43. Fabio bahagia [END]☆

5.5K 229 17
                                    

Airin tidak menolak, saat Fabio begitu manja padanya, melupakan sejenak sesak di dadanya yang sudah menumpuk, Airin tidak akan lupa begitu saja perlakuan yang sudah ia lakukan, rasanya Airin ingin menangis ketika Fabio tidak bosannya memeluk

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Airin tidak menolak, saat Fabio begitu manja padanya, melupakan sejenak sesak di dadanya yang sudah menumpuk, Airin tidak akan lupa begitu saja perlakuan yang sudah ia lakukan, rasanya Airin ingin menangis ketika Fabio tidak bosannya memeluk.

Detak jantung yang terdengar saat mereka bersentuhan sungguh begitu menyesakkan, detak jantung ini, Airin hampir saja menghentikannya akibat keteledorannya sendiri, Airin begitu bersyukur bisa merasakan detak jantung ini sekarang.

"Apa Bunda baca pesan Bio waktu itu?" Fabio mendongak untuk melihat wajah wanita yang sudah mau mempertaruhkan nyawanya untuk melahirkannya.

Sejenak Airin berpikir pesan apa yang Fabio maksud, dirinya pun ingat, pesan yang menjadi tanda tanya waktu itu hingga berakhir ia tidak sengaja menabrak Fabio waktu itu, Airin menelan salivanya kasar, mengapa Fabio mengingatkan dirinya lagi pada hal itu? Airin tidak mau membahas memori tersebut.

"Bunda belum liat? Tapi emang seharusnya nggak di liat... Karna itu nggak penting hehe."

"Yo... Bunda udah baca..." Lirih Airin tidak kuat bersuara, bibirnya bergetar seakan ketakutan.

"Udah ya? Kalo gitu Bio mau cerita sama Bunda, tentang surga yang Bio liat di mimpi." Anak itu tersenyum amat manis, hingga Airin tambah tidak sanggup melihat binar cerah tersebut yang pernah sempat ia padam kan. Airin ingin menolak agar Fabio tidak menceritakan, tapi ia juga tidak bisa mencegah.

"Apa-apa yang di ceritakan tentang surga itu memang sangat indah Bunda, di sana Bio tenang, nggak mikirin apapun tentang apa itu rasa sakit... Bio bebas mau kemanapun langkah kaki Bio pergi... Bio nggak merasa kesepian... Bio bisa liat pelangi kapanpun Bio mau, tanpa nunggu ujan... Bio nggak ketakutan lagi di sana... Bio nggak cengeng lagi di sana... Jadi izinin Bio buat ke sana ya?"

"Nggak! Bunda nggak ngizinin kamu! Kamu nggak boleh kemana-mana! Udah disini aja sama Bunda, kamu nggak boleh kemana-mana!" Tekan Airin pada setiap kalimatnya, kalimat Fabio sungguh bisa menggetarkan hatinya begitu kuat, menimbulkan rasa sakit yang menjalar.

"Kalo gitu, sampai kapan Bunda tahan Bio di sini? Kapan Bunda bisa ikhlasin Fabio?" Perlahan Fabio melepaskan pelukan mereka, sehingga keduanya bisa saling menatap tanpa terganggu.

"Kamu tuh bilangnya ngawur Yo, kamu udah sembuh... Kamu udah lakuin operasi, kamu udah sembuh Yo." Airin menggenggam tangan Fabio dengan erat, takut sang anak pergi dari pandangannya begitu saja. Mengapa Fabio mengatakan hal seperti itu? Airin tidak akan membiarkan jika sang anak pergi.

"Iya Bio udah sembuh... Tapi bunda udah janji, nggak akan larang Bio untuk mencari kebahagiaan Bio 'kan?"

***

Tidak terasa sudah hampir satu bulan lamanya Fabio tinggal bersama Airin, sang ibu. Dua bulan sejak kecelakaan itu terjadi, Fabio kini sudah baik-baik saja. Fabio semakin manja kepada orang-orang sekitarnya, anak itu tidak sungkan minta di belikan apapun yang ia mau. Contohnya saat ini, Fabio sedang berada di super market bersama Satya dan Bagas, walau tiga hari sebelumnya Fabio sudah pergi bersama Airin dan juga Yuni di tempat yang sama.

Batas Akhir [END]✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang