22. Suatu malam✧

1.2K 153 19
                                    

Airin sesekali melihat sekitar, guna mengawasi keadaan disekelilingnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Airin sesekali melihat sekitar, guna mengawasi keadaan disekelilingnya. Pasalnya kini wanita itu harus kembali berurusan dengan pria yang pernah menjadi masa lalu buruknya. Airin sudah menolak beberapa kali ketika Satya meminta ingin bertemu, namun pria itu terus saja memaksanya hingga Airin tidak punya alasan lain untuk menolak.

"Kamu masih saja takut ada orang yang mengetahui rahasia kita Rin?" Satya tidak lepas dengan gerak-gerik Airin yang gelisah saat ini, Airin pasti merasa sakit ketika melihatnya karena kejadian itu, tapi semua itu tidak sepenuhnya salah dirinya, Airin juga salah.

"Ini juga gara-gara kamu mas, aku udah bilang sama kamu waktu itu buat cegah mama bawa Fabio dari situ! Kalo kamu dengerin, semuanya nggak tambah runyam gini!" Hanya ada sorot amarah yang terpancar ketika Airin bertemu Satya, melupakan jika dulu mereka adalah rekan yang dekat.

"Rin, jangan membuat seolah disini cuma kamu yang paling tersakiti. Kamu pikirkan Fabio juga, pikirkan sebagaimana besar anak itu menanggung semuanya karena ulah kamu."

"Bukan ulah aku doang mas! Ulah kamu juga!"

Satya menghela napasnya, tidak salah juga Airin berucap demikian. "Oke, ini salah ku Rin. Tapi tolong kasih penjelasan ke aku, apa alasan kamu berbuat seperti ini sama Fabio," Satya berusaha untuk menenangkan suasana, agar Airin tetap mau disini.

"Karena aku nggak suka dia! Karena dia anak kamu mas! Aku benci dia yang buat semuanya hancur." Nada Airin melirih di akhir, menahan isakan ketika ia kembali mengingat keluarga harmonisnya dulu bersama mantan suaminya, Rio.

Memang, awalnya Airin menerima jika yang dikandungnya ternyata adalah anak dari Satya. Airin mencoba menerima seiring berjalannya waktu, ia begitu menjaga Fabio, menyayangi dan tidak membiarkan anak itu terluka sedikitpun. Tapi ketika tahu Rio berselingkuh, Airin gelap mata, melampiaskan kemarahannya pada Fabio yang tidak tahu apa-apa. Kerena menurutnya semua ini salah anak itu.

Hingga semuanya tidak bisa dipertahankan, Rio dan dirinya resmi bercerai dan memutuskan hidup masing-masing. Airin semakin membenci dan berpikir Fabio pantas dibenci karena anak itu ia menjadi bulan-bulanan warga.

"Maaf Rin, tapi seenggaknya kamu nggak bersikap seperti pada Fabio. Ingat, dia itu ada karena kesalahan kita, yang harusnya kita menerima untuk melunasi dan menerima karena__

"Dia karma! Setiap kesalahan pasti akan mendapatkan karmanya, dia benar-benar karma buat aku mas!" Napas Airin memburu seraya masih menahan tangis, pemikirannya tidak salah jika Fabio adalah karma baginya, karma yang ingin ia buang jauh-jauh.

"Airin! Stop! Kamu benar-benar nggak waras! Kamu seorang ibu! Bisa-bisanya berpikiran seperti itu! Fabio bukan karma! Dia anugerah!!" Bantah Satya, wanita didepannya ini memang salah, ada yang salah dengan Airin.

"Jika pun kamu menyebutnya karma, harusnya kamu sadar jika karma itu diberikan karena kamu salah Rin, supaya kamu sadar agar memperbaiki sifat kamu itu menjadi lebih baik, bukannya memutar balikkan semuanya seperti ini," lanjut Satya lagi.

Batas Akhir [END]✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang