21. Mencari jalan keluar☆

1.4K 161 8
                                    

"Jadi apa yang ingin kamu beritahukan tentang Fabio?" Satya langsung memulai tujuan utama mereka bertemu, pria itu langsung saja meminta izin pada rumah sakit saat Wildan menelepon dirinya untuk bertemu membahas Fabio

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Jadi apa yang ingin kamu beritahukan tentang Fabio?" Satya langsung memulai tujuan utama mereka bertemu, pria itu langsung saja meminta izin pada rumah sakit saat Wildan menelepon dirinya untuk bertemu membahas Fabio.

"Sebelum ke jawaban, saya ingin bertanya. Apa dokter hanya sekedar peduli atau benar-benar menyayangi Fabio?"

"Sepertinya tidak perlu di jawab kamu sudah tau jawabannya, Fabio anak saya, jelas saya menyayanginya." Tidak ada kebohongan saat Satya berucap, mau bagaimana pun Fabio anaknya. Satya tahu ia salah, sampai saat ini pun perasaan bersalah itu masih saja ada, dan untuk menebusnya Satya ingin menjadi ayah yang bertanggung jawab, walau ia belum melakukan yang terbaik untuk sekarang.

"Bagus jika begitu... kakak ipar? Apa saya harus memanggilnya seperti itu sekarang?"

"Ya, panggillah sesuka hatimu." Wildan mengangguk.

"Kakak ipar tau betul jika sekarang kehidupan Fabio sudah sedikit menjadi lebih bebas, anak itu kini sering menebar senyum tanda ia nyaman di lingkungan barunya. Tapi semua itu tidak seaman yang di pikirkan, semakin Fabio bebas, semakin ia akan mencaritahu dengan sendirinya hal janggal yang ia temui."

Tentu ada perasaan marah ketika Wildan mengetahui jika Satya adalah ayah kandung Fabio, namun itu semua sudah terlanjur terjadi, tidak ada yang bisa mengubahnya. Jikapun hal itu tidak terjadi, maka tidak akan sosok Fabio di dunia ini.

"Kakak ipar tau siapa teman Bagas disekolah?" Satya mengangguk pelan, Wildan melanjutkan perkataannya, "Yang anda tau pastinya teman dekat Bagas hanya Gio saja 'kan, anak yang kini menjabat sebagai anak tiri Airin, ibu kandung Fabio, kakak perempuan saya. Mungkin hal itu masih bisa di kontrol, mengingat sampai sekarang Bagas tidak tahu jika wanita yang menjadi ibu tiri temannya adalah wanita yang sama di masa lalu ayahnya."

Satya mendengarkan dengan seksama, semua yang dikatakan benar adanya tanpa melebihi fakta apapun. Memasang kembali telinganya yang sudah melihat Wildan akan kembali bicara.

"Maaf, mungkin ini adalah kecerobohan saya karena waktu itu terlalu senang ketika Fabio begitu bersemangat membicarakan tentang sekolah. Sampai saya tidak mengingat jika Bagas dan Gio berada disekolah yang sama, Fabio masuk sekolah yang sama dengan mereka dari seminggu yang lalu, dan hari kedua ia masuk Fabio dengan senangnya bercerita jika ia mempunyai teman yang tidak lain adalah Bagas dan Gio."

Deg!

Satya terkejut, sudah tahu apa maksud semua arah pembicaraan Wildan saat ini.

"Saya hanya ingin meminta bantuan dari anda kakak ipar, anda sebagai psikiater pasti tau apa yang akan terjadi jika semua ini terbongkar, yang terburuknya adalah mental Fabio, anda pasti mengerti dengan hal itu."

***

"Kak Gama! Jreng jreng jreng, gue udah punya HP loh!" Pekiknya dengan senang, Gama yang berada disana sampai menutup telinganya karena suara Fabio diseberang telepon. Mereka sedang video call, setelah Fabio meminta nomor Gama pada Yuni yang untungnya neneknya menyimpan.

Batas Akhir [END]✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang