"Satya, bagaimana dengan Bio?" Yuni baru saja datang dari rumah ke rumah sakit ketika ia lagi-lagi mendapatkan berita buruk tentang Fabio.
"Dia masih di tangani oleh dokter nyonya." Ketika Satya bertemu Yuni, rasanya begitu canggung, ia tidak tahu akan memanggil Yuni siapa selain nyonya, padahal dulu disaat semuanya baik-baik saja, Satya tanpa sungkan memanggil Yuni dengan sebutan Tante, namun keadaan kini berbeda, Yuni pun berbicara formal padanya, membuat Satya tidak berani lebih.
"Lihatlah, ini semua pasti gara-gara dirimu," tuduh Yuni, ia memang tidak menyukai pria didepannya semenjak ia mengetahui apa yang sebenarnya.
"Maaf nyonya, saya tidak becus menjaga Fabio," sesal Satya.
"Iya, selama ini pun kau tak becus menjaga Fabio. Cih." Yuni berdecak setelahnya, sementara Satya hanya bisa diam menyiapkan hatinya akan kata-kata pedas yang diterima selanjutnya.
"Untuk admistrasi Fabio dan kelengkapan data untuk di rumah sakit sudah saya urus semuanya nyonya, saya akan menjaga Fabio malam ini disini." Mengingat kini sudah mulai sore, Satya berencana akan menemani Fabio di rumah sakit, pria itu tidak akan membiarkan Yuni yang berdiam diri disini.
"Itu memang sudah seharusnya seorang ayah melakukan itu, jangan bersombong hanya karena bisa mengurus keperluan rumah sakit Fabio."
Satya hanya bisa mengulas senyum simpul, di balik perkataan dingin tersebut Satya tentu tahu ada kehangatan dibaliknya. Satya mengenal Yuni, wanita itu adalah sosok yang hangat, namun jika sudah kecewa pada suatu hal, Yuni akan berbanding terbalik, contohnya terhadapnya.
"Untuk keluarga pasien, tolong ikut saya. Karena ada yang harus saya bicarakan tentang kondisi pasien saat ini." Suara dokter yang baru saja keluar mengalihkan perhatian mereka, Yuni mengangguk dan mengikuti dokter tersebut, sementara Satya membagi tugas untuk mengikuti bed rumah sakit yang diatasnya terdapat sang anak.
Pemandangan yang sangat menyayat hati, sorot mata Satya tidak hentinya menatap Fabio yang terpejam. Dibalik masker oksigen yang Fabio gunakan, Satya melihat betul pucatnya sang anak, hati Satya sakit sebagai seorang ayah.
Setelah Fabio di tempatkan di ruang rawatnya, tinggallah Satya sendiri di rungan tersebut bersama sang anak yang terbaring lemah, tangan Satya menggenggam erat jemari Fabio yang terdapat oximeter, Satya tidak pantas disebut sebagai ayah sebab ia tidak bisa melakukan yang terbaik untuk sang anak.
"Andai kamu tau nak, ini ayah kamu sebenarnya, orang yang kamu panggil om itu ayah kamu, maafin ayah Bio, maafin ayah." Satya mengecup cukup lama tangan Fabio, matanya sudah mengembun dan siap untuk tumpah jika ia tidak cepat-cepat menghapus kasar air matanya yang mulai keluar.
"Ayah pingiiin banget kamu panggil Ayah dengan sebutan Ayah, bukan om yang selama ini kamu tau. Ayah sayang banget sama Fabio, bertahan ya nak, yang kuat buat Ayah dan buat yang lain." Saat itu juga air mata Satya sudah tidak bisa ditahan lagi, laki-laki itu terisak begitu saja didepan sang anak yang betah terpejam.
KAMU SEDANG MEMBACA
Batas Akhir [END]✓
Fanfiction"Pada akhirnya, gue kalah dari semesta." Disaat dirinya mati-matian berjuang, namun semesta justru menolak, menyuruhnya untuk menyerah. Lantas apa yang akan Fabio lakukan? Tetap berjuang hingga semesta menerimanya, atau memilih untuk menyerah sepert...