Yang namanya masih menyukai suatu hal, pasti akan kita lakukan berulang kali sampai bosan. Contohnya seperti anak kecil ketika awal-awal bisa membaca, waktu itulah di mana anak kecil akan membaca apapun yang di lihat matanya. Semua itu tidak berlaku pada anak kecil saja, tetapi Fabio juga.
Fabio masih berada di awal-awal suka belajar, kini anak itu fokus membaca materi yang ia dapatkan disekolah, membacanya dengan seksama sesekali menganggukkan kepalanya tanda mengerti apa yang dipelajari. Cukup sulit memang, mengingat ia yang sudah lama tidak mengenyam pendidikan, Fabio harus bisa mengejar ketertinggalannya.
Matanya melirik benda berbentuk persegi panjang yang baru ia dapatkan tadi sore dari Yuni. Neneknya mengatakan Yuni sengaja membelinya untuk Fabio agar anak itu mudah berkomunikasi. Fabio menutup bukunya dan menyingkirkan ke arah lain, tangannya mengambil benda yang menjadi tatapan utamanya.
"Ini gimana liat YouTube nya ya?" Fabio menggaruk tengkuknya sendiri, alisnya berkerut dengan tangan yang sibuk memencet asal layar ponselnya.
"Besok aja deh, tanya Bagas," gumamnya, beralih memencet aplikasi untuk menangkap gambar. Terlihat pantulan wajahnya dari kamera ponsel, Fabio sendiri tidak pernah selca, palingan hanya jika masih bosan saja ia meminjam ponsel Gama, itu pun untuk memotret aib Gama yang bisa membuat sang empu hanya bisa menghela napas.
"Anak secakep ini kok nggak dipedulikan sama ortunya ya? Miris banget." Fabio meletakkan ponselnya kembali setelah mematikan benda itu.
Sebenarnya apa sih yang salah darinya? Kenapa juga Fabio bodoh sekali masih berharap kepada Airin yang jelas-jelas Fabio sudah tahu jika wanita itu tidak mempedulikan dirinya.
Tok tok tok!
Ketukan halus dari pintu kamarnya yang sedikit terbuka membuat Fabio langsung saja menoleh, tidak beberapa lama kemudian terlihat Sumi yang membuka pintu tersebut.
"Maaf ganggu mas, cuma mau narok baju yang udah di cuci," katanya dengan sopan, Fabio mengangguk dan mempersilahkan Sumi untuk menata bajunya di lemari.
"Ya udah, mbak permisi ya mas." Pamit Sumi sesaat sudah melaksanakan tugasnya.
"Mbak, jangan pergi dulu. Mau nanya boleh?" Fabio menahan pergerakan Sumi yang akan pergi, melangkah mendekati Sumi dengan tangan membawa ponselnya.
"Iya, mau nanya apa mas."
Fabio menyodorkan ponselnya untuk di lihat Sumi. "Ini mbak, 'kan aku mau liat YouTube kayak di hp kak Gama. Tapi kok nggak bisa? Padahal datanya udah aku nyalain," Tanyanya dengan polos, sementara Sumi tertawa kecil saat mengetahui ada yang salah.
"Aduh mas, ini mah nggak ada kuota paketnya. Jadi nggak bisa." Jelasnya, lucu saja saat Sumi melihat bagaimana wajah polos tuan mudanya, menggemaskan.
Fabio menatap ponselnya lalu menatap Sumi. "Gitu ya mbak, terus gimana caranya biar ada kuotanya?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Batas Akhir [END]✓
Hayran Kurgu"Pada akhirnya, gue kalah dari semesta." Disaat dirinya mati-matian berjuang, namun semesta justru menolak, menyuruhnya untuk menyerah. Lantas apa yang akan Fabio lakukan? Tetap berjuang hingga semesta menerimanya, atau memilih untuk menyerah sepert...