh hati, dengan kehadiran seorang anak yang akan menjadi pelengkap suatu keluarga. Tetapi bagi Fabio sendiri, kehadirannya itu bukan anugerah, melainkan hanya beban untuk Rio dan Airin. Dan kejadian 7 tahun itu menjadi saksi bagaimana keluarganya hancur berantakan.

"Kamu kebiasaan pulang malem gini mas! Gimana aku nggak tambah curiga!" Suara Airin terdengar, wanita cantik yang sudah memiliki dua anak itu menatap penuh selidik suami didepannya. Bagaimana tidak, sang suami pulang sangat larut, dan kini bahkan sudah jam dua pagi. Rio bahkan tidak memberinya kabar apapun jika pria ini akan pulang pagi seperti ini, memangnya istri mana yang tidak curiga?

"Berisik tau nggak! Aku capek mau tidur!" Suara Rio tidak kalah tingginya menyahuti perkataan Airin. Laki-laki itu ingin pergi dari sana sebelum kalah cepat saat Airin memegang tangannya, mencoba untuk menahan dirinya lebih lama.

"Jangan lari dari masalah! Aku mau semua ini cepat selesai! TALAK AKU MAS!" Napas Airin memburu setelah mengucapkan kalimat keramat itu, sungguh tidak tahan dengan perlakuan Rio yang semakin membuatnya tidak tahan untuk tinggal bersama laki-laki itu. Selama 15 tahun pernikahan mereka, Airin rasa ini titik akhir dari segala hubungan mereka.

PLAK!!

Suara tamparan terdengar jelas, merah di pipi akibat tamparan terlihat jelas di wajah Airin yang sudah membendung air di mata cokelat terang itu. "Jaga ucapan mu itu!" bentak Rio, rasa lelah yang menghampiri dirinya tadi seolah hilang digantikan dengan rasa emosi yang teramat.

"Aku capek! Besok lagi kita bahas ini Airin! Ingat anak-anak," lanjutnya.

"Aku lebih capek!! Aku capek urusin rumah! Urusin dua anak! Aku capek harus kayak gini terus mas! Kamu selingkuh, aku mau pisah... Hiks..." Airin terisak dan masih menatap Rio dengan air mata yang semakin deras, begitu juga dengan Rio yang hanya menampilkan wajah datarnya.

"Ya benar aku selingkuh! Itu kebenarannya! Aku talak kamu! Itu yang kamu mau," ujarnya menekan kata talak di kalimatnya. Yang di katakan Airin benar, jika Rio itu selingkuh dan pria itu tidak mau menutup-nutupi lebih lama lagi, Rio akan menuruti keinginan Airin jika itu yang mau.

Rio melenggang pergi, ia ingin tidur saat ini. Dan keputusannya sudah bulat, ia akan mulai mengurus perceraian mereka besok, mungkin ini memang yang terbaik.

"Arrghh... Hiks..." Airin menangis kencang ketika pria yang masih berstatus sebagai suaminya itu sudah pergi dari hadapannya, wanita mana yang tidak sakit hati ketika pria yang dicintai mengkhianati cintanya. Mereka sudah membina keluarga selama belasan tahun lamanya, apa artinya semua itu jika akan berakhir sesakit ini?

"Kamu pria br*ngsek mas... Aku benci kamu... Hiks," lirihnya.

"Bunda, kenapa nangis?" Suara lembut itu mampu membuat Airin mencari asal suara, melihat suara yang berasal dari putranya Airin menghentikan tangisnya dan berusaha memberikan senyum saat anak bungsunya itu perlahan mendekat.

Batas Akhir [END]✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang