19. Pertemuan tidak terduga☆

1.6K 172 11
                                    

Fabio kecil menatap bingung melihat Airin yang begitu frustasi, langkah kaki kecilnya mendekat karena penasaran mengapa sang ibu berteriak keras seraya menangis itu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Fabio kecil menatap bingung melihat Airin yang begitu frustasi, langkah kaki kecilnya mendekat karena penasaran mengapa sang ibu berteriak keras seraya menangis itu.

"Bunda kenapa?" Tanyanya penasaran, Airin menoleh dan bisa Fabio lihat wajah kacau ibunya yang kini melayangkan tatapan tajam padanya. Gigi Airin saling menekan satu sama lain hingga rahangnya mengeras, emosi Airin naik ketika melihat anak kecil dengan wajah polosnya itu bertanya padanya.

"Ini semua salah kamu Bio!" Teriak Airin dengan jari telunjuk menunjuk ke arah Fabio yang tertegun ditempatnya.

Fabio diam namun tidak dengan hatinya yang bergetar hebat kala mendapatkan suara bentakan yang mengalun ditelinga nya, turun tepat menusuk relung hati kecilnya. Airin tidak mengatakan apa-apa setelahnya dan meninggalkan Fabio seorang diri di dalam kamar.

Mata hitam itu berembun, jika biasanya ada sang kakak yang akan menemaninya ketika ia bersedih seperti ini, namun sekarang tidak. Jika biasanya ada sang ayah yang biasanya memeluk dirinya ketika menangis kini tidak ada. Dan jika biasanya Airin tidak akan membiarkan dirinya bersedih atau menangis, justru kini wanita itu yang membuat dirinya merasakan keduanya.

Fabio terisak kecil, rumahnya kini terasa sepi ketika beberapa 2 Minggu lalu sang ayah dan kakak pergi meninggalkan dirinya dengan sang ibu. Fabio ingin seperti dulu, dimana keluarganya ramai dengan suasana yang begitu harmonis dan hangat.

Keesokan harinya, Fabio mengintip dari jendela. Ketika ibunya di kerubungi oleh banyak orang. Fabio tidak mendengar jelas apa yang mereka katakan karena lokasinya berada agak jauh ditempat ia berada, tapi ia tahu jelas bahwa mereka mengatakan kata-kata yang membuat Airin sedih sehingga wanita itu menangis.

"Pantes aja cerai, orang kerjaannya jadi jalang. Siapa juga yang mau punya istri kayak dia!"

"Iya, udah di kasih suami baik-baik malah sia-siain, inilah karma buat kamu!"

"Buang aja anak haramnya itu! Malu-maluin nama desa aja!"

"Bener! Kalo bisa bawa pergi dari sini yang jauh!"

"Dasar wanita nggak tau diri!"

Masih banyak cacian yang terlontar, namun Airin tidak mendengar jelas karena suara mereka bersahutan. Wanita itu hanya bisa menggelengkan kepalanya kala warga desa berbondong-bondong menyerbu rumahnya agar ia pergi dari sana.

Airin tidak tahu darimana mereka mengetahui jika Fabio adalah hasil hubungan terlarang, seingatnya tidak ada yang tahu selain dirinya dan Satya, Airin tidak pernah menceritakan rahasia itu kepada siapapun.

Dari cacian dan makian dari warga tersebut, Airin berencana akan membuang Fabio. Karena anak itu adalah pokok dari permasalahan semua ini, ia di usir dan di caci karena Fabio. Airin menyesal membiarkan anak tersebut hidup di tengah-tengah keluarganya, dan berujung menghancurkan semuanya.

Batas Akhir [END]✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang